Suspek jamaah haji asal embarkasi Surabaya yang diduga terinfeksi Corona Virus belum tentu memberi hasil positif. Pemeriksaan harus dilanjutkan dengan tes Polymerase Chain Reaction (PCR). Bila hasilnya negatif, maka jamaah asal Bojonegoro bernama Tasmi’an bin Rasiman Saru, hanya menderita pneumonia bakterial.
“Tidak bisa dikatakan positif terinfeksi MERS CoV hanya karena suhu badan yang lebih dari 38 derajat celcius. Istilah suspek diberikan semata agar petugas serta masyarakat lebih berhati-hati, dan memeriksa kesehatan jama’ah dengan lebih intensif,” kata Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes RI, Tjandra Yoga Aditama, Jumat (25/10/2013), menanggapi kabar anggota jamaah haji yang menjadi suspek virus corona.
Lebih lanjut Tjandra menjelaskan, jama’ah yang diberi istilah suspek belum tentu menderita penyakit akibat virus corona. Istilah yang berarti terduga ini, kata Tjandra, bisa saja diberikan kepada seluruh jama’ah haji yang menderita batuk dan demam. Namun penentuan positif atau negatif terinfeksi MARS CoV tetap ada pada hasil tes, khususnya PCR.
Peristiwa ini, kata Tjandra, mengindikasikan tingginya kewaspadaan petugas haji memeriksa kondisi jama’ah yang baru tiba. “Pemindai suhu yang menyala menandakan tingginya kehati-hatian petugas. Hal ini bagus sehingga petugas tidak lengah dan membiarkan virus MARS CoV masuk ke Indonesia. Namun tetap dibutuhkan tes untuk menentikan hasil akhirnya,” kata Tjandra.
Tjandra juga menjelaskan 4 upaya pemerintah mendeteksi dan mencegah MARS CoV, yaitu
1. Dokter kloter akan kantor kesehatan pelabuhan (KKP) debarkasi jika ada pasien suspek pneumonia, melalui sistem radiopractique.
2. Di bandara debarkasi dipasang pemindai suhu yang akan mendeteksi panas lebih dari 38 derajat celcius
3. Penyuluhan kesehatan di bandara debarkasi
4. Setiap jama’ah haji diberi Kartu Kewaspadaan Kesehatan Jama’ah Haji (K3JH), sehingga bisa melaporkan dan memeriksakan diri dua minggu setelah tiba di tanah air.
Sampai saat ini virus MARS CoV menjadi monster bagi orang yang bepergian ke negeri di jazirah Arab. Virus yang lebih mematikan dibanding flu burung ini belum diketahui asal, penyebaran, maupun pengobatannya. Ditandai gejala batuk dan demam, virus ini akan membunuh dalam waktu tidak lama akibat komplikasi saluran pernafasan.
Terkait musim haji yang sudah berakhir, Tjandra mengatakan, sampai saat ini belum ada yang melaporkan adanya infeksi MARS CoV di negaranya. Satu kasus infeksi MARS CoV terbaru telah ditemukan di Qatar pada Jumat (18/10/2013).
sumber health.kompas.com