Istilah vertigo sering dipersepsikan sebagai pusing, puyeng, melayang, berputar. Perlu dipastikan kondisi vertigo sebenarny agar penanganannya pun tepat.
Pertemuan ilmiah ke-23 yang diadakan oleh Indonesia Japan Medical Study Club (IJMSC) pada pertengahan Mei lalu mengangkat topik Penatalaksanaan Vertigo Dalam Praktek Sehari-hari. Mengingat vertigo adalah kondisi yang banyak terjadi di masyarakat, maka topik ini layak disimak.
Vertigo merupakan suatu gejala subyektif. Istilah pusing, melayang, puyeng, sering dianggap sama dengan vertigo. Padahal istilah itu juga digunakan untuk menunjukkan misalnya nyeri kepala, pikiran bingung, dan sebagainya. Sehingga harus dipastikan bahwa keluhan itu sebagai vertigo yang lebih dikenal dengan istilah pusing tujuh keliling.
Faktor usia seseorang yang semakin tua, kebiasaan kurang tidur, tidak tahu waktu, dan adanya berbagai tekanan hidup, adalah beberapa contoh faktor yang menyebabkan seseorang mengalami vertigo.. “Semua harus diperiksa, jangan sampai terjadi penyempitan dan penyumbatan di otak. Kita harus berusaha menghilangkan berbagai kemungkinan,” jelas Prof. Dr. dr. H. Sujudi, SpMK.
Gangguan keseimbangan
Menurut dr. Andradi Suryamihardja, SpS, jika penderita dengan jelas mengatakan bahwa ia merasa pusing dengan berputar terbalik-balik, itu berarti orang tersebut mengalami vertigo. Namun perlu diingat, ada juga penderita yang merasa vertigo ketika dalam posisi berbaring, dari jongkok lalu berdiri. Bahkan ada juga vertigo yang muncul ketika berada di tengah keramaian.
Tak salah jika vertigo disebut juga gangguan keseimbangan yang beragam.Bisa juga dikatakan bahwa vertigo merupakan suatu ilusi dimana seseorang merasa tubuhnya bergerak terhadap lingkungannya atau lingkungan bergerak terhadap dirinya. Vertigo bisa dicetuskan oleh gerakan obyek gambar (visual), lingkungan yang ramai orang, kemacetan lalu lintas, atau misalnya ramainya supermarket.
Alat keseimbangan tubuh manusia yang sentral (utama) ada pada otak kecil di bagian belakang kepala. Ketika terbentur, sistem keseimbangan pun terganggu sehingga muncul vertigo. Alat keseimbangan dalam telinga pun sensitif terhadap perubahan, misalnya ketika seseorang sedang flu berat, maka bisa menyebabkan vertigo.
Vertigo juga bisa sebagai gejala stroke. Vertigo yang melibatkan otak sentral, selain karena benturan pada kepala bagian belakang, bisa juga karena suplai darah ke otak berkurang. Jika tidak segera diatasi, dapat menimbulkan stroke. Selain itu, seseorang yang mengalami vertigo bukan karena benturan yang kemudian mengalami gangguan bicara, dicurigai sebagai serangan awal stroke.
Itulah sebabnya, vertigo harus dikenali secara benar. Sebagai deteksi awal, bisa dilihat bentuk vertigonya. Apakah melayang, goyang berputar, tujuh keliling, rasa naik perahu, dan sebagainya. Selanjutnya dilihat keadaan yang memprovokasi timbulnya vertigo, seperti perubahan posisi kepala dan tubuh, keletihan, ketegangan, atau kurang tidur.
Langkah berikutnya, melihat waktu timbulnya. Apakah perlahan, hilang timbul, mendadak, knonik, dan apakah adagangguan pendengaran. Rincian keluhan ini berguna untuk menentukan apakah vertigo yang dialami termasuk ringan atau berat. Vertigo ringan misalnya yang mengalami gejala berputar karena stres atau muncul ketika ganti posisi. Sementara vertigo yang berat, penderita bisa tiba-tiba terjatuh.
Pengobatan vertigo bisa dengan obat anti vertigo serta terapi gerakan. Jika terdapat keluhan mual, muntah, lemas, serta berputar, maka diberikan obat secukupnya untuk mengurangi gejala tersebut. Sehingga penderita dapat mengikuti latihan rehabilitasi.
Bagi penderita vertigo akut, untuk menghilangkan vertigo, mual, muntah perlu waktu sampai seminggu. Sedagkan untuk dapat bekerja kembali seperti semula, bergerak stabil, biasanya perlu waktu 2-3 minggu. Untuk mengatasinya dapat melatih mata dan otot tubuh.
Pastinya, sebelum memberikan pengobatan, harus dilihat dulu penyebabnya, sumber, faktor pemicu, kapan serangan muncul, lama munculnya vertigo dan gejala penyertanya. Nah, dokter yang ahli menangani penyakit ini akan langsung tahu tindakan apa yang harus dilakukan.
Sedangkan bagi penderita, kenali vertigo yang Anda alami dengan mengikuti langkah-langkah di atas. Indentifikasi pada diri sendiri merupakan langkah terbaik untuk pengobatan vertigo. (BI)
IJMSC: Bagi-bagi Pengetahuan Kesehatan
********* fotonya ada (konfirm beby)
Pada tahun 1994, terbentuklah Japan Pharmaceutical Club Indonesia (JPCI), yang terdiri dari perusahaan-perusahaan farmasi Jepang yang ada di Indonesia, yaitu PT Otsuka Indonesia, PT Takeda Indonesia, PT Meiji Indonesia, PT Tanabe Indonesia, PT Eisai Indonesia, dan PT Yamanouchi Indonesia sebagai anggota yang baru bergabung tahun lalu.
JPCI dibentuk dengan tujuan mentransfer pengetahuan tentang teknologi yang berkembang di Jepang dalam bidang kesehatan, kepada dokter-dokter di Indonesia khususnya dokter di puskesmas dan dokter-dokter umum. Agar tujuan ini dapat terlaksana, dibentuklah IJMSC. “Jadi, para perusahaan Jepang ini tergabung dalam JPCI, dan untuk melaksanakan kegiatannya adalah IJMSC,” jelas Prof. Dr. dr. H. Sujudi, SpMK, Ketua IJMSC.
Dalam kegiatannya, IJMSC mengadakan pertemuan ilmiah yang sampai tahun ini sudah berlangsung selama 23 kali. Pada awalnya, kegiatan ini berlangsung tiga kali setahun, namun pernah juga hanya dua kali setahun. Pertemuan ilmiah yang diadakan menyasar pada para dokter puskesmas dan paramedis, dan bukan unutk masyarakat awam. Sosialisasi acara dilakukan oleh para medical representative masing-masing perusahaan farmasi tersebut kepada para dokter yang biasa mereka kunjungi.
Penyelenggara pertemuan ilmiah ini dikoordinir secara bergiliran oleh keenam perusahaan farmasi Jepang tersebut. Namun, untuk mengundang peserta, dilakukan oleh semua perusahaan, sambil mempromosikan produknya. “Seminar yang kami adakan sudah diakui IDI karena memiliki nilai ilmiah, selain itu juga mempunyai angka kredit dengan adanya sertifikat yang dibagikan seusai acara,” jelasnya.
Ucapan terima kasih
Latar belakang perusahaan farmasi Jepang yang ada di Indonesia ini membentuk JPCI sebenarnya adalah sebagai perwujudan rasa terima kasih untuk masyarakat Indonesia khususnya di dunia kedokteran. Perusahaan farmasi yang tergabung pada JPCI ingin melakukan sesuatu dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan, tanpa mempromosikan produknya dalam setiap kegiatan. Sehingga kegiatan ini lebih bersifat sosial atau tidak komersil.
Transfer pengetahuan yang dilakukan ini dari dokter Indonesia yang sudah ahli di bidangnya, kepada para dokter di puskesmas dan perawat yang dianggap sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di masyarakat. “Sehingga topik-topik yang dipresentasikan dalam setiap pertemuan ilmiah berkisar pada penatalaksanaan atau manajemen penyakit,” ungkap Prof. Sujudi.
Topik yang diangkat adalah topik yang sedang berkembang di tengah masyarakat juga kedokteran. Selama ini, topik yang sudah pernah diangkat di antaranya SARS, rasa mual, masalah urologi, batu ginjal, dan sebagainya. “Sampai saat ini peserta terbanyak adalah waktu topiknya masalah urologi, yaitu sampai 250 orang,” tambah Prof Sujudi.
Setiap kali pertemuan ilmiah, peserta yang datang sekitar 150-an. Namun, banyaknya peserta ini juga tergantung lokasi pertemuan ilmiah, dan juga waktu penyelenggaraan pertemuan. Contohnya, waktu pertemuan ini diadakan dekat dengan RSUPN Ciptomangunkusumo, peserta banyak karena dokter-dokter jaga di rumah sakit tersebut bisa ikut menjadi peserta. Lokasi pertemuan awalnya beragam, baik di hotel juga rumah sakit.
Namun, saat ini tidak pernah diadakan lagi di hotel karena faktor biaya. Karena acara ini dikoordinir dan diatur oleh perusahaan farmasi yang sedang mendapat giliran, maka IJMSC tidak mengatur keuangan atau perlengkapan lain. “Kami hanya mengetahui segala persiapan serta membuka dan menutup acara. Untuk pembicara dan moderator, semua adalah dokter yang ahli di bidang yang sedang dipresentasikan.”
Biasanya, perusahaan farmasi mengundang dan menentukan topik yang akan diangkat, 3-4 bulan sebelum acara. Acara pun dibuat menarik dengan adanya doorprize berupa alat rumah tangga sampai elektronik, bukan produk dari perusahaan farmasi. Antisipasi pun juga dilakukan, jika ada makalah yang tersisa, disebarkan oleh para medical representative untuk keperluan lain
Pertemuan ilmiah ke-23 yang diadakan oleh Indonesia Japan Medical Study Club (IJMSC) pada pertengahan Mei lalu mengangkat topik Penatalaksanaan Vertigo Dalam Praktek Sehari-hari. Mengingat vertigo adalah kondisi yang banyak terjadi di masyarakat, maka topik ini layak disimak.
Vertigo merupakan suatu gejala subyektif. Istilah pusing, melayang, puyeng, sering dianggap sama dengan vertigo. Padahal istilah itu juga digunakan untuk menunjukkan misalnya nyeri kepala, pikiran bingung, dan sebagainya. Sehingga harus dipastikan bahwa keluhan itu sebagai vertigo yang lebih dikenal dengan istilah pusing tujuh keliling.
Faktor usia seseorang yang semakin tua, kebiasaan kurang tidur, tidak tahu waktu, dan adanya berbagai tekanan hidup, adalah beberapa contoh faktor yang menyebabkan seseorang mengalami vertigo.. “Semua harus diperiksa, jangan sampai terjadi penyempitan dan penyumbatan di otak. Kita harus berusaha menghilangkan berbagai kemungkinan,” jelas Prof. Dr. dr. H. Sujudi, SpMK.
Gangguan keseimbangan
Menurut dr. Andradi Suryamihardja, SpS, jika penderita dengan jelas mengatakan bahwa ia merasa pusing dengan berputar terbalik-balik, itu berarti orang tersebut mengalami vertigo. Namun perlu diingat, ada juga penderita yang merasa vertigo ketika dalam posisi berbaring, dari jongkok lalu berdiri. Bahkan ada juga vertigo yang muncul ketika berada di tengah keramaian.
Tak salah jika vertigo disebut juga gangguan keseimbangan yang beragam.Bisa juga dikatakan bahwa vertigo merupakan suatu ilusi dimana seseorang merasa tubuhnya bergerak terhadap lingkungannya atau lingkungan bergerak terhadap dirinya. Vertigo bisa dicetuskan oleh gerakan obyek gambar (visual), lingkungan yang ramai orang, kemacetan lalu lintas, atau misalnya ramainya supermarket.
Alat keseimbangan tubuh manusia yang sentral (utama) ada pada otak kecil di bagian belakang kepala. Ketika terbentur, sistem keseimbangan pun terganggu sehingga muncul vertigo. Alat keseimbangan dalam telinga pun sensitif terhadap perubahan, misalnya ketika seseorang sedang flu berat, maka bisa menyebabkan vertigo.
Vertigo juga bisa sebagai gejala stroke. Vertigo yang melibatkan otak sentral, selain karena benturan pada kepala bagian belakang, bisa juga karena suplai darah ke otak berkurang. Jika tidak segera diatasi, dapat menimbulkan stroke. Selain itu, seseorang yang mengalami vertigo bukan karena benturan yang kemudian mengalami gangguan bicara, dicurigai sebagai serangan awal stroke.
Itulah sebabnya, vertigo harus dikenali secara benar. Sebagai deteksi awal, bisa dilihat bentuk vertigonya. Apakah melayang, goyang berputar, tujuh keliling, rasa naik perahu, dan sebagainya. Selanjutnya dilihat keadaan yang memprovokasi timbulnya vertigo, seperti perubahan posisi kepala dan tubuh, keletihan, ketegangan, atau kurang tidur.
Langkah berikutnya, melihat waktu timbulnya. Apakah perlahan, hilang timbul, mendadak, knonik, dan apakah adagangguan pendengaran. Rincian keluhan ini berguna untuk menentukan apakah vertigo yang dialami termasuk ringan atau berat. Vertigo ringan misalnya yang mengalami gejala berputar karena stres atau muncul ketika ganti posisi. Sementara vertigo yang berat, penderita bisa tiba-tiba terjatuh.
Pengobatan vertigo bisa dengan obat anti vertigo serta terapi gerakan. Jika terdapat keluhan mual, muntah, lemas, serta berputar, maka diberikan obat secukupnya untuk mengurangi gejala tersebut. Sehingga penderita dapat mengikuti latihan rehabilitasi.
Bagi penderita vertigo akut, untuk menghilangkan vertigo, mual, muntah perlu waktu sampai seminggu. Sedagkan untuk dapat bekerja kembali seperti semula, bergerak stabil, biasanya perlu waktu 2-3 minggu. Untuk mengatasinya dapat melatih mata dan otot tubuh.
Pastinya, sebelum memberikan pengobatan, harus dilihat dulu penyebabnya, sumber, faktor pemicu, kapan serangan muncul, lama munculnya vertigo dan gejala penyertanya. Nah, dokter yang ahli menangani penyakit ini akan langsung tahu tindakan apa yang harus dilakukan.
Sedangkan bagi penderita, kenali vertigo yang Anda alami dengan mengikuti langkah-langkah di atas. Indentifikasi pada diri sendiri merupakan langkah terbaik untuk pengobatan vertigo. (BI)
IJMSC: Bagi-bagi Pengetahuan Kesehatan
********* fotonya ada (konfirm beby)
Pada tahun 1994, terbentuklah Japan Pharmaceutical Club Indonesia (JPCI), yang terdiri dari perusahaan-perusahaan farmasi Jepang yang ada di Indonesia, yaitu PT Otsuka Indonesia, PT Takeda Indonesia, PT Meiji Indonesia, PT Tanabe Indonesia, PT Eisai Indonesia, dan PT Yamanouchi Indonesia sebagai anggota yang baru bergabung tahun lalu.
JPCI dibentuk dengan tujuan mentransfer pengetahuan tentang teknologi yang berkembang di Jepang dalam bidang kesehatan, kepada dokter-dokter di Indonesia khususnya dokter di puskesmas dan dokter-dokter umum. Agar tujuan ini dapat terlaksana, dibentuklah IJMSC. “Jadi, para perusahaan Jepang ini tergabung dalam JPCI, dan untuk melaksanakan kegiatannya adalah IJMSC,” jelas Prof. Dr. dr. H. Sujudi, SpMK, Ketua IJMSC.
Dalam kegiatannya, IJMSC mengadakan pertemuan ilmiah yang sampai tahun ini sudah berlangsung selama 23 kali. Pada awalnya, kegiatan ini berlangsung tiga kali setahun, namun pernah juga hanya dua kali setahun. Pertemuan ilmiah yang diadakan menyasar pada para dokter puskesmas dan paramedis, dan bukan unutk masyarakat awam. Sosialisasi acara dilakukan oleh para medical representative masing-masing perusahaan farmasi tersebut kepada para dokter yang biasa mereka kunjungi.
Penyelenggara pertemuan ilmiah ini dikoordinir secara bergiliran oleh keenam perusahaan farmasi Jepang tersebut. Namun, untuk mengundang peserta, dilakukan oleh semua perusahaan, sambil mempromosikan produknya. “Seminar yang kami adakan sudah diakui IDI karena memiliki nilai ilmiah, selain itu juga mempunyai angka kredit dengan adanya sertifikat yang dibagikan seusai acara,” jelasnya.
Ucapan terima kasih
Latar belakang perusahaan farmasi Jepang yang ada di Indonesia ini membentuk JPCI sebenarnya adalah sebagai perwujudan rasa terima kasih untuk masyarakat Indonesia khususnya di dunia kedokteran. Perusahaan farmasi yang tergabung pada JPCI ingin melakukan sesuatu dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan, tanpa mempromosikan produknya dalam setiap kegiatan. Sehingga kegiatan ini lebih bersifat sosial atau tidak komersil.
Transfer pengetahuan yang dilakukan ini dari dokter Indonesia yang sudah ahli di bidangnya, kepada para dokter di puskesmas dan perawat yang dianggap sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di masyarakat. “Sehingga topik-topik yang dipresentasikan dalam setiap pertemuan ilmiah berkisar pada penatalaksanaan atau manajemen penyakit,” ungkap Prof. Sujudi.
Topik yang diangkat adalah topik yang sedang berkembang di tengah masyarakat juga kedokteran. Selama ini, topik yang sudah pernah diangkat di antaranya SARS, rasa mual, masalah urologi, batu ginjal, dan sebagainya. “Sampai saat ini peserta terbanyak adalah waktu topiknya masalah urologi, yaitu sampai 250 orang,” tambah Prof Sujudi.
Setiap kali pertemuan ilmiah, peserta yang datang sekitar 150-an. Namun, banyaknya peserta ini juga tergantung lokasi pertemuan ilmiah, dan juga waktu penyelenggaraan pertemuan. Contohnya, waktu pertemuan ini diadakan dekat dengan RSUPN Ciptomangunkusumo, peserta banyak karena dokter-dokter jaga di rumah sakit tersebut bisa ikut menjadi peserta. Lokasi pertemuan awalnya beragam, baik di hotel juga rumah sakit.
Namun, saat ini tidak pernah diadakan lagi di hotel karena faktor biaya. Karena acara ini dikoordinir dan diatur oleh perusahaan farmasi yang sedang mendapat giliran, maka IJMSC tidak mengatur keuangan atau perlengkapan lain. “Kami hanya mengetahui segala persiapan serta membuka dan menutup acara. Untuk pembicara dan moderator, semua adalah dokter yang ahli di bidang yang sedang dipresentasikan.”
Biasanya, perusahaan farmasi mengundang dan menentukan topik yang akan diangkat, 3-4 bulan sebelum acara. Acara pun dibuat menarik dengan adanya doorprize berupa alat rumah tangga sampai elektronik, bukan produk dari perusahaan farmasi. Antisipasi pun juga dilakukan, jika ada makalah yang tersisa, disebarkan oleh para medical representative untuk keperluan lain