Pages

Subscribe:

Himbauan Kemenkes Pada Calon Jemaah Haji dengan Diabetes






Calon jemaah haji tak hanya perlu mewaspadai risiko penyakit virus korona selama melakukan ibadah di Arab Saudi. Kemenkes RI mengimbau para calon jemaah haji, khususnya yang memiliki diabetes, juga melakukan beberapa hal sebelum berangkat ke Tanah Suci untuk meminimalisasi timbulnya kondisi yang tak diinginkan.

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes RI, Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), MARS, DTM&H, DTCE, mengungkapkan yang pertama kali harus dilakukan oleh calon jemaah haji sebelum berangkat adalah berobat terlebih dahulu di Puskesmas selagi masih di Indonesia.

Setelah itu, jika calon jemaah haji punya obat khusus yang memang harus rutin diminum maka ia harus memastikan tidak lupa membawa obat tersebut untuk diminum selama di Arab Saudi.

"Tentu pemerintah juga menyiapkan obat, tapi kalau memang ada obat yang biasa ia minum tentu akan lebih bagus," ujar Prof Tjandra.

Ia juga berpesan agar para calon jemaah haji tetap menjaga pola makan, diet dan istirahat selama di Arab Saudi. Seperti diketahui, saat ini suhu di Tanah Suci sedang tinggi dan sedang ada perbaikan Masjidil Haram. Oleh sebab itu, kerumunan orang diperkirakan akan cukup tinggi dan berpengaruh terhadap kondisi fisik calon jemaah haji.

"Yang paling penting, jangan lupa untuk berkonsultasi pada petugas kesehatan dan beritahu petugas kesehatan di sana dari awal kalau memang ada penyakit diabetes," ungkap prof Tjandra.

Prof Tjandra juga kembali menyampaikan tentang pemberian gelang yang disebut sebagai gelang Risti atau gelang risiko tinggi. Pemakai gelang ini akan mendapat perlakuan dan pemantauan khusus dari tenaga kesehatan di Arab Saudi selama menjalankan ibadah haji.

"Gelang Risti ini dibagi menjadi 3, pertama untuk mereka yang berusia lebih dari 60 tahun meskipun tidak punya penyakit apapun; kedua untuk mereka dengan usia berapapun, tapi ada penyakit kroniknya termasuk diabetes dan hipertensi; sedangkan yang ketiga untuk dua-duanya, yaitu mereka yang berusia di atas 60 tahun dan memiliki penyakit kronik," terang Prof Tjandra.(vit/vit)

Ajeng Annastasia Kinanti - detikHealth