HIDUP dan mati adalah sesuatu yang telah digariskan Tuhan. Tak ada yang bisa memperkirakan kapan seseorang akan meninggal atau berapa lama lagi dapat bertahan hidup saat keadaan sakit berat.
Dalam kondisi sakit sekalipun, optimisme dan harapan memang harus selalu dipelihara dan dipertahankan. Menyoal optimisme ini, sebuah riset menunjukkan bahwa penderita gagal jantung adalah mereka yang memiliki harapan dan optimisme tinggi.
Penelitian mengungkapkan, penderita gagal jantung terlalu yakin atau berlebihan dalam memperkirakan berapa lama lagi mereka bisa bertahan hidup. Penelitian terbaru yag dimuat Journal of the American Medical Association menyebutkan, hampir dua pertiga pasien penderita gagal jantung kongestive selalu berlebihan dalam memperhitungkan angka harapan hidup mereka atau 40% lebih tinggi dibandingkan rata-rata relalistis yang didasarkan hasil prognosis atau kemungkinan masa depan penyakit.
Gagal jantung kongestif, yang terjadi ketika jantung menjadi terlalu lemah atau berkurangnya volume pemompaan sehingga jantung tidak dapat mencukupi kebutuhan darah untuk seluruh bagian tubuh, tercatat menjad penyebab 55.000 kematian setiap tahunnya dan secara tidak langsung di Amerika Serikat menyebabkan 230.000 kematian lainnya secara rutin setiap tahun .
Meskipun sudah ini ada kemajuan dalam pengobatan penyakit jantung ini , para ahli mengatakan prognosis bagi pasien penderitanya masih lemah, dengan sekitar 50% rata-rata harapan hidupnya kurang dari lima tahun. Bahkan pasien yang menderita gagal jantung stadium lanjut, hampir 90% di antaranya meninggal dalam kurun waktu satu tahun.
"Persepsi pasien tentang prognosis memang penting artinya karena hal ini mempengaruhi keputusan medis dalam hal pengobatan, alat, transplantasi dan perawatan di akhir hidup," tulis peneliti dari the Duke Clinical Research Institute, Larry A. Allen, MD, MHS.
Dalam risetnya, Larry dan timnya melibatkan 122 pasein (rata-rata berusia 62 tahun) yang menderita gagal jantung kongestif stadium sedang hingga lanjut. Para pasien ditanya mengenai persepsi akan harapan hidup mereka.
Peneliti menemukan pasien gagal jantung cenderung terlalu berlebihan dalam memperhitungkan harapan hidupnya dengan rata-rata kelebihan sekitar tiga tahun. Rata-rata pasien memperkirakan mereka bisa bertahan hingga 13 tahun sedangkan hasil perhitungan medis yang telah divalidasi menunjukkan hanya 10 tahun.
Secara keseluruhan, 63% penderita gagal jantung berlebihan dalam memperkirakan harapan hidunya dengan rata-rata 40% di atas prediksi dari perhitungan medis. Pasien yang lebih muda dan mengidap stadium lanjut adalah mereka yang cenderung paling berlebihan dalam memperkirakan harapan hidupnya.
Riset yang dilakukan Larry cs ini berlangsung selama tiga tahun dan sebanyak 29% pasien yang menjadi partisipan meninggal. Peneliti tidak menemukan hubungan antara persepsi akan panjangnya harapan hidup dengan kemamupan bertahan hidup atau survival.
Dalam kondisi sakit sekalipun, optimisme dan harapan memang harus selalu dipelihara dan dipertahankan. Menyoal optimisme ini, sebuah riset menunjukkan bahwa penderita gagal jantung adalah mereka yang memiliki harapan dan optimisme tinggi.
Penelitian mengungkapkan, penderita gagal jantung terlalu yakin atau berlebihan dalam memperkirakan berapa lama lagi mereka bisa bertahan hidup. Penelitian terbaru yag dimuat Journal of the American Medical Association menyebutkan, hampir dua pertiga pasien penderita gagal jantung kongestive selalu berlebihan dalam memperhitungkan angka harapan hidup mereka atau 40% lebih tinggi dibandingkan rata-rata relalistis yang didasarkan hasil prognosis atau kemungkinan masa depan penyakit.
Gagal jantung kongestif, yang terjadi ketika jantung menjadi terlalu lemah atau berkurangnya volume pemompaan sehingga jantung tidak dapat mencukupi kebutuhan darah untuk seluruh bagian tubuh, tercatat menjad penyebab 55.000 kematian setiap tahunnya dan secara tidak langsung di Amerika Serikat menyebabkan 230.000 kematian lainnya secara rutin setiap tahun .
Meskipun sudah ini ada kemajuan dalam pengobatan penyakit jantung ini , para ahli mengatakan prognosis bagi pasien penderitanya masih lemah, dengan sekitar 50% rata-rata harapan hidupnya kurang dari lima tahun. Bahkan pasien yang menderita gagal jantung stadium lanjut, hampir 90% di antaranya meninggal dalam kurun waktu satu tahun.
"Persepsi pasien tentang prognosis memang penting artinya karena hal ini mempengaruhi keputusan medis dalam hal pengobatan, alat, transplantasi dan perawatan di akhir hidup," tulis peneliti dari the Duke Clinical Research Institute, Larry A. Allen, MD, MHS.
Dalam risetnya, Larry dan timnya melibatkan 122 pasein (rata-rata berusia 62 tahun) yang menderita gagal jantung kongestif stadium sedang hingga lanjut. Para pasien ditanya mengenai persepsi akan harapan hidup mereka.
Peneliti menemukan pasien gagal jantung cenderung terlalu berlebihan dalam memperhitungkan harapan hidupnya dengan rata-rata kelebihan sekitar tiga tahun. Rata-rata pasien memperkirakan mereka bisa bertahan hingga 13 tahun sedangkan hasil perhitungan medis yang telah divalidasi menunjukkan hanya 10 tahun.
Secara keseluruhan, 63% penderita gagal jantung berlebihan dalam memperkirakan harapan hidunya dengan rata-rata 40% di atas prediksi dari perhitungan medis. Pasien yang lebih muda dan mengidap stadium lanjut adalah mereka yang cenderung paling berlebihan dalam memperkirakan harapan hidupnya.
Riset yang dilakukan Larry cs ini berlangsung selama tiga tahun dan sebanyak 29% pasien yang menjadi partisipan meninggal. Peneliti tidak menemukan hubungan antara persepsi akan panjangnya harapan hidup dengan kemamupan bertahan hidup atau survival.