Tingkat konsumsi moderat diartikan sebagai rata-rata mengkonsumsi delapan unit setiap pekannya dan itu merupakan hal yang sangat kecil. Para periset pimpinan Profesor Tim Spector memfokuskan penelitian dampak mengkonsumsi alkohol secara moderat dengan melakukan pengukuran pada kepadatan tulang dibagian pinggul dan punggung (tulang belakang).
Cairan kimia dari tulang akan diukur untuk menentukan tingkat kerapuhan yang turun melalui air seni. Hasil penelitian Profesor Tim Spector sekaligus mendukung hasil penelitian sebelumnya yang menyebutkan merokok bisa membuat tulang menjadi mengecil dan memicu osteoporosis.
Meski tidak dipungkiri, tim peneliti gagal untuk menunjukan secara gamblang bagaimana hubungan produksi tulang dengan konsumsi alkohol. Professor Tim Spector juga mengingatkan bahwa terlalu banyak mengkonsumsi alkohol akan berdampak buruk pada struktur tulang.
" Alkohol seperti halnya obat yang lain bekerja pada tingkat tertentu. Berbeda orang juga akan menimbulkan reaksi yang juga berbeda. Penelitian lanjutan diperlukan untuk menentukan prosedur yang pasti agar bisa digunakan dengan sebaik-baiknya."
Bulan silam sebuah survey menunjukkan bahwa dengan meningkatnya resiko kerapuhan tulang akan membuat semakin tinggi resiko terkena osteoporosis. Hasil survey menunjukan bahwa 1,683 wanita di Eropa yang berusia diatas 50 tahun sebanyak 47% tidak menyadari resiko terkena resiko osteoporosis.
Diperkirakan penyakit osteoporosis ini telah menyedot setidaknya 4.8 milyar euro setiap tahunnya untuk berobat di rumah sakit. Kerusakan tulang biasanya tidak tampak diawali sebuah gejala dimana osteoporosis juga tidak bisa di diagnosa sampai satu tahun setelah tulang mengalami kerusakan yang parah.