Sementara pada penelitian lain, berdasarkan hasil dari kelompok pasien yang lebih kecil, Dr. Sean Collins dari Louisiana State University dan timnya menemukan bahwa pria dewasa yang baru saja disunat melaporkan tidak adanya perbedaan pada fungsi seksual setelah prosedur tersebut.
Fink dan timnya juga mencatat, meskipun melaporkan penurunan dalam fungsi seksual mereka, 62% pria tersebut mengatakan kalau mereka puas dengan hasil prosedur ini. Dalam dua penelitiannya, kebanyakan pria menjalani prosedur ini untuk perawatan kondisi medisnya, seperti fimosis, suatu kondisi dimana kulit luar tidak dapat ditarik melewati kepala penis.
Akhir-akhir ini, sebuah perdebatan berlangsung mengenai prosedur ini, dengan satu pihak menekankan penurunan jumlah infeksi dan PMS diantara pria yang disunat dan di pihak lain menekankan rasa sakit serta stress yang ditimbulkan terhadap seorang bayi saat di sunat, selain komplikasi yang mungkin ditimbulkan oleh prosedur ini. Saat ini the American Academy of Pediatrics menganggap keuntungan medis potensial dari sunat pada pria tidaklah terlalu penting untuk sampai direkomendasikan agar semua anak laki-laki disunat.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Fink dan timnya, para peneliti meneliti 123 pria yang telah disunat untuk membandingkan fungsi dan kenikmatan seksual yang mereka rasakan sebelum dan sesudah di sunat, sementara penelitian Collins dan rekan-rekannya berdasarkan survei terhadap 15 pria yang dilakukan sunat pada saat sebelum dan 12 minggu setelah prosedur.
Berkomentar terhadap penelitian Collins kepada Reuters Health, Fink menjelaskan kalau berbicara kepada pasien sebelum dan setelah prosedur merupakan cara yang lebih baik untuk mengukur perubahan, tapi kalau hanya terhadap 15 pasien merupakan jumlah yang terlalu kecil untuk mendeteksi apapun kecuali perbedaan ukuran.
Fink menambahkan bahwa kedua penelitian ini memiliki kelemahan yaitu mereka meneliti perubahan fungsi seksual pada orang dewasa setelah melakukan sunat dimana, pada banyak kasus, melakukan sunat untuk memperbaiki masalah medis mereka. Konsekuensinya, Fink menjelaskan bahwa laporan seorang pria akan kenikmatan dan fungsi seksualnya mungkin dipengaruhi oleh kondisi medis yang ditandai oleh sunat.
Dengan alasan ini, Fink mengatakan, seseorang dapat menduga para partisipan penelitian untuk melaporkan peningkatan dalam fungsi seks setelah disunat, yang bisa jadi disebabkan perbaikan kondisi medisnya. Namun, penurunan fungsi seksual, seperti yang dilaporkan dalam penelitian Fink, menunjukkan kalau mungkin ada faktor lain yang mempengaruhi perubahan ini, katanya.
Sebagai penjelasan mengenai mengapa pria dalam penelitiannya melaporkan kepuasaan yang tinggi meskipun ada penurunan dalam fungsi seksualnya, Fink mengatakan kalau beberapa orang merasa senang akan penurunan sensitifitasnya, yang memungkinkan mereka untuk menunda orgasme dan lebih baik dalam memuaskan pasangannya. Fink mencatat kalau laporan pria akan kepuasaan seksualnya tergantung banyak faktor. “Ini berarti berbeda untuk tiap pria,” katanya, “Secara keseluruhan, tampaknya cukup berharga bagi mereka untuk menjalani sunat ini.”