Didepan sebuah konfrensi yang digagas oleh Civitas di London, John Theriault merupakan salah satu orang yang merasa prihatin dengan maraknya penjualan obat secara online melalui internet. Ia bukan khawatir karena Pfizer mendapatkan saingan baru namun, ia merujuk orang yang membeli mungkin tidak akan mendapatkan obat yang pas seperti yang tertera dipaket.
Jika hal itu dilakukan maka akan menjadi ancaman yang serius bagi pemesannya. Pfizer merupakan perusahaan farmasi yang memproduksi obat disfungsi ereksi, Viagra. John juga melihat kemungkinan obat dibuat disebuah negara tertentu namun kemudian dikirim kenegara lain dengan paket yang lain dengan kemasan baru.
Disejumlah negara Uni Eropa diperkirakan ada 140 juta obat yang mendapatkan perlakukan ini dan 70% diantaranya ditujukan untuk pasar Inggris. Untuk menanggulangi upaya mengemas obat kembali, Pfizer memperkenalkan sistem keamanan obat yang dijual di Eropa.
Semua jenis obat dari jerawat, kanker, impotensi dan penyakit jantung tersedia disejumlah situs. Padahal biasanya obat-obat itu hanya bisa didapat di apotik dengan resep dokter. Semakin maraknya situs internet yang menyediakan obat dan bukan merupakan bagian dari perusahaan farmasi dipastikan akan menimbulkan sejumlah kasus dimasa mendatang.
Dengan memasuki sebuah situs penyedia layanan mesin pencarian 'search enginee' seorang user bisa mendapatkan dan memesan obat yang diinginkan tanpa harus menggunakan resep dokter. Sebuah survey yang dilakukan di Inggris awal tahun ini membuktikan bahwa sekitar 600.000 warga Inggris telah membeli obat yang resepnya didapat dari dokter dan mencerinya di internet.
Sementara di AS diperkirakan hampir satu juta orang menggunakan situs online untuk memenuhi pemesanan obatnya. "Akan menjadi sesuatu yang serius resiko yang didapat dengan membeli obat melalui internet," ujar Dr George Rae dari the British Medical Association. "Semua obat memiliki dampak sampingan dan itu akan menjadi masalah."
"Dilain pihak membeli obat melalui internet juga tidak ada jaminan seorang user mendapatkan kualitas yang diinginkan," papar Dr George Rae. Inggris melalui badan regulasi kesehatan, tahun silam misalnya telah berhasil melakukan penghentian atas 7 situs yang melakukan penjualan secara online.