KEPADATAN atau densitas mineral tulang biasanya dikenal sebagai salah satu parameter penting dalam menentukan risiko penyakit osteoporosis. Namun berdasarkan riset terbaru, kepadatan mineral tulang - khusunya pada wanita - ternyata juga dapat digunakan untuk membantu para dokter untuk mengetahui secara lebih akurat risiko mengidap kanker payudara.
Seperti dilaporkan dalam jurnal Cancer edisi Juli, para ahli di Arizona AS menemukan suatu hubungan kuat antara densitas mineral tulang atau BMD dengan kanker payudara pada wanita telah memasuki masa menopausal. Hubungan ini bersifat independen dan terbebas dari sejumlah faktor risiko lain yang biasa dijadikan indikator dalam meramalkan kanker payudara atau juga disebut model risiko Gail. Faktor-faktor risiko itu di antaranya, sejarah kanker dalam keluarga, sejarah reproduksi, usia, ras/etnis, serta sejarah biopsi dan temuan atipikal dalam payudara.
Menurut para ahi, hasil riset ini mengindikasikan bahwa dengan cara menggabungkan BMD dengan pemeriksaan standar seperti model Gail, para dokter tentunya dapat memperbaiki kemampuannya memprediksi risiko kanker payudara pada wanita lanjut usia
Beberapa riset sebelumnya memang telah menunjukkan adanya hubungan antara tingginya BMD dengan kenaikan risiko kanker payudara. Tingginya BMD pada tulang pinggul dapat menjadi pertanda besarnya paparan terhadap hormon estrogen. Padahal kebanyakan (tapi tidak semua) sel-sel kanker payudara sangat sensitif terhadap estrogen. Jika kadar BMD pada tubuh seorang wanita merosot drastis atau terlalu rendah, tentu juga akan berimpilikasi buruk pada kesehatannya -- yakni rentan terhadap osteoporosis dan patah tulang.
Untuk memastikannya, Dr. Zhao Chen dari Universitas Arizona di Tucson melakukan penelitian dengan cara menguji faktor risiko kanker payudara 9.941 wanita lanjut usia yang mengikuti suvey Women's Health Initiative. Partisipan terus dipantau perkembangannya dalam selang waktu sekitar 8,5 tahun dan peneliti mencatat 327 wanita mengidap kanker payudara.
Pada awal penelitian, BMD tulang pinggul dan jumlah skor model Gail dari para partisipan diukur. Seperti yang diduga, wanita yang skor model Gail-nya tinggi di awal penelitian tercatat memiliki 35 persen peningkatan risiko mengidap kanker payudara dibandingkan wanita yang skor model Gail-nya rendah. Namun peneliti juga menemukan adanya peningkatan 25 persen risiko kanker payudara pada setiap kenaikan BMD tulang pinggul.
Meskipun BMD tulang pinggul dan skor model Gail tidak saling berkaitan satu sama lain, wanita yang mencatat skor tertinggi pada dua jenis pemeriksaan tersebut tercatat memiliki risiko lebih tinggi mengidap kanker payudara.
“Untuk ke depan, penelitian seharusnya menyelidiki apakah penggabungan BMD, skor Gail dan faktor risiko lainnya seperti kepadatan payudara, dapat menyempurnakan identifikasi wanita yang berisiko tinggi kanker payudara,” ungkap Chen.
Seperti dilaporkan dalam jurnal Cancer edisi Juli, para ahli di Arizona AS menemukan suatu hubungan kuat antara densitas mineral tulang atau BMD dengan kanker payudara pada wanita telah memasuki masa menopausal. Hubungan ini bersifat independen dan terbebas dari sejumlah faktor risiko lain yang biasa dijadikan indikator dalam meramalkan kanker payudara atau juga disebut model risiko Gail. Faktor-faktor risiko itu di antaranya, sejarah kanker dalam keluarga, sejarah reproduksi, usia, ras/etnis, serta sejarah biopsi dan temuan atipikal dalam payudara.
Menurut para ahi, hasil riset ini mengindikasikan bahwa dengan cara menggabungkan BMD dengan pemeriksaan standar seperti model Gail, para dokter tentunya dapat memperbaiki kemampuannya memprediksi risiko kanker payudara pada wanita lanjut usia
Beberapa riset sebelumnya memang telah menunjukkan adanya hubungan antara tingginya BMD dengan kenaikan risiko kanker payudara. Tingginya BMD pada tulang pinggul dapat menjadi pertanda besarnya paparan terhadap hormon estrogen. Padahal kebanyakan (tapi tidak semua) sel-sel kanker payudara sangat sensitif terhadap estrogen. Jika kadar BMD pada tubuh seorang wanita merosot drastis atau terlalu rendah, tentu juga akan berimpilikasi buruk pada kesehatannya -- yakni rentan terhadap osteoporosis dan patah tulang.
Untuk memastikannya, Dr. Zhao Chen dari Universitas Arizona di Tucson melakukan penelitian dengan cara menguji faktor risiko kanker payudara 9.941 wanita lanjut usia yang mengikuti suvey Women's Health Initiative. Partisipan terus dipantau perkembangannya dalam selang waktu sekitar 8,5 tahun dan peneliti mencatat 327 wanita mengidap kanker payudara.
Pada awal penelitian, BMD tulang pinggul dan jumlah skor model Gail dari para partisipan diukur. Seperti yang diduga, wanita yang skor model Gail-nya tinggi di awal penelitian tercatat memiliki 35 persen peningkatan risiko mengidap kanker payudara dibandingkan wanita yang skor model Gail-nya rendah. Namun peneliti juga menemukan adanya peningkatan 25 persen risiko kanker payudara pada setiap kenaikan BMD tulang pinggul.
Meskipun BMD tulang pinggul dan skor model Gail tidak saling berkaitan satu sama lain, wanita yang mencatat skor tertinggi pada dua jenis pemeriksaan tersebut tercatat memiliki risiko lebih tinggi mengidap kanker payudara.
“Untuk ke depan, penelitian seharusnya menyelidiki apakah penggabungan BMD, skor Gail dan faktor risiko lainnya seperti kepadatan payudara, dapat menyempurnakan identifikasi wanita yang berisiko tinggi kanker payudara,” ungkap Chen.