Merokok adalah faktor risiko utama yang menyebabkan tumor paru-paru. Lebih dari 80 persen tumor paru-paru di seluruh dunia terjadi karena kebiasaan merokok.
TUMOR paru adalah salah satu jenis tumor yang sulit disembuhkan. Sesuai namanya, tumor paru tumbuh di organ paru-paru. Tumor ini diakibatkan oleh sel yang membelah dan tumbuh tak terkendali pada organ paru. Tumor paru jika dibiarkan dapat berkembang menjadi kanker paru.
Biasanya tumor ini berkembang di saluran napas atau bagian alveolus. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan tumor ini menyebar ke seluruh tubuh jika sudah menjadi kanker paru stadium akut.
Setiap tahun, terdapat lebih dari 1,3 juta kasus kanker paru di seluruh dunia dengan angka kematian 1,1 juta setiap tahunnya. Di Eropa, diperkirakan ada 381.500 kasus kanker paru pada 2004, dengan angka kematian 342.000 atau 936 kematian setiap hari.
Menurut Prof Dr Faisal Yunus, PhD, SpP(K), FCCP, ahli paru dari Rumah Sakit Persahabatan, tumor paru ganas yang dapat berubah menjadi kanker dibagi menjadi dua bagian besar. Pembagiannya adalah tumor paru sel kecil dan tumor paru bukan sel kecil. Membedakan dua jenis tumor ini penting dilakukan untuk mendapatkan pengobatan optimal.
Tumor paru sel kecil jarang terjadi, tapi sifanya sangat cepat menyebar. Namun keuntungannya, sel yang cepat membelah itu biasanya sensitif terhadap sinar. Karenanya, pengobatan tumor jenis ini dapat dilakukan dengan penyinaran radioterapi. Meski demikian, tumor jenis ini juga cepat menyerang kembali.
Tumor bukan sel kecil merupakan jenis tumor yang berpotensi menyebabkan kanker paru. Lebih dari 80 persen dari semua kanker paru diawali dari tumor paru bukan sel kecil ini. Terdapat tiga tipe dari tumor paru bukan sel kecil ini, yaitu adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa, dan karsinoma sel besar.
Pada tumor paru bukan sel kecil ini derajatnya dibagi berdasarkan TNM, di mana T menujukan ukuran besarnya tumor, N keterlibatan dari kelenjar limfe tubuh, dan M melihat adanya metastase (penyebaran) tumor ke bagian tubuh yang lain.
Ahli medis tidak selalu bisa menjelaskan mengapa ada orang yang mengidap tumor paru-paru, sedangkan orang lain terhindar dari penyakit itu. Namun, orang dengan faktor risiko tertentu lebih besar kemungkinannya terkena tumor paru-paru.
“Risiko terkena tumor paru lebih besar jika orang tersebut adalah kaum pria, usia di atas 40 tahun dan punya kebiasaan merokok yang lama,” ucap Prof Faisal yang juga Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia ini.
Merokok adalah faktor risiko utama yang menyebabkan tumor paru-paru. Lebih dari 80 persen tumor paru-paru di seluruh dunia terjadi karena kebiasaan merokok. Bahan-bahan berbahaya di dalam rokok bisa merusak sel paru-paru. Seiring berjalannya waktu, sel-sel yang rusak ini bisa berubah menjadi tumor, bahkan menjadi kanker. Itulah sebabnya mengapa mengisap rokok, pipa, atau cerutu bisa menyebabkan kanker paru-paru.
Selain itu, perokok pasif atau terpapar asap rokok juga bisa menyebabkan tumor paru-paru pada orang bukan perokok atau perokok pasif. Semakin sering seseorang terpapar asap rokok, semakin besar risikonya terkena tumor paru-paru.
Faktor risiko lain untuk tumor paru-paru, antara lain jika seseorang banyak mengirup zat seperti radon (sebuah gas radioaktif), asbestos, arsenik, krom, nikel, dan polusi udara. Orang dengan riwayat keluarga mengidap tumor paru juga memiliki tingkat risiko yang lebih besar. Orang yang pernah mengidap tumor paru punya risiko yang lebih besar untuk mengidap tumor paru yang kedua.
Gejala
Gejala dari tumor paru bervariasi. Bahkan, jika ukurannya masih kecil, tumor ini tidak menimbulkan gejala. “Ini karena oragan paru itu tidak mempunyai saraf sakit. Jadi walau ada tumor tidak terasa sakit. Saraf sakit ada di bagian plura, selaput tipis yang melapisi paru dan dinding dada. Jika tumor sudah mencapai bagian plura, barulah terasa nyerinya,” papar Prof Faisal.
Gejala yang terjadi jika tumor sudah membesar, antara lain batuk, bahkan bisa batuk darah jika tumor sudah mengenai pembuluh darah. Gejala lainnya, sesak napas dan nyeri dada. Ada juga gejala di luar faktor pernapasan, antara lain nafsu makan berkurang hingga berat badan turun drastis, lemas, dan cepat lelah. Gejala ini mirip dengan TBC, tidak jarang orang keliru menyangka tumor paru sebagai TBC. Cara diagnosis yang tepat akan menentukan penyakit tersebut, apakah TBC atau tumor paru. “Agar pasti dapat dilakukan pemeriksaan dengan CT Scan,” kata Prof Faisal.
Tumor paru merupakan jenis tumor yang paling sulit diobati. Penderita tumor paru bisa dikatakan hampir pasti akan meninggal karena belum ada pengobatan yang tuntas. Kesempatan bertahan pasien tumor paru kurang dari lima tahun. Jarang ada pasien yang bertahan lebih dari lima tahun dengan tumor paru ganas.
Meski demikian, bukan berarti tidak ada harapan sama sekali. Saat ini tersedia beberapa pilihan untuk pengobatan tumor paru pada masing-masing tingkatan. Keputusan pilihan pengobatan sebaiknya dibuat oleh kedua belah pihak, yakni pasien dan dokter yang merawat. Dokter juga harus menjelaskan mengapa suatu pilihan terapi ditawarkan kepada pasien dan keluarganya. Selain itu perlu dijelaskan juga kelebihan dan kekurangan dari pilihan terapi yang akan dijalani, termasuk besarnya kebutuhan biayanya.
Pengobatan tergantung pada jenis sel tumor, perjalanan penyakit, tampilan umum penderita, dan tentunya dengan mempertimbangkan aspek keuangan penderita. Pengobatan yang paling sering dilakukan adalah pembedahan. Pada tindakan bedah, bagian paru yang terkena tumor dibuang. Daerah sekitar bagian yang terkena tumor juga akan dibuang sepanjang 0.5 cm untuk mewaspadai andaikata tumor sudah menyebar.
Pasien dapat dioperasi jika stadium tumornya masih dibawah stadium 3. Jika lebih dari stadium 3, biasanya pasien akan diberi kemoterapi atau radioterapi agar tumornya mengecil dulu. Setelah itu baru dioperasi. Yang perlu diingat, tindakan operasi tidak bisa dilakukan jika tumor sudah menyebar.
Pencegahan
Tumor paru dapat dicegah atau dikurangi faktor risikonya dengan tiga cara, yaitu pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan mencegah seseorang menjadi perokok. Pencegahan sekunder adalah penghentian perokok aktif. Sementara itu, pencegahan tersier dengan menemukan penderita kanker paru stadium dini.
Selain itu dapat juga dengan banyak mengkonsumsi makanan antioksidan seperti jeruk atau wortel, yang mengandung beta karoten yang berkhasiat untuk mencegah kanker.
Biasanya tumor ini berkembang di saluran napas atau bagian alveolus. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan tumor ini menyebar ke seluruh tubuh jika sudah menjadi kanker paru stadium akut.
Setiap tahun, terdapat lebih dari 1,3 juta kasus kanker paru di seluruh dunia dengan angka kematian 1,1 juta setiap tahunnya. Di Eropa, diperkirakan ada 381.500 kasus kanker paru pada 2004, dengan angka kematian 342.000 atau 936 kematian setiap hari.
Menurut Prof Dr Faisal Yunus, PhD, SpP(K), FCCP, ahli paru dari Rumah Sakit Persahabatan, tumor paru ganas yang dapat berubah menjadi kanker dibagi menjadi dua bagian besar. Pembagiannya adalah tumor paru sel kecil dan tumor paru bukan sel kecil. Membedakan dua jenis tumor ini penting dilakukan untuk mendapatkan pengobatan optimal.
Tumor paru sel kecil jarang terjadi, tapi sifanya sangat cepat menyebar. Namun keuntungannya, sel yang cepat membelah itu biasanya sensitif terhadap sinar. Karenanya, pengobatan tumor jenis ini dapat dilakukan dengan penyinaran radioterapi. Meski demikian, tumor jenis ini juga cepat menyerang kembali.
Tumor bukan sel kecil merupakan jenis tumor yang berpotensi menyebabkan kanker paru. Lebih dari 80 persen dari semua kanker paru diawali dari tumor paru bukan sel kecil ini. Terdapat tiga tipe dari tumor paru bukan sel kecil ini, yaitu adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa, dan karsinoma sel besar.
Pada tumor paru bukan sel kecil ini derajatnya dibagi berdasarkan TNM, di mana T menujukan ukuran besarnya tumor, N keterlibatan dari kelenjar limfe tubuh, dan M melihat adanya metastase (penyebaran) tumor ke bagian tubuh yang lain.
Ahli medis tidak selalu bisa menjelaskan mengapa ada orang yang mengidap tumor paru-paru, sedangkan orang lain terhindar dari penyakit itu. Namun, orang dengan faktor risiko tertentu lebih besar kemungkinannya terkena tumor paru-paru.
“Risiko terkena tumor paru lebih besar jika orang tersebut adalah kaum pria, usia di atas 40 tahun dan punya kebiasaan merokok yang lama,” ucap Prof Faisal yang juga Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia ini.
Merokok adalah faktor risiko utama yang menyebabkan tumor paru-paru. Lebih dari 80 persen tumor paru-paru di seluruh dunia terjadi karena kebiasaan merokok. Bahan-bahan berbahaya di dalam rokok bisa merusak sel paru-paru. Seiring berjalannya waktu, sel-sel yang rusak ini bisa berubah menjadi tumor, bahkan menjadi kanker. Itulah sebabnya mengapa mengisap rokok, pipa, atau cerutu bisa menyebabkan kanker paru-paru.
Selain itu, perokok pasif atau terpapar asap rokok juga bisa menyebabkan tumor paru-paru pada orang bukan perokok atau perokok pasif. Semakin sering seseorang terpapar asap rokok, semakin besar risikonya terkena tumor paru-paru.
Faktor risiko lain untuk tumor paru-paru, antara lain jika seseorang banyak mengirup zat seperti radon (sebuah gas radioaktif), asbestos, arsenik, krom, nikel, dan polusi udara. Orang dengan riwayat keluarga mengidap tumor paru juga memiliki tingkat risiko yang lebih besar. Orang yang pernah mengidap tumor paru punya risiko yang lebih besar untuk mengidap tumor paru yang kedua.
Gejala
Gejala dari tumor paru bervariasi. Bahkan, jika ukurannya masih kecil, tumor ini tidak menimbulkan gejala. “Ini karena oragan paru itu tidak mempunyai saraf sakit. Jadi walau ada tumor tidak terasa sakit. Saraf sakit ada di bagian plura, selaput tipis yang melapisi paru dan dinding dada. Jika tumor sudah mencapai bagian plura, barulah terasa nyerinya,” papar Prof Faisal.
Gejala yang terjadi jika tumor sudah membesar, antara lain batuk, bahkan bisa batuk darah jika tumor sudah mengenai pembuluh darah. Gejala lainnya, sesak napas dan nyeri dada. Ada juga gejala di luar faktor pernapasan, antara lain nafsu makan berkurang hingga berat badan turun drastis, lemas, dan cepat lelah. Gejala ini mirip dengan TBC, tidak jarang orang keliru menyangka tumor paru sebagai TBC. Cara diagnosis yang tepat akan menentukan penyakit tersebut, apakah TBC atau tumor paru. “Agar pasti dapat dilakukan pemeriksaan dengan CT Scan,” kata Prof Faisal.
Tumor paru merupakan jenis tumor yang paling sulit diobati. Penderita tumor paru bisa dikatakan hampir pasti akan meninggal karena belum ada pengobatan yang tuntas. Kesempatan bertahan pasien tumor paru kurang dari lima tahun. Jarang ada pasien yang bertahan lebih dari lima tahun dengan tumor paru ganas.
Meski demikian, bukan berarti tidak ada harapan sama sekali. Saat ini tersedia beberapa pilihan untuk pengobatan tumor paru pada masing-masing tingkatan. Keputusan pilihan pengobatan sebaiknya dibuat oleh kedua belah pihak, yakni pasien dan dokter yang merawat. Dokter juga harus menjelaskan mengapa suatu pilihan terapi ditawarkan kepada pasien dan keluarganya. Selain itu perlu dijelaskan juga kelebihan dan kekurangan dari pilihan terapi yang akan dijalani, termasuk besarnya kebutuhan biayanya.
Pengobatan tergantung pada jenis sel tumor, perjalanan penyakit, tampilan umum penderita, dan tentunya dengan mempertimbangkan aspek keuangan penderita. Pengobatan yang paling sering dilakukan adalah pembedahan. Pada tindakan bedah, bagian paru yang terkena tumor dibuang. Daerah sekitar bagian yang terkena tumor juga akan dibuang sepanjang 0.5 cm untuk mewaspadai andaikata tumor sudah menyebar.
Pasien dapat dioperasi jika stadium tumornya masih dibawah stadium 3. Jika lebih dari stadium 3, biasanya pasien akan diberi kemoterapi atau radioterapi agar tumornya mengecil dulu. Setelah itu baru dioperasi. Yang perlu diingat, tindakan operasi tidak bisa dilakukan jika tumor sudah menyebar.
Pencegahan
Tumor paru dapat dicegah atau dikurangi faktor risikonya dengan tiga cara, yaitu pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan mencegah seseorang menjadi perokok. Pencegahan sekunder adalah penghentian perokok aktif. Sementara itu, pencegahan tersier dengan menemukan penderita kanker paru stadium dini.
Selain itu dapat juga dengan banyak mengkonsumsi makanan antioksidan seperti jeruk atau wortel, yang mengandung beta karoten yang berkhasiat untuk mencegah kanker.