Sebuah studi menyatakan bahwa wanita yang mengkonsumsi rata-rata sekitar 90 gram lemak per harinya berisiko ganda dibandingkan yang hanya mengkonsumsi 37 gram lemak perharinya. Namun penemuan tersebut tampaknya mengundang kontroversial, karena banyak sekali terdapat perbedaan, dan sebuah studi menyatakan jika tak terdapat hubungan antara konsumsi lemak dan risiko terserang kanker.
Namun beberapa peneliti yang melakukan studi terakhir menyatakan jika penelitian sebelumnya bisa digunakan sebagai patokan untuk mengukur tipe diet kaum wanita.
Meskipun para penelitian yang lain menuturkan jika diet berperan kecil untuk menentukan apakah seorang wanita menderita kanker.
Sebuah studi yang diterbitkan oleh Lancet medical journal di Cambridge University, Inggris melakukan sebuah penelitian yang melibatkan sekitar 13.070 wanita yang melakukan diet mulai tahun 1993 sampai 1997.
Para peneliti tersebut memulai penelitian untuk memperbaiki penelitian sebelumnya bahwa diet tak ada hubungannya dengan risiko terkena kanker. Mereka menggunakan metode pengujian kebiasaan wanita dalam berdiet – menggunakan kuisener frekuensi makanan yang dikonmsumsi dan meminta para responden untuk selalu mencatat apa saja yang mereka konsumsi setiap hari.
Pada 2002, sekitar 168 wanita menderita kanker payudara, masing-masing kasus tersebut disesuaikan dengan empat waniat sehat yang berusia sama yang sebelumnya telah mengisi kuisener pada waktu yang sama dengan penderita kanker payudara tersebut.
Seluruh grup dibagi dalam lima kategori yang sama sekitar 170 sesuai dengan lemak yang mereka konsumsi tiap harinya. Dua metode digunakan untuk mengelompokkan wanita dalam satu dari lima kategori tersebut; salah satunya didasarkan pada kuisener dan yang lainnya pada catatan harian.
Kemudian para peneliti akan menghitung secara terpisah kedua metode tersebut, dengan perbedaan risiko kanker pada wanita yang jarang mengkonsumsi lemak dan wanita yang berlebihan mengkonsumsi lemak.
Efeknya memang tak terlihat dalam kuisener frekuensi makanan yang dikonsumsi, ujar Sheila Bingham, perwakilan direktur nutrisi manusia dari Cambridge University. Bingham menyebut kuisener tersebut metodenya sangat mentah dan tak dapat diandalkan.
Namun saat catatan harian digunakan untuk mengkategorikan para wanita tersebut, responden yang mengkonsumsi diet tinggi lemak berisiko dua kali terkena kanker payudara dibanding yang mengkonsumsi sedikit lemak.
Pada kategori terendah, sekitar 14% penderita kanker payudara dibandingkan dengan 20% dalam kelas tertinggi.
Semakin banyak lemak yang mereka konsumsi semakin tinggi juga risiko kanker yang mereka idap.
Para wanita yang mengkonsumsi lemak berkadar tinggi dipandang bukan karena risiko kegemukan yang mereka idap namun lebih karena risiko kanker payudara, seperti berat tubuh dan total kalori yang mereka konsumsi, wanita yang mengkonsumsi lemak jenuh cenderung mengalami dua kali risiko menderita kanker daripada mereka yang sedikit mengkonsumsi lemak.
Pada umumnya para wanita melakukan diet lemak jenuh, sehingga asupan total lemak cenderung seimbang.
Marji McCullough, seorang pakar epidemiology pada American Cancer Society menyatakan bahwa para peneliti tersebut tak setuju dengan hasil kuisener ataupun catatan harian (food diary) yang memang kurang akurat.
Sampai sekarang banyak sekali kita temui studi tentang kanker tersebut, sebut saja penelitian terbaru yang menggabungkan sekitar 7000 kasus kanker dalam delapan penelitian dan menemukan bahwa tak ada risiko yang ditimbulkan karena konsumsi lemak.
“Jika Anda mempertimbangkan bukti-bukti tersebut, Anda akan berasumsi bahwa sedikit sekali lemak yang menyebabkan kanker, tambah McCullough.
Namun, Dr. Elio Riboli, seorang ahli gizi dan kanker menuturkan,”Penelitian ini membuka kembali seluruh penelitian serta hipotesa yang pernah dilakukan sebelumnya untuk mendapat hasil yang lebih baik pada hipotesa apakah lemak jenuh memicu timbulnya kanker.”Seorang wanita cenderung mengembangkan kanker payudara dalam hidupnya sekitar 8% dan 11%, menurut World Health Organization (WHO).
“Artikel ini adalah langkah awal untuk mengidentifikasi penentu diet terhadap risiko kaker payudara,” ujar Riboli, yang bekerja sama dengan International Agency for Research on Cancer milik PBB. “Menggandakan atau mengurangi sekitar 50% risiko kanker tersebut dapat menyelamatkan wanita dari risiko kanker setiap tahunnya.
Banyak sekali studi sebelumnya yang berpatokan pada diet pada kanker payudara dan membandingkan mereka dengan pola makan makan wanita sehat pada usia yang sama, dan hasilnya menyebutkan jika diet tinggi lemak atau lemak jenuh – lemak produk hewani seperti daging, ikan serta produk-produk susu – kecil sekali kaitannya meningkatkan risiko kanker payudara. Meskipun percobaan di laboratorium juga menunjukkan bahwa asupan lemak jenuh dapat memicu risiko kanker payudara.