Penemuan tersebut berasal dari analisis terhadap 42 tes klinis mencakup hampir 200.000 orang, menjadikan penelitian ini sebagai pengkajian paling lengkap untuk obat-obatan tekanan darah tinggi yang tersedia.
Hasil penelitian terakhir ini memperkuat hasil penelitian serupa sebelumnya yang dipublikasikan Desember tahun lalu dengan hasil senada.
"Analisis ini memberi bukti kuat bahwa obat diurektik dosis rendah merupakan pengobatan paling efektif untuk mencegah terjadinya kematian dan penyakit kardiovaskular," kata penulis penelitian tersebut dalam jurnal medis Amerika (JAMA).
Pada tahun 1993 petunjuk-petunjuk kesehatan di Amerika menyatakan obat diurektik sebagai pengobatan utama bagi pasien-pasien hipertensi, namun penggunaan obat diurektik berkurang pada tahun 1990-an, sementara penggunaan obat-obatan bermerk dagang dan lebih mahal meningkat.
Sejak itu berbagai percobaan telah dilakukan, mengkaji keuntungan sejumlah obat-obatan hipertensi yang ada di pasaran, namun hasilnya beragam, menurut penulis studi tersebut.
Dalam upaya mencapai kesimpulan dari bukti tersebut, para periset dari Unit Riset Kesehatan Kardiovaskular, Universitas Washington di Seattle meninjau kembali data dari 42 percobaan klinis yang diterbitkan antara tahun 1995 hingga 2002.
Mereka mendapati bahwa obat diurektik dosis rendah setidaknya sama baiknya, jika bukan lebih baik dari, obat-obat pengganti yang lebih mahal seperti penghilang-penghilang ACE (angiotensin-converting enzyme), CCB (calcium channel blockers) dan alpha blockers, untuk gangguan-gangguan yang berhubungan dengan tekanan darah.
Penelitian itu khususnya menunjukkan bahwa tidak satupun obat pengganti tersebut lebih baik dalam mencegah serangan jantung, kegagalan jantung, stroke, ataupun kematian karena penyakit-penyakit kardiovaskular dibanding obat diurektik yang murah.
Dan pada setiap kasus, obat diurektik -- yang meningkatkan pengeluaran air seni -- lebih efektif daripada masing-masing obat-obat pengganti setidaknya pada satu hal.
"Jika Anda sedang menjalani perawatan tekanan darah tinggi, dan bila Anda tak menggunakan obat diurektik dosis rendah, ada alasan untuk bertanya kepada dokter Anda, `mengapa?`," kata Bruce Psaty, salah satu penulis dan profesor epidemiologi, Universitas Washington.
Psaty dan rekan-rekannya tidak meneliti mengapa penggunaan obat diurektik merosot selama tahun 1990-an, namun ia berspekulasi bahwa kecenderungan itu sebagian terdorong oleh agresifnya pemasaran obat-obatan bermerk dagang oleh perusahan-perusahaan obat.
"Terapi-terapi lainnya itu lebih luas dipasarkan dan promosinya," kata Psaty, yang menambahkan penelitiannya memberi konfirmasi bahwa studi sebelumnya, yang telah menyimpulkan obat diurektik lebih unggul dibanding obat-obatan lebih baru, sesungguhnya sejalan dengan catatan medis dan bukan kebetulan saja.
Penelitian tersebut disponsori oleh Lembaga Jantung, Paru-paru dan Darah (NHLB) dan muncul di JAMA edisi Desember lalu.