DI ERA modern sekarang, anak-anak memiliki banyak pilihan untuk mendapatkan hiburan atau mengisi waktu luangnya. Salah satu di antaranya adalah menonton tayangan film baik di televisi atau pun bioskop.
Selain memiliki fungsi menghibur, kegiatan menonton film juga dapat dijadikan sarana atau media edukasi. Namun tak jarang pula, film dapat menimbulkan dampak negatif bagi anak-anak karena pesan dan isi yang disampaikannya tidak sesuai atau layak bagi usia anak-anak.
Menurut Dr Frieda Mangunsong, M.Ed, Associate Professor dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, film adalah salah satu media yang mampu mempengaruhi anak-anak bahkan sejak mereka bayi sekalipun. Dari film, anak-anak bisa mendapatkan berbagai hal mulai dari meniru kata-kata, mengenal warna, benda, gerakan, musikalitas, ritme dan banyak hal.
"Anak-anak menyukai film karena dalamnya terdapat banyak sekali unsur. Ada tema dan pesan, kaya akan gambar dan warna, tampilan kata-kata, gerakan visual dan adegan-adegan yang menghibur," ungkap Frieda di sela-sela jumpa pers pemutaran perdana film musikal dan petualangan anak "Liburan Seruuu" di Jakarta, Senin (30/4) kemarin.
Film, lanjut Frieda, juga dapat memberikan model-model tertentu bagi anak-anak mulai dari kekerasan, kecerdasan, kepemimpinan, keceriaan, kejenakaan. "Nah di sinilah pentingnya peruntukkan film bagi anak. Jangan sampai orang tua membiarkan anak-anaknya menonton film yang isi dan pesannya tak sesuai untuk usianya," tegas Frieda.
Yang tak kalah penting, lanjutnya, film juga dapat membantu memberikan stimulasi dan mengembangkan kecerdasan majemuk (multiple intelligence) dari individu yang ditontonnya. Kecerdasan majemuk disini adalah kecerdasan yang menyangkut banyak aspek mulai dari fungsi bahasa, gambar(imajinasi), musik, motorik (gerak), logika, sosial hingga spiritual.
Supaya film memberikan fungsi edukasi dan memberi stimulasi kecerdasan anak, Frieda menyarankan orang tua untuk mendamping, mengarahkan dan memilih film yang baik untuk anak-anak.
"Pilihkan film yang polos, sesuai dengan perkembangan usia dan tugas perkembangan anak. Hindari film yang mengandung kekerasan, mistis, percintaan, perilaku seksual yang berlebihan dan belum waktunya," paparnya.
Ia juga menyarankan orang tua untuk memilih film yang dapat membantu anak mengembangkan fungsi berpikir, menganalisa situasi dan memecahkan masalah.
"Dengan film yang baik, anak-anak akan tertantang untuk bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, menentukan sikap, mengendalikan emosi dan ,meningkatkan berbagai keterampilan supaya mandiri, jelasnya.
Waspadai Isi Pesan Film
Frieda juga menekankan orang tua memperhatikan isi dan pesan yang disampaikan sebuah film. Karena jika pesan yang disampaikan samar atau tak jelas, bukan mustahil yang diserap anak-anak adalah pesan yang buruk dan merusak.
"Ketika pesan itu melenceng dari dunia anak seperti kekerasan, seksual, percintaan di luar usia, penipuan atau cerita tak positif atau konstruktif seperti kemenangan di pihak yang salah, ada kemungkinan anak tidak menangkap pesan dengan lengkap dan baik. Akhirnya pesan yang ditangkap justru yang buruk," tegasnya.
Untuk itu, kata Frieda peran orang tua dituntut dalam memahami pesan sebuah film, selain juga melakukan pendampingan dan penjelasan maknanya. Pastikan apakah isi film menimbulkan kekhawatiran, kecemasan atau ketidakjelasan pada anak.
"Untuk itu, kita bisa lihat perilaku anak setelah mereka menonton film, apakah menimbulkan efek ketidakbahagiaan, kecemasan, kekerasan, hal negatif atau perilaku anak yang mencoba-coba apa yang ditunjukkan film. Bila ini terjadi, kita wajib menetralisirnya dengan cara menjelaskan kepada anak mengapa itu terjadi dan berikan pemahaman bahwa dalam hidup ada yang baik dan yang buruk. Ajak mereka menonton film yang baik untuk menyeimbangkannya, dan tanamkan pada anak bahwa kita harus bertindak baik dan positif," tandas Frieda.
Hal lain yang tak kalah penting dalam aktivitas menonton film adalah batasan waktu atau durasi menonton. Frieda menegaskan, orang tua harus dapat membedakan aktivitas menonton film pada masa sekolah dan pada saat musim liburan sekolah.
Berikanlah waktu atau kebebasan yang agak longgar kepada anak untuk menonton film di musim liburan sebagai bagian rekreasi. Namun bila ada kegiatan lain selama liburan, menonton film dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif. "Buatlah perencanaan agar aktivitas anak-anak tetap seimbang sesuai pertimbangan dan kebutuhannya. Jangan sampai kegiatan utama mereka sehari-hari menjadi tersita untuk hanya menonton film," tandasnya.
Selain memiliki fungsi menghibur, kegiatan menonton film juga dapat dijadikan sarana atau media edukasi. Namun tak jarang pula, film dapat menimbulkan dampak negatif bagi anak-anak karena pesan dan isi yang disampaikannya tidak sesuai atau layak bagi usia anak-anak.
Menurut Dr Frieda Mangunsong, M.Ed, Associate Professor dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, film adalah salah satu media yang mampu mempengaruhi anak-anak bahkan sejak mereka bayi sekalipun. Dari film, anak-anak bisa mendapatkan berbagai hal mulai dari meniru kata-kata, mengenal warna, benda, gerakan, musikalitas, ritme dan banyak hal.
"Anak-anak menyukai film karena dalamnya terdapat banyak sekali unsur. Ada tema dan pesan, kaya akan gambar dan warna, tampilan kata-kata, gerakan visual dan adegan-adegan yang menghibur," ungkap Frieda di sela-sela jumpa pers pemutaran perdana film musikal dan petualangan anak "Liburan Seruuu" di Jakarta, Senin (30/4) kemarin.
Film, lanjut Frieda, juga dapat memberikan model-model tertentu bagi anak-anak mulai dari kekerasan, kecerdasan, kepemimpinan, keceriaan, kejenakaan. "Nah di sinilah pentingnya peruntukkan film bagi anak. Jangan sampai orang tua membiarkan anak-anaknya menonton film yang isi dan pesannya tak sesuai untuk usianya," tegas Frieda.
Yang tak kalah penting, lanjutnya, film juga dapat membantu memberikan stimulasi dan mengembangkan kecerdasan majemuk (multiple intelligence) dari individu yang ditontonnya. Kecerdasan majemuk disini adalah kecerdasan yang menyangkut banyak aspek mulai dari fungsi bahasa, gambar(imajinasi), musik, motorik (gerak), logika, sosial hingga spiritual.
Supaya film memberikan fungsi edukasi dan memberi stimulasi kecerdasan anak, Frieda menyarankan orang tua untuk mendamping, mengarahkan dan memilih film yang baik untuk anak-anak.
"Pilihkan film yang polos, sesuai dengan perkembangan usia dan tugas perkembangan anak. Hindari film yang mengandung kekerasan, mistis, percintaan, perilaku seksual yang berlebihan dan belum waktunya," paparnya.
Ia juga menyarankan orang tua untuk memilih film yang dapat membantu anak mengembangkan fungsi berpikir, menganalisa situasi dan memecahkan masalah.
"Dengan film yang baik, anak-anak akan tertantang untuk bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, menentukan sikap, mengendalikan emosi dan ,meningkatkan berbagai keterampilan supaya mandiri, jelasnya.
Waspadai Isi Pesan Film
Frieda juga menekankan orang tua memperhatikan isi dan pesan yang disampaikan sebuah film. Karena jika pesan yang disampaikan samar atau tak jelas, bukan mustahil yang diserap anak-anak adalah pesan yang buruk dan merusak.
"Ketika pesan itu melenceng dari dunia anak seperti kekerasan, seksual, percintaan di luar usia, penipuan atau cerita tak positif atau konstruktif seperti kemenangan di pihak yang salah, ada kemungkinan anak tidak menangkap pesan dengan lengkap dan baik. Akhirnya pesan yang ditangkap justru yang buruk," tegasnya.
Untuk itu, kata Frieda peran orang tua dituntut dalam memahami pesan sebuah film, selain juga melakukan pendampingan dan penjelasan maknanya. Pastikan apakah isi film menimbulkan kekhawatiran, kecemasan atau ketidakjelasan pada anak.
"Untuk itu, kita bisa lihat perilaku anak setelah mereka menonton film, apakah menimbulkan efek ketidakbahagiaan, kecemasan, kekerasan, hal negatif atau perilaku anak yang mencoba-coba apa yang ditunjukkan film. Bila ini terjadi, kita wajib menetralisirnya dengan cara menjelaskan kepada anak mengapa itu terjadi dan berikan pemahaman bahwa dalam hidup ada yang baik dan yang buruk. Ajak mereka menonton film yang baik untuk menyeimbangkannya, dan tanamkan pada anak bahwa kita harus bertindak baik dan positif," tandas Frieda.
Hal lain yang tak kalah penting dalam aktivitas menonton film adalah batasan waktu atau durasi menonton. Frieda menegaskan, orang tua harus dapat membedakan aktivitas menonton film pada masa sekolah dan pada saat musim liburan sekolah.
Berikanlah waktu atau kebebasan yang agak longgar kepada anak untuk menonton film di musim liburan sebagai bagian rekreasi. Namun bila ada kegiatan lain selama liburan, menonton film dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif. "Buatlah perencanaan agar aktivitas anak-anak tetap seimbang sesuai pertimbangan dan kebutuhannya. Jangan sampai kegiatan utama mereka sehari-hari menjadi tersita untuk hanya menonton film," tandasnya.