Jakarta, Kanker adalah salah satu penyakit yang bisa
membahayakan nyawa seseorang jika tidak ditangani dengan baik. Salah
satu kanker yang bisa mematikan adalah kanker kolorektal atau kanker
usus.
Menurut World Health Organization (WHO), setiap tahunnya
diketahui ada sekitar 1,2 juta orang terdiagnosa kanker kolorektal. WHO
juga memperkirakan terdapat 608 ratus ribu orang yang meninggal akibat
kanker kolorektal setiap tahunnya.
Kanker ini adalah satu-satunya
yang menyerang usus baik pria atau wanita. Meskipun metode pengobatan
dan deteksi dini kanker ini telah mengalami kemanjuan, kanker kolorektal
tetap menjadi kanker yang paling mematikan.
Oleh karena itu,
para dokter terus mencari pengobatan untuk memaksimalkan pertolongan
bagi pasiennya. Salah satunya adalah dengan terapi sasaran antibodi
monoklonal bevacizumab.
"Terapi ini berbeda dengan kemoterapi,
tetapi tidak dapat berjalan sendiri. Terapi ini harus dilakukan
bersamaan dengan pelaksanaan kemoterapi yang dijalani pasien," ungkap DR
dr Aru W. Sudoyo, SpPD-KHOM, FACP dalam acara Roche Media Health Forum
dengan tema 'Terapi Tepat Sasaran Pada Kanker Kolorektal' di Resto
Shabu-Shabu IMAE, lt 5 Pacific Place Mall SCBD, Jl Jend. Sudirman Kav.
52-53 Jakarta, yang ditulis pada Kamis (4/4/2013).
Dokter
sub-spesialis Hematologi-Onkologi Medik Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI RSCM ini menyatakan bahwa tindakan ini hanya dapat dilakukan pada
penderita kanker kolorektal stadium lanjut (stadium 4).
"Jika pada stadium 1 sampai 3 masih bisa dioperasi, berbeda dengan stadium 4 yang sudah menyebar," ungkapnya.
Dengan
bevacizumab yang bernama dagang Avastin, diharapkan penderita kanker
kolorektal stadium lanjut akan mendapat peningkatan kualitas hidup. Hal
ini dipercaya karena terapi ini memiliki tujuan untuk mengendalikan
perkembangan dan penyebaran kanker sehingga dapat menyerang sel kanker
tanpa mengganggu sel sehat.
"Harganya memang tidak murah, tetapi
kami memiliki kewajiban untuk tetap menawarkan hal yang sama pada semua
pasien kanker kolorektal. Kami harus memberitahukan bahwa kami memiliki
sesuatu yang dapat memberikan mereka harapan hidup yang lebih baik,"
terang dr Aru.
(vit/vit)