Inkontinensia urin
Pasien yang menderita inkontinensia urin cenderung untuk tidak melaporkan gejala yang dideritanya, mungkin karena merasa malu atau menganggap tidak ada yang dapat diperbuat untuk menolong dirinya. Namun demikian, inkontinensia urin ternyata banyak diderita oleh golongan lanjut usia. Prevalensinya terus meningkat dengan bertambahnya umur, lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria dan pada penderita lanjut usia yang dirawat di rumah sakit.
Menjadi lanjut usia tidak menyebabkan inkontinensia, tetapi beberapa perubahan berkaitan dengan proses lanjut usia dan keadaan patologik yang sering terjadi pada lanjut usia dapat mendukung terjadinya inkontinensia.
Inkontinensia urin mempunyai kemungkinan yang besar untuk disembuhkan, terutama pada penderita dengan mobilitas dan status mental yang cukup baik. Bahkan bila tidak dapat diobati sempurna, inkontinensia selalu dapat diupayakan lebih baik, sehingga kualitas hidup penderita dapat ditingkatkan dan meringankan beban yang ditanggung oleh mereka yang merawat penderita.
Karena umumnya penderita usia lanjut merasa segan dan frustasi serta malu untuk membicarakan inkontinensia yang mereka derita, adalah penting untuk terus memantau perkembangan gejala ini.
Pengelolaan inkontinensia urin dimulai antara lain dengan membedakan apakah secara garis besar penyebabnya dari segi urologi atau masalah neurologi. Kemudian penting untuk diketahui apakah inkontinensia terjadi secara akut atau kronik. Inkontinensia akut biasanya reversibel, berhubungan dengan penyakit akut yang sedang diderita, dan akan sembuh kembali bila penyakit akut sudah disembuhkan. Sedangkan untuk inkontinensia kronik persisten, pengobatan yang optimal tergantung dari tipe inkontinensia yang diderita.
Pembagian inkontinensia persisten adalah:
1. Tipe Stress
Urin keluar diluar pengaturan berkemih, biasanya dalam jumlah sedikit, akibat peningkatan tekanan dalam rongga perut. Banyak terjadi saat bersin, tertawa atau olah raga. Juga terjadi pada keadaan tertentu seperti obesitas dan bronkhitis kronik. Inkontinensia jenis ini jarang terjadi pada pria.
2. Tipe Urgensi
Urin keluar diluar pengaturan berkemih yang normal, biasanya dalam jumlah banyak, karena ketidakmampuan menunda berkemih.
3. Tipe Luapan
Tipe ini ditandai dengan kebocoran/keluarnya urin, biasanya dalam jumlah sedikit karena desakan mekanik akibat kandung kemih sudah sangat tegang.
4. Tipe Fungsional
Tipe fungsional ditandai dengan keluarnya urin secar dini akibat ketidakmampuan mencapai tempat berkemih karena gangguan fisik atau kognitif maupun gangguan lingkungan lainnya.
Secara umum, inkontinensia urin pada usia lanjut ditangani dengan cara program rehabilitasi berupa latihan respon kandung kemih, latihan prilaku berkemih, latihan otot dasar panggul dan modifikasi tempat berkemih, Kateterisasi (berkala atau menetap), Obat-obatan dan Pembedahan.
Inkontinensia Alvi
Inkontinensia alvi lebih jarang ditemukan dibandingkan inkontinensia urin. Defekasi, seperti halnya berkemih, adalah proses fisiologik yang melibatkan koordinasi sistem saraf, respon refleks, kontraksi otot polos, kesadaran cukup serta kemampuan mencapai tempat buang air besar. Perubahan-perubahan akibat proses menua dapat mencetuskan terjadinya inkontinensia, tetapi inkontinensia alvi bukan merupakan sesuatu yang normal pada lanjut usia.
Secara klinis, inkontinensia alvi dapat tampak sebagai feses yang cair atau belum berbentuk dan feses keluar yang sudah berbentuk, sekali atau dua kali sehari dipakaian atau tempat tidur.
Perbedaan penampilan klinis ini dapat menunjukkan penyebab yang berbeda-beda, antara lain inkontinensia alvi akibat konstipasi (sulit buang air besar), simtomatik (berkaitan dengan penyakit usus besar), akibat gangguan saraf pada proses defekasi (neurogenik), dan akibat hilangnya refleks pada anus.