KENYATAAN di Indonesia saat ini, baik di perkotaan dan pedesaan, permintaan bantuan dukun saat melahirkan ternyata masih tinggi. Berkait dengan upaya mengurangi Angka Kematian Ibu/AKI saat melahirkan, sebaiknya para dukun di desa dirangkul agar bisa bekerjasama/bermitra dengan bidan desa menangani proses persalinan.
"Jika perempuan tidak mendapatkan pelayanan atau akses melahirkan secara aman, itu merupakan tindak kekerasan terhadap perempuan," kata Direktur Penelitian Woman Research Institute/WRI Edriana Noerdin saat seminar hasil penelitian Akses dan Pemanfaatan Fasilitas dan Pelayanan Kesehatan Perempuan Miskin di Jakarta, Senin (30/6).
Penelitian yang dilakukan oleh WRI yang didukung oleh Ford Foundation ini dilakukan di tujuh kabupaten, yakni dua kabupaten dengan HDI rendah (Sumba Barat, Lombok Tengah), dua kabupaten dengan kebijakan bagus (Surakarta, Jembrana), tiga kabupaten dimana banyak keluarga miskin, akses kesehatan sulit dan derajat kesehatan rendah (Lebak, Lampung Utara dan Indramayu).
Populasi yang diteliti adalah kelompok masyarakat miskin, khususnya perempuan yang memiliki anak di bawah usia tiga tahun di daerah miskin. Sampelnya di setiap kabupaten sebanyak 300 orang, diambil di dua kecamatan dan empat desa per kabupaten.
Alasan masyarakat bersalin ke dukun antara lain karena tempat tinggal dukun dekat dengan perkampungan masyarakat sehingga dukun lebih mudah dipanggil dan ditemui kapan saja, menolong tanpa dijahit, biayanya lebih murah, ada hubungan emosional antara dukun dan si ibu yang akan melahirkan, kebiasaan turun menurun, dukun memberi pelayanan yang menyeluruh, termasuk mengurus pasca persalinan.
Sementara itu, menurut Ketua Bidang Pendidikan Ikatan Bidan Indonesia/IBI Emi Nurjasmi, jumlah bidan di Indonesia saat ini yang mendaftar di IBI sebanyak 86.000 (IBI 2006). Sebanyak 10.086 bidan bertugas di Rumah Sakit, 20.831 bidan bertugas di Puskesmas dan sebagai bidan desa sebanyak 52.091.
Penolong persalinan, di perkotaan sebanyak 3,6 persen ditolong oleh dokter umum, dokter spesialis kandungan 13,6 persen, bidan 61,8 persen, dukun 19,9 persen, lain-lain 1,1 persen.Sedangkan di pedesaan sebanyak 0,9 persen persalinan dibantu oleh dokter umum, dokter kandungan 4,6 persen, bidan 49,7 persen, dukung 41,6 persen dan lain-lain 2,1 persen.
Sasaran atau target Depkes tahun 2009 semua desa menjadi Desa Siaga. "Sekarang ada 69.957 desa, tapi desa yang memiliki Polindes baru 26.455 desa," kata Emi. Karena itu tidak heran jika ibu hamil masih memilih melahirkan dengan bantuan dukun beranak karena jumlah bidan dan polindes tidak memadai.
"Saya sebagai bidan menyadari, kita tidak mungkin mematikan peran dukun. Kenyataannya dukun itu jumlahnya banyak. Kita harus mencari solusi, yakni bidan harus bermitra dengan dukun. Kita manfaatkan dukun untuk membantu persalinan dengan benar," kata Emi Nurjasmi.