Orang sering takut makan jika sudah kena penyakit, salah satunya gout (asam urat). Mau mencicipi daging, emping, atau durian takut kumat. Beberapa jenis makanan memang mesti dihindari, tetapi bukan berarti harus diet ketat, lalu tidak bisa mencecap enaknya makanan.
“Habis, kalau sudah kumat, sakitnya luar biasa. Mending nggak menyentuh makanan enak," ujar seorang pembaca GHS. Makanan enak yang dimaksud contohnya daging bebek, angsa, dan burung, kerang, otak, melinjo, makanan dan minuman beragi seperti tapai, brem, dan alkohol.
Tampaknya hidangan yang serba lezat. Itu sebabnya gout dikenal sebagai penyakit para raja, dan juga rajanya penyakit. Itu karena bila nyeri sudah menyerang, sakitnya sungguh hebat tak tertahankan.
Ditusak Jarum
Gout adalah bentuk artritis akibat terjadi pengkristalan asam urat pada persendian, umumnya di pergelangan kaki dan jari jari kaki. Kadar asam urat tinggi dalam darah bisa karena kegemukan, konsumsi alkohol berlebihan, diet tinggi purin, dll.
Normalnya, kata Dr. Handrawan Nadesul, kadar asam urat dalam tubuh kita antara 3-7 mg/dL. "Bila asam urat lebih dari tujuh, orang dikategorikan mengidap asam urat tinggi. Artinya, metabolisme purin dalam tubuhnya terganggu," imbuhnya.
Kadar asam urat yang tinggi ini bila dibiarkan dapat menimbulkan keluhan nyeri pada sendi dan otot seperti ditusuk-tusuk dengan jarum, juga bisa membentuk kristal urat batu kemih. Persendian juga akan tampak bengkak dan merah meradang. Dan kalau tersentuh sedikit saja, nyerinya luar biasa. Selain bengkak, kaku, kemerahan, dan nyeri hebat, bila serangan gout kerap terjadinya, dapat menimbulkan kerusakan sendi secara permanen.
Pada pasien gout, kadar asam urat dalam tubuh meningkatkan keasaman urin yang dikeluarkan ginjal. Kondisi ini memungkinkan timbulnya batu ginjal.
Dalam jurnal Neurology bahkan dinyatakan, kadar asam urat yang tinggi juga bisa meningkatkan risiko terkena stroke ringan yang dapat menyebabkan kemunduran mental pada lansia. Para peneliti dari Johns Hopkins University menemukan, pada orang usia di atas 60 tahun, dengan kadar asam urat tinggi, memperlihatkan kejadian stroke ringan daripada yang kadar asam uratnya lebih rendah.
Tim yang sama juga mendapati hubungan antara kadar asam urat yang meningkat dengan rendahnya kemampuan dalam tes memori dan kecepatan berpikir. "Kami menemukan kadar asam urat berkaitan dengan dua gangguan kognitif sedang itu, juga stroke ringan. Kami memang harus mempelajari lebih jauh bagaimana keterkaitan itu berlangsung," kata ketua tim peneliti, Dr. David Schretlen.
Jangan Ketat
Penderita gout dianjurkan mengonsumsi obat-obatan untuk meningkatkan pengeluaran asam urat dari tubuh, contohnya allopurinol, clofibrate, dan warfarin. Di samping itu, mengubah pola makan sangatlah penting, misalnya menghindari makanan berat yang tinggi lemak dan protein.
Minuman beralkohol, termasuk wine, juga harus dicoret dari menu karena dapat memengaruhi ekskresi asam urat. Sebaliknya diharuskan banyak minum air putih untuk membantu pengeluaran asam urat dari tubuh.
Apabila mengalami kegemukan, pasien gout sebaiknya berusaha untuk mencapai berat badan ideal secara perlahan (penurunan maksimal 1/2 kg per minggu). Hal ini dapat dicapai tentu dengan melakukan diet sehat seimbang dipadu olahraga teratur, misalnya jalan kaki.
Sangat tidak dianjurkan melakukan puasa atau diet ketat. Diet atau puasa ketat justru akan menambah kadar asam urat dalam darah. Itu karena dalam kondisi puasa, tubuh akan memecah lebih banyak otot ketimbang lemak dan lebih banyak lagi keton tubuh akan dibuat. Padahal, keton ini akan menghambat pengeluaran asam urat.
Penderita asam urat yang hanya mengonsumsi sangat rendah kalori (kurang dari 900 kalori per hari) kadar asam uratnya akan mudah meningkat.
Wajib dihindari:
Sarden, jeroan (ginjal, limpa, usus, hati, jantung, para), otak, kaldu daging, bebek, angsa, burung, kerang, minuman beralkohol, makanan beragi.
Wajib dibatasi:
• Asparagus, buncis, kacang polong (maksimum 50 gr/hari).
• Kacang hijau, kacang merah, kacang tanah (maksimum 25 gr/hr).
• Daging, ayam, ikan (bandeng, tongkol, tengiri, bawal) -- (maksimum 50 gr/hari).
• Tahu, tempe, oncom (maksimum 50 gr/hr).
Aman dikonsumsi:
Semua jenis karbohidrat kompleks, semua jenis buah (stroberi, pisang, ceri, nanas, jeruk, dll), susu nonfat, telur. Dianjurkan banyak minum air putih (2-3 liter per hari) untuk membantu menggelontor asam urat.
Pantau Faktor Risiko
Ada begitu banyak faktor isiko terbentuknya gout dan hiperurisemia. Jika Anda memiiki satu atau lebih faktor risiko ni, pantau terus kondisi dengan melakukan deteksi dini, misalnya rajin mengukur kadar asam urat dalam darah.
• Genetik, sekitar 18 persen orang dengan gout memiliki riwayat penyakit itu dalam keluarga.
• Lelaki dewasa lebih berisiko daripada wanita.
• Kelebihan berat badan.
• Kebiasaan mengonsumsi alkohol.
• Pola makan tinggi purin.
• Gangguan enzim yang berperan dalam pemecahan purin.
• Konsumsi obat-obatan tertentu (peluruh kencing/diuretik, salisilat (antiradang), siklosporin (imunosupresan), levodopa (obat untuk parkinson), vitamin (niasin).
Susu Baik untuk Gout
Sebuah studi menyatakan, susu tidak terlarang buat pasien gout. Tidak seperti daging merah dan makanan laut yang sebaiknya disingkirkan. Susu dan produk olahannya justru bisa mencegah nyeri pada pasien gout. Demikian hasil penelitian yang dipublikasikan dalam the New England Journal of Medicine. "Produk susu bisa begitu kuat melindungi kondisi ini," ujar Dr. Hyon Choi dari Massachusetts General Hospital, yang mengetuai penelitian tersebut.
Mereka juga menemukan berbagai sayuran yang semula dianggap menyumbang pada terjadinya gout seperti jamur, bayam, kembang kol, ternyata tidak terlalu muncul sebagai faktor pemicu. "Penelitian ini mengonfirmasikan bahwa makanan itu juga ternyata mengandung faktor pelindung," tambahnya.
Anjuran untuk menghindari daging dan produk susu sudah dilontarkan sejak abad ke-17, terutama datang dari filsuf John Locks. Dan untuk mengonfirmasi saran Locke ini dilakukanlah Health Professionals Follow-up yang melibatkan lebih dari 40 ribu peserta yang meliputi para ahli gigi, ahli tulang, ahli farmasi, dokter hewan, dan sebagainya. Penelitian ini menggunakan teknik kuesioner untuk mengamati pola makan para profesional yang menjadi responden tersebut.
Tim Choi menemukan bahwa makan daging porsi lebih setiap hari, terutama daging sapi, babi, dan kambing, akan meningkatkan risiko terjadinya gout hingga 21 persen. Sementara konsumsi makanan laut ukuran besar setiap minggu akan meningkatkan risiko gout sampai 7 persen. Sebaliknya, minum susu rendah lemak 1-5 gelas akan mengurangi risiko itu hingga 43 persen. Begitu ditegaskan Choi.