Sebuah protein yang disempurnakan dari protein sistem kekebalan tubuh manusia itu terbukti dapat melindungi monyet betina dari virus HIV. Rencananya, formula itu dikembangkan dalam bentuk jel yang dapat digunakan manusia untuk mencegah penularan HIV secara seksual. Dalam uji laboratorium, senyawa itu mampu melindungi sel dari serangan virus HIV selama satu hari penuh.
Artinya, secara teori, orang yang menggunakan jel kimia itu terlindungi dari serangan HIV/AIDS setidaknya 24 jam sebelum berhubungan seks. Maksimal pada tahun depan, efek samping jel tersebut terhadap manusia sudah dapat diketahui. Kemudian, obat pencegah itu diuji tingkat kemanjurannya dalam menghalangi infeksi HIV/AIDS pada kelompok yang berisiko tinggi.
Selanjutnya, Offord dan rekan-rekannya akan mengembangkan cara yang lebih murah dan mudah untuk membuat molekul tersebut. Seperti diketahui, HIV dapat memproduksi sel sendiri dalam aliran darah manusia, yaitu pada sel-sel darah putih (leukosit). Sel-sel darah putih yang biasanya melawan bila diserang virus, tidak akan melawan HIV.
Hal ini bisa terjadi karena HIV merupakan sejenis retrovirus atau virus yang dapat berkembang biak dalam darah manusia. Belakangan, virus tersebut menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih, termasuk limfosit, yang disebut "T-4" atau T-penolong (helper) yang juga dikenal dengan sel CD-4. Untuk dapat menginfeksi CD-4, HIV membutuhkan reseptor--satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dalam tubuh--yang disebut CCR5.