Kanker kolorektal adalah satu dari sepuluh kanker yang sering dilaporkan. Stadium kanker saat diagnosis sangat menentukan keberhasilan pengobatan.
Salah satu kanker ganas yang menyerang saluran cerna adalah kanker kolorektal. Dari hasil kolonoskopi, salah satu prosedur medis yang dikerjakan untuk memeriksa kanker kolorektal, pada 98 kasus sejak Januari hingga Juni 2003 di RS Kanker Dharmais (RSKD), didapatkan lima kasus kanker kolorektal. Faktanya, penderita kanker kolorektal yang menyerang usus besar memang menunjukkan peningkatan saat ini.
Asia Pasifik, Australia dan New Zealand menempati posisi tertinggi kanker usus besar. Sedangkan terendah adalah Asia Selatan. Menurut dr. Yap Chin Kong, FRCP, Consultant Gastroenterologist Mount Elizabeth Medical Centre Singapura, di banyak negara, kanker usus besar mengalami peningkatan.
Menurutnya, faktor lingkungan dan gaya hidup sangat berkaitan dengan peningkatan ini. Peningkatan konsumsi daging berlemak dan kurangnya konsumsi serat, buah-buahan, sangat beriringan dengan risiko kejadian kanker usus besar.
Banyak konsumsi serat
Kanker kolorektal yang menyerang usus besar tidak serta merta diketahui muncul dalam tubuh. Melainkan akan melalui proses panjang selama 10-20 tahun untuk diketahui. Besar kanker bisa terlihat jika sel kanker berkumpul. Hal ini memerlukan waktu. Jika kanker segera ditemukan di tempat tertentu, tentunya penyakit bisa terdeteksi dan diobati sebaik-baiknya.
Untuk mendeteksi dan mengobatinya, deteksi dini sangat dianjurkan. Demikian penjelasan dr. Agus Sudiro Waspodo, SpPD-KGEH, dari RSKD Jakarta. Penyebab kanker ini belum diketahui secara pasti. Namun, sejak lama diduga bahwa paparan zat karsinogen menjadi penyebabnya. Zat ini dapat masuk dalam tubuh melalui makanan berupa lemak dan makanan yang diawetkan.
“Selain itu, proses perkembangan satu sel menjadi sel kanker juga disebabkan faktor dari dalam tubuh, seperti genetik. Jika ada keluarga yang beriwayat kanker ovarium, usus besar, dan payudara, maka ia berisiko mengalami kanker kolorektal,” jelas dr. Agus dalam seminar mengenai peran endoskopi pada kanker kolorektal beberapa waktu lalu.
Namun orang tidak tahu apakah makanan yang dikonsumsinya mengandung zat pemicu kanker atau tidak. Cara yang termudah untuk mencegah kanker kolorektal adalah mengkonsumsi makanan berserat tinggi seperti sayuran dan buah-buahan yang alami.
Mengapa serat? Serat mampu menyerap zat karsinogen dalam usus. Hasilnya, akan memperbesar berat dan ukuran tinja, sehingga usus akan mendorong tinja keluar. Ini akan membuat zat karsinogen tidak lama berhubungan dengan usus dan tidak mengubah sel menjadi ganas, yaitu kanker.
Oleh karenanya kebiasaan mengkonsumsi makanan berserat sehari-hari ditambah dengan kewaspadaan dalam bentuk pemantauan kondisi tubuh khususnya saluran cerna, menjadi cara efektif mencegah terjadinya kanker kolorektal.
Pentingnya deteksi dini
Keluhan pada usus bukan berarti adalah kanker usus besar atau kolorektal. Ada cara yang sangat mudah untuk mewaspadai kanker ini. Deteksi dini bisa dilakukan dengan memeriksa tinja saat buang air besar (BAB). “Jika ada darah pada saat BAB, bisa diwaspadai sebagai kanker kolorektal,” ujar dr. Agus.
Namun, darah pada tinja juga belum tentu menunjukkan kanker. Harus diperiksa lebih lanjut penyebab darah ini. Karena, menurut dr. Agus, Darah di tinja menunjukkan ada luka pada dinding usus. Ini bisa karena radang, infeksi, pembuluh darah pecah, diare, juga kembung.
BAB yang normal adalah sehari sekali. Namun ketika ada sesuatu dalam tubuh, maka tubuh akan berusaha mengeluarkan. Sehingga jika ada gangguan, frekuensi BAB menjadi lebih sering. “Memang sangat banyak kemungkinannya. Yang pasti, jika berusia lebih dari 50 tahun (usia terbanyak penderita kanker kolorektal) BAB berdarah dan sering lebih dari tiga kali sehari dalam diare selama tiga minggu, serta tinja berlendir, sebaiknya mewaspadai kemungkinan kanker kolorektal,” tegas dr. Agus.
Disini pemeriksaan dini sangat penting, karena banyaknya kemungkinan tanda-tanda yang berisiko memunculkan kanker. Mereka yang perlu melakukan pemeriksaan dini adalah yang BAB berdarah, diare, dan memiliki keluarga beriwayat kanker. “Sebaiknya setahun sekali rutin ke rumah sakit untuk memeriksakan diri,” anjur Kepala Instalasi Endoskopi RSKD ini.
Dalam melakukan deteksi dini, harus dipelajari siapa yang paling berpeluang menderita kanker. Jika ada anggota keluarga yang terkena kanker di usia muda (kurang dari 40 tahun), sebaiknya dilakukan pemeriksaan pada mereka setiap 3-5 tahun sekali. Terutama yang mengalami radang usus besar, untuk melihat apakah selnya berkembang menjadi kanker.
Caranya dengan biopsi (penyayatan), mengambil contoh di lapisan usus mana yang mungkin dicurigai terkena kanker. Lalu dilihat apakah ada sel-sel kanker pada lapisan usus.