AKHIR-akhir ini, kita dikejutkan oleh maraknya berbagai tindak kriminal yang membuat dulu kuduk berdiri. Mulai dari pembunuhan berantai hingga pembunuhan dengan memotong seluruh bagian tubuh atau kerap disebut mutilasi.
Banyaknya kasus kriminal yang dapat dikategorikan sebagai sadis tersebut tentu memunculkan ketakutan, rasa horor bagi banyak orang. Apalagi dalam beberapa kasus, pelakunya yang sering disebut sebagai psikopat, tak tampak sebagai orang yang sadis dari penampilan luarnya.
Tindak kriminal yang dilakukannya pun seringkali tersimpan relatif lama bahkan dari anggota keluarga terdekat seperti misalnya dalam kasus yang terjadi pada Ryan. Artinya, sangat mungkin saat ini masih banyak orang dengan potensi besar melakukan berbagai tindakan yang membahayakan ini. Hanya saja kehadirannya belum bisa dikenali secara jelas. Lalu seperti apakah sosok psikopat tersebut?
Unik
Menurut APA (dalam Port. 2007) dan Lynn (2008), ada beberapa karakter umum dari orang yang mengalami gangguan psikopat yang seringkali disamakan dengan gangguan kepribadian antisosial. Karakter tersebut adalah kurang memiliki empati dan kesadaran diri terkait kehadiran orang lain, kesulitan mengontrol keinginan/impulsif, dan sering berperilaku manipulatif. Mereka ini tidak tahu bagaimana merasa bersalah.
Semua hal yang dilakukan hanya bertujuan untuk memenuhi apa yang diinginkannya, tidak peduli jika hal itu berarti harus melakukan tindak kejahatan seperti mencuri, berbuat curang, berbohong, bahkan membunuh.
Celakanya, Karakter-karakter tersebut ternyata tidak jelas terlihat dari penampilan luar. Para psikopat umumnya justru memiliki penampilan luar yang menarik dan memiliki tingkat inteligensi yang relatif tinggi. Penampilan menarik dan kemampuan memanipulasi perilaku karena didukung inteligensi yang baik inilah yang membuat para psikopat relatif mudah malang melintang di sekitar kita tanpa kita menyadarinya.
Dalam banyak kasus, masyarakat bahkan dapat saja ”terpikat” dengan penampilan luar para psikopat ini hingga mengabaikan akibat buruk dari tindak kejahatan yang dilakukannya. Bahkan para ahli jiwa pun seringkali mengalami kesulitan untuk mengidentifikasinya (Lynn.2008).
Sigmund Freud juga membicarakan fenomena ini ketika membahas mengenai penyesatan superego (mewakili moral masyarakat) oleh id (mewakili keinginan impulsif). Di sini, tindakan tidak bermoral menjadi sulit diidentifikasi bahkan justru dilegalkan oleh kelihaian individu dalam mencari cara memenuhi keinginan impulsifnya.
Mengapa menjadi Psikopat
Seperti halnya beberapa gangguan psikologis lain, sangat sulit mencari penyebab pasti seseorang menjadi psikopat. Ada banyak faktor yang mendorong munculnya gangguan ini. Beberapa di antaranya adalah:
1. Faktor biologi
Blair, dkk dalam LaBrode (2007) meneliti adanya kemungkinan faktor biologis yang menyebabkan seseorang menjadi psikopat. Faktor biologi yang dimaksud di sini adalah tidak/kurang berfungsinya prefrontal cortex dan Amygdala di bagian otak sehingga menyebabkan individu tidak memiliki beberapa kemampuan antara lain belajar dari lingkungan (pada akhirnya sulit membedakan baik dan buruk) dan melakukan respon takut (sulit mengalami ketakutan ketika melakukan perbuatan yang melanggar norma). Individu semacam ini akan sulit merasakan perasaan bersalah dan juga sulit untuk ikut merasakan kesakitan dari orang yang disakitinya.
2. Faktor lingkungan
Faktor yang paling menentukan adalah ketika individu tumbuh dalam keluarganya. Munculnya beberapa permasalahan dalam keluarga seperti tidak diajarkannya anak untuk memiliki kemampuan sosial (empati, memahami orang lain, dll) perceraian orang tua dan kekerasan pada anak dapat mendorong munculnya pribadi psikopat.
LaBrode (2007) mengungkapkan kasus para pembunuh berantai yang ternyata pada masa kecilnya mengalami kejadian-kejadian tidak menyenangkan dan cenderung traumatis. Para pembunuh berantai ini memiliki sejarah antara lain kekerasan fisik dan seksual pada masa kanak-kanak dan kehilangan pengasuhan dan kelekatan sehat dengan orang tua terutama ibu.
Kejahatan yang dituduhkan kepada Ryan mungkin pada akhirnya terbongkar dan terlihat jelas. Akan tetapi, saat ini, masih banyak lagi kejahatan yang berlangsung begitu tersembunyi oleh kelihaian pelakunya melakukan manipulasi sehingga sulit dilihat oleh masyarakat banyak namun sebenarnya memberi akibat yang jauh lebih merusak. Meskipun disebabkan oleh banyak faktor, kita dapat meminimalkan kengerian ini dengan belajar dan mengajarkan cinta dan kemampuan sosial lainnya mulai dalam keluarga kita masing-masing.