MANFAAT cokelat bagi kesehatan memang telah dikenal luas dan diungkap dalam berbagai penelitian. Namun potensi makanan yang banyak digemari ini rupanya masih mengundang minat peneliti, khususnya dalam peran mencegah penyakit jantung yang berkaitann dengan diabetes.
Seperti diberitakan BBC, Senin (28/5), peneliti dari Inggris akan segera menggelar riset guna mencari potensi cokelat dalam menurunkan risiko penyakit jantung, khususnya pada wanita pengidap diabetes.
Partisipan yang direkrut adalah para pengidap diebetes tipe 2 yang telah memasuki masa menopause. Mereka akan diminta mengonsumsi sebatang cokelat sehari selama setahun.
Biji kokoa sebagai bahan utama cokelat dikenal kaya akan flavonoid yang diklaim memberi manfaat bagi jantung. Peneliti dari University of East Anglia menggunakan sejenis makanan cokelat batangan khusus yang mengandung lebih banyak flavonoid. Ini merupakan bentuk kompensasi dari fakta bahwa banyak flavonoid yang hancur dalam proses pengubahan kokoa di pabrik menjadi cokelat.
Kedelai, sebagai sumber flavonoid lainnya, juga ditambahkan oleh peneliti dalam makanan cokelat batangan ini.
Para ahli akan menguji sebuah teori bahwa menambahkan flavonoid dalam diet akan memberikan proteksi terhadap penyakit jantung selain proteksi ini juga diperoleh dari obat-obat resep.
Kematian akibat penyakit jantung di antara wanita cenderung meningkat cepat setelah mereka memasuki masa menopause. Dengan mengidap diabetes tipe 2, risiko ini meningkat hingga tiga setengah kali lipat.
Jika hasil riset ini sejalan dengan hipotesa, maka penelitian akan mencapai efek yang lebih jauh, sehingga dapat memberi saran untuk diberikan pda para wanita yang berisiko.
Peneliti berharap akan merekrut sekitar 150 wanita berusia di bawah 70 yang mengidap diabetes tipe 2 yang tidak lagi mengalami haid sedikitnya selama setahun. Mereka juga telah menggunakan obat penurun kolesterol statin sekurangnya selama 12 bulan.
¨Kami berharap dapat menunjukkan bahwa menambahkan flavonoid dalam diet akan menyediakan proteksi tambahan dari penyakit jantung dan memberi kesempatan bagi wanita untuk lebih mampu mengendalikan risiko penyakit jantung di masa mendatang,¨ ungkap pimpinan riset Professor Aedin Cassidy.
Seperti diberitakan BBC, Senin (28/5), peneliti dari Inggris akan segera menggelar riset guna mencari potensi cokelat dalam menurunkan risiko penyakit jantung, khususnya pada wanita pengidap diabetes.
Partisipan yang direkrut adalah para pengidap diebetes tipe 2 yang telah memasuki masa menopause. Mereka akan diminta mengonsumsi sebatang cokelat sehari selama setahun.
Biji kokoa sebagai bahan utama cokelat dikenal kaya akan flavonoid yang diklaim memberi manfaat bagi jantung. Peneliti dari University of East Anglia menggunakan sejenis makanan cokelat batangan khusus yang mengandung lebih banyak flavonoid. Ini merupakan bentuk kompensasi dari fakta bahwa banyak flavonoid yang hancur dalam proses pengubahan kokoa di pabrik menjadi cokelat.
Kedelai, sebagai sumber flavonoid lainnya, juga ditambahkan oleh peneliti dalam makanan cokelat batangan ini.
Para ahli akan menguji sebuah teori bahwa menambahkan flavonoid dalam diet akan memberikan proteksi terhadap penyakit jantung selain proteksi ini juga diperoleh dari obat-obat resep.
Kematian akibat penyakit jantung di antara wanita cenderung meningkat cepat setelah mereka memasuki masa menopause. Dengan mengidap diabetes tipe 2, risiko ini meningkat hingga tiga setengah kali lipat.
Jika hasil riset ini sejalan dengan hipotesa, maka penelitian akan mencapai efek yang lebih jauh, sehingga dapat memberi saran untuk diberikan pda para wanita yang berisiko.
Peneliti berharap akan merekrut sekitar 150 wanita berusia di bawah 70 yang mengidap diabetes tipe 2 yang tidak lagi mengalami haid sedikitnya selama setahun. Mereka juga telah menggunakan obat penurun kolesterol statin sekurangnya selama 12 bulan.
¨Kami berharap dapat menunjukkan bahwa menambahkan flavonoid dalam diet akan menyediakan proteksi tambahan dari penyakit jantung dan memberi kesempatan bagi wanita untuk lebih mampu mengendalikan risiko penyakit jantung di masa mendatang,¨ ungkap pimpinan riset Professor Aedin Cassidy.