Tidak Semua Kanker Perlu Diobati dengan Obat Terbaru
Jakarta, Kanker masih menjadi ancaman yang ditakutkan
banyak orang hingga saat ini. Berbagai pengobatan pun sudah dikembangkan
untuk menyembuhkan atau menangkal penyebaran sel-sel kanker. Kini mulai
muncul banyak penelitian yang dilakukan untuk menemukan obat baru
pelawan kanker.
"Obat baru memang amat penting sebab dapat meningkatkan keberhasilan penanganan kanker pada pasien. Tapi terkadang obat baru tersebut terlalu dielu-elukan. Padahal beberapa jenis kanker tidak membutuhkan obat baru," kata dr Ang Peng Tiam kepada detikHealth seperti ditulis pada Minggu (7/4/2013).
Dr Ang Peng Tiam merupakan dokter spesialis kanker terkemuka di Singapura, sekaligus menjabat sebagai Medical Director and Senior Consultant of Medical Oncology di Parkway Cancer Centre, Singapura. Dalam bincang-bincang di Seafood Terrace, Level 5, Grand Hyatt Jakarta, Jl. MH Thamrin, Jakarta, dr Ang menganalogikan kanker dengan memasak.
Menurut dr Ang, onkologi memerlukan formula, mirip resep masakan. Untuk mendapat masakan yang enak, chef harus mengikuti langkah-langkah yang sudah ada. Tapi chef sejati adalah chef yang tahu formulanya, namun juga mempertimbangkan ukuran dan kondisi bahan masakan serta pelanggan.
"Dalam penanganan kanker juga demikian. Dokter muda membuka buku resep dan mengikuti langkah-langkahnya. Tapi semakin matang, kita tahu bagaimana penyesuaiannya untuk memastikan pasien sejahtera. Chef sejati tak perlu buku memasak, tapi dia sudah tahu caranya untuk membuat makanan yang baik," jelas dr Ang.
Walau begitu, penemuan obat kanker tetap perlu terus dilakukan untuk mencari pengobatan yang efektif dan efisien. Dr Ang menerangkan, saat ini yang tengah menjadi perhatian oleh pusat kankernya dan berbagai peneliti lain di dunia adalah mengenai molekular genetik pemicu kanker.
Jadi peneliti mencoba mengidentifikasi terapi yang menargetkan gen yang akan berubah menjadi kanker, lalu menghambat jalur perkembangannya. Jika jalur ini sudah terhambat, maka penyakit kanker dapat dicegah atau minimal menjadi kurang agresif. Pada akhirnya, obat ini akan berimbas pada pengobatan yang lebih efektif.
"Pada kanker paru-paru yang menyerang orang bukan perokok, kita tahu sebagian besar pasien memiliki abnormalitas pada gennya yang memicu mutasi penyebab kanker. Dengan meminum obat, maka kita bisa menghambat kemunculan kanker hingga 70 persen," ungkap dr Ang.
(pah/vit)
"Obat baru memang amat penting sebab dapat meningkatkan keberhasilan penanganan kanker pada pasien. Tapi terkadang obat baru tersebut terlalu dielu-elukan. Padahal beberapa jenis kanker tidak membutuhkan obat baru," kata dr Ang Peng Tiam kepada detikHealth seperti ditulis pada Minggu (7/4/2013).
Dr Ang Peng Tiam merupakan dokter spesialis kanker terkemuka di Singapura, sekaligus menjabat sebagai Medical Director and Senior Consultant of Medical Oncology di Parkway Cancer Centre, Singapura. Dalam bincang-bincang di Seafood Terrace, Level 5, Grand Hyatt Jakarta, Jl. MH Thamrin, Jakarta, dr Ang menganalogikan kanker dengan memasak.
Menurut dr Ang, onkologi memerlukan formula, mirip resep masakan. Untuk mendapat masakan yang enak, chef harus mengikuti langkah-langkah yang sudah ada. Tapi chef sejati adalah chef yang tahu formulanya, namun juga mempertimbangkan ukuran dan kondisi bahan masakan serta pelanggan.
"Dalam penanganan kanker juga demikian. Dokter muda membuka buku resep dan mengikuti langkah-langkahnya. Tapi semakin matang, kita tahu bagaimana penyesuaiannya untuk memastikan pasien sejahtera. Chef sejati tak perlu buku memasak, tapi dia sudah tahu caranya untuk membuat makanan yang baik," jelas dr Ang.
Walau begitu, penemuan obat kanker tetap perlu terus dilakukan untuk mencari pengobatan yang efektif dan efisien. Dr Ang menerangkan, saat ini yang tengah menjadi perhatian oleh pusat kankernya dan berbagai peneliti lain di dunia adalah mengenai molekular genetik pemicu kanker.
Jadi peneliti mencoba mengidentifikasi terapi yang menargetkan gen yang akan berubah menjadi kanker, lalu menghambat jalur perkembangannya. Jika jalur ini sudah terhambat, maka penyakit kanker dapat dicegah atau minimal menjadi kurang agresif. Pada akhirnya, obat ini akan berimbas pada pengobatan yang lebih efektif.
"Pada kanker paru-paru yang menyerang orang bukan perokok, kita tahu sebagian besar pasien memiliki abnormalitas pada gennya yang memicu mutasi penyebab kanker. Dengan meminum obat, maka kita bisa menghambat kemunculan kanker hingga 70 persen," ungkap dr Ang.
(pah/vit)