”Sering lupa mendera kita/ Sehingga mulai pikun sewaktu kita berbicara.../ tetapi semua ini, adalah gejala lanjut usia/ Jangan mengeluh, jangan putus asa//”
ITULAH petikan puisi yang dibaca Ny Herawati Diah yang berusia 91 tahun pada tanggal 5 April lalu. ”Itu sajak yang dikarang kawan saya yang menggambarkan bagaimana sesungguhnya seorang yang menginjak usia tua menjalani hidupnya,” kata Ny Diah.
Wartawati itu membagi pengalaman bagaimana tetap bugar, gesit pergi ke berbagai tempat, tidak banyak jenis makanan yang dipantang, dan tetap melakukan aktivitas intelektual. Pengalaman itu disampaikan Ny Diah dalam diskusi tentang hidup berkualitas bagi lanjut usia (lansia) yang diadakan majalah Family’s Doctor di Jakarta, Kamis (12/6).
”Selalu optimistis meskipun sedang mengalami susah. Hidup itu pendek, karena nikmati dan selalu bersyukur,” tambah Ny Diah.
Hidup dengan pikiran positif, penuh optimisme memang merupakan kunci hidup sehat dan berkualitas. Tetapi, sikap itu perlu dibarengi dengan pemeliharaan kesehatan sejak dini. Adagium memelihara kesehatan lebih daripada mengobati berlaku di sini. Apalagi, biasanya gangguan kesehatan yang mengenai lansia bersifat degeneratif yang dapat menghabiskan biaya banyak dan menghabiskan waktu untuk menyembuhkan.
Antipenuaan
Angka statistik Indonesia memperlihatkan usia harapan hidup yang meningkat. Artinya, orang Indonesia semakin berusia panjang.
Tentu saja ukuran kesejahteraan tidak melulu berusia panjang. Yang diharapkan tentu saja para lansia dapat melalui hari-hari tuanya dengan berkualitas. Tetap aktif dan tetap berguna untuk dirinya dan lingkungannya sehingga ada harga tinggi dan rasa sejahtera melalui hari-hari tua.
Beruntung ilmu pengetahuan terus berkembang sehingga pengetahuan mengenai usia lanjut juga berkembang, terutama ketika masalah kesehatan, sosial, ekonomi, dan politik juga berubah cepat.
Dalam diskusi, dr Phaidon L Toruan MM dari Jakarta Anti-Aging Center menjelaskan, terjadi perubahan dalam memandang kesehatan lansia.
Dalam pengobatan konvensional, pendekatan yang dipakai adalah memperpanjang umur lansia yang dalam keadaan mengalami gangguan kesehatan (morbiditas), sedangkan pendekatan terbaru adalah menghambat penuaan (anti-aging).
Tujuan pendekatan anti-aging adalah memperpanjang vitalitas lansia dan menekan morbiditas. Vitalitas diusahakan berada mendekati optimum karena vitalitas optimum sampai saat ini masih menjadi milik mereka yang berusia di atas 40 tahun. Berdasarkan statistik, rata-rata vitalitas akan menurun setelah memasuki usia 40 tahun.
Menurut dr Toruan, penuaan secara teori, antara lain, disebabkan oleh penurunan hormon dan radikal bebas. Adapun produksi hormon berhubungan dengan fungsi tubuh, radikal bebas dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain sinar matahari, stres, polusi, sinar X dari rontgen, radiasi telepon seluler, perjalanan dengan pesawat, pengawet makanan, bahan kimia lingkungan, pembersih rumah tangga, dan rokok.
Memelihara kebugaran
Memelihara kebugaran adalah salah satu cara memelihara kehidupan yang berkualitas pada usia lanjut.
Salah satu cara memelihara kebugaran adalah mengurangi lemak. Lemak memang diperlukan dalam metabolisme tubuh, tetapi sudah menjadi pengetahuan umum lemak yang berlebih justru menjadi masalah. Bukan hanya dapat menimbulkan penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, hipertensi, atau diabetes melitsus, lemak yang berlebih juga memberi beban yang tak perlu untuk tubuh.
Ketika usia bertambah, persendian kaki yang menopang tubuh berkurang pula kekuatan dan kelenturannya. Beban tambahan dari lemak yang berlebih dapat mengurangi kualitas persendian.
Ada beberapa cara mengurangi lemak, seperti mengurangi pasokan makanan yang berlebih dan harus dihindari. Namun, cara itu saja tidak cukup.
Menurut dr Phaidon, olahraga memberi pengaruh yang nyata untuk memelihara kebugaran tubuh ketika dikombinasi dengan terapi penggantian hormon.
Hormon yang perlu ditingkatkan, menurut dr Toruan, adalah hormon testosteron karena hormon ini memengaruhi pembentukan massa otot. Menurut dr Toruan, penelitian oleh Prof Dr Eulis A Datau SpPD,KAI, dari Universitas Sam Ratulangi, memperlihatkan jintan hitam (Nigella sativa) dapat meningkatkan testosteron bebas, yaitu hormon anabolik alami.
Olahraga yang diperlukan bukan semata-mata yang bersifat aerobik. Olahraga beban juga baik untuk memelihara otot dan mencegah pengeroposan tulang (osteoporosis) yang biasa menyertai penuaan.
”Olahraga beban itu membakar gula sehingga juga baik untuk penderita diabetes melitus. Saya mendorong ibu saya untuk melakukan olahraga beban. Hasilnya, gula darah terkontrol dan massa ototnya juga terjaga,” kata dr Toruan.