Radang pada empedu yang terbungkus omentum kadang tak terdiagnosa lewat USG. Rajiman (44 tahun) kerap menderita rasa sakit di bagian ulu hatinya. Derita yang mirip sakit maag ini bahkan telah dirasakannya sekitar 20 tahun. Pemeriksaan ke dokter dan pemantauan lewat USG (ultrasonografi) tak pernah menemukan penyebab keluhannya. Ketika rasa sakit kembali menderanya, bedah laparoskopi pun menunjukkan, Ia ternyata menderita cholecystitis (radang empedu). Menurut ketua SMF Bedah Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Yogyakarta, dr HM Jisdan Bambang Yulianto, SpB, penyakit radang empedu ini memang tidak terdiagnosa karena kantong empedunya sudah terbungkus oleh omentum (salah satu bangunan di dalam rongga perut). Hal itu baru diketahui saat laparoskopi bahwa omentum menumpuk di kantong empedu dan lengket di sela-sela liver kanan maupun kiri. Mau tak mau, saat itu juga diputuskan untuk dilakukan pengangkatan kantong empedu dengan operasi laparoskopi. Sang pengemulsi lemak Jisdan mengatakan, pada prinsipnya kantong empedu adalah kantong yang dipakai untuk menampung cairan empedu yang berupa garam empedu dan lemak. Garam empedu itu dibutuhkan untuk membantu sistem pertahanan tubuh yang dikenal sebagai keseimbangan asam basa. Selain itu juga di dalam kantong empedu ada ekstrak empedu yang dipakai untuk mengemulsi lemak. Pada keadaan tertentu, akibat kesalahan makan dengan lemak yang berlebihan dan kadang disertai kuman yang masuk, maka terjadi proses pengendapan dari ekstrak lemak. Kemudian bisa menimbulkan permasalahan berupa pembentukan inti batu empedu (cholelithiasis). Cholelithiasis ini bisa menimbulkan peradangan empedu (cholecystitis). Sebaliknya, cholecystitis bisa menimbulkan batu empedu. Jisdan mengakui, cholecystitis memang kadang sulit diketahui dan keluhan subyektifnya memang hampir sama dengan sakit maag atau keluhan ''masuk angin'' biasa. Kecuali bila cholecystitis ini telah menimbulkan permasalahan yang spesifik, seperti kulit kuning, dan terbentuk batu empedu (cholelithiasis) yang menyumbat total di saluran empedu. Karena hal itu akan menimbulkan rasa ''sebah'' di perut seperti maag disertai nyeri di ujung tulang belikat atau titik boas, kata ahli bedah laparoskopi ini. Nyeri di titik boas itu merupakan salah satu ciri khas penyakit gangguan empedu. Untuk lebih jelasnya, bisa dilkakukan pemeriksaan dengan USG. Selanjutnya Jisdan mengatakan, apabila terjadi peradangan, empedu terus-menerus akan membengkak. Empedu akhirnya tidak bisa memproduksi sesuai dengan kapasitasnya yang seharusnya dan berisiko menimbulkan kebocoran empedu. Apabila peradangan cukup berat akan mengakibatkan perlengketan di beberapa tempat, terutama di liver dan usus besar. Hal itu yang paling banyak terjadi. Kalau radang empedunya berlanjut dan meradang di dekat liver, maka akan menimbulkan nyeri di pundak (kerr). Nyeri di pundak terjadi karena ada peradangan yang melibatkan saraf di diafragma (sekat rongga badan). Itu berarti sudah ada peradangan yang melewati pada dinding kantong empedu dan ini sudah komplikasi. Nyerinya bisa kanan maupun kiri dan hilang-timbul. Makin lama rasa sakit ini semakin berat dan akhirnya nyeri menetap. Jika batu empedu cukup banyak, maka sebagian batu empedu ini bisa masuk ke saluran empedu --yang menghubungkan liver dengan usus 12 jari. Maka, sumbatan pun bisa terjadi. Bila penderita mengalami sumbatan itu, maka warna kulit menjadi kuning dan kelopak mata menjadi kuning. Pada kondisi itu orang bisa mengalami komplikasi yang buruk lagi sampai terjadi komplikasi di otaknya. ''Itu yang dikenal dengan keracunan bilirubin,'' tutur dia. Pada mereka yang kebetulan ditemukan dengan komplikasi, kadang komplikasi berupa terbentuknya tumor. Peradangan di empedu yang disebabkan oleh tumor, kadang karena adanya penyempitan, atau polip di empedu. Terbentuknya tumor ini biasanya terjadi pada orang yang memang punya bakat tumor. Di luar kasus itu ada kasus empedu yang membengkak disebabkan oleh tumor di pankreas, dan operasinya sangat rumit, jelas Jisdan. Karena itu, kata dia, apabila seseorang mengalami peradangan di kantong empedu, sebaiknya harus diangkat kantong empedunya. ''Sehingga cepat atau lambat akan menimbulkan masalah sakit perut yang kambuh-kambuhan, pembentukan batu yang makin banyak,'' saran dia. Namun demikian, ia menambahkan, kalau radang empedu tidak menimbulkan risiko yang berlebihan atau komplikasi yang tidak mengancam jiwanya, maka bisa meredakan peradangan dengan obat dulu. Kalau radangnya sudah reda, baru dilakukan tindakan operasi laparoskopi. Hindari lemak Jisdan mengakui, sebetulnya mencegah cholecystitis dan cholelithiasis tidak mudah. Namun, karena ini salah satu bagian dari sistem pencernaan, maka sebaiknya menjaga makanan yaitu jangan makanan dengan kadar lemak tinggi. ''Apalagi kita hidup di daerah tropis, sehingga lemak itu hanya dibutuhkan minimal sekali,''tuturnya. Alkohol juga akan memicu permasalahan-permasalahan di empedunya, karena itu sebaiknya dihindari minum alkohol. Selain itu juga sebaiknya makan makanan yang tidak terkontaminasi kuman. Karena kuman akan masuk ke dalam pencernaan bersama makanan. Radang empedu maupun batu empedu ini lebih banyak diderita oleh perempuan dibandingkan laki-laki yaitu 1 dibanding 2 atau 3. Yang paling banyak menderita penyakit tersebut adalah mereka yang empat F yaitu Fat, Forty, Fertile, dan Female. Dengan kata lain, mereka yang beresiko adalah orang yang gemuk, berusia di atas 40 tahun, subur, dan kebanyakan wanita. ''Dengan diangkatnya kantong empedu Insya Allah tidak masalah, karena kantong empedu ini hanya reservoir, bukan pembentuk utama. Fungsi kantong empedu ini nantinya akan dikompensasi oleh alat-alat tubuh yang lain yang bisa memberikan support dalam proses pencernaan, misalnya di saluran empedu,''tutur Jisdan. Penderita yang sudah diangkat kantong empedunya harus menghindari makanan yang berkadar lemak. Karena makanan berlemak tersebut akan menimbulkan rasa nyeri di ulu hati. Pada enam bulan pertama setelah dilakukan pengangkatan kantong empedu, kadang muncul rasa nyeri di ulu hati, spalagi bila penderita makan makanan berlemak. Tetapi bersama berjalannya waktu, sesudah tubuh melakukan kompensasi-kompensasi secara alamiah, rasa nyeri tersebut akan hilang sendiri,''jelas Jisdan. Ikhtisar Jika merasakan sakit di perut seperti maag dan mengalami rasa nyeri di titik boas (enthong), ada kemungkinan Anda mengalami gangguan empedu.