Pages

Subscribe:

Awas Keseringan Makan Tahu! Lansia Bisa Pikun

KAUM lansia yang mengkonsumsi minimal satu tahu setiap hari ternyata kualitas fungsi memorinya lebih rendah daripada lansia yang jarang mengkonsumsi tahu atau lansia yang lebih sering mengkonsumsi tempe. Padahal, tahu dan tempe mengandung phytoestrogen, atau estrogen yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sebagai pengganti kadar estrogen yang turun seiring pertambahan usia.

Hal ini terungkap dalam penelitian ahli bidang geriatrik atau kesehatan lanjut usia Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia Prof Tri Budi Rahardjo yang bekerja sama dengan ahli geriatrik lainnya dari Loughborough University, Oxford Institute of Ageing dan Universitas of Respati Health Institute Yogyakarta.

Menurut Tri Budi, awalnya mereka ingin memotret hubungan antara konsumsi tahu tempe dengan fungsi memori pada lansia berumur 65 tahun ke atas dan berharap bahwa lansia yang mengkonsumsi phytoestrogen akan memiliki fungsi otak yang lebih baik. Air liur (saliva) mereka dibawa ke laboratorium Institut Pertanian Bogor (IPB) dan diperiksa kandungan estrogennya.

"Ternyata mereka yang di atas 65 tahun, yang konsumsi tahunya itu terlalu sering, cenderung kognitifnya lebih jelek. Artinya (makan tahu) sebetulnya baik, tapi jangan terlalu sering untuk yang sudah di atas 65 tahun ke atas," ujar Tri Budi ketika ditemui Kompas.com di kantornya, Depok (10/7).

Penelitian yang dilakukan kepada 719 lansia di tiga daerah, yaitu Borobudur, Sumedang dan Jakarta, ini juga menemukan bahwa ternyata mereka yang terlalu banyak makan tempe memiliki fungsi memori yang bagus. Tri Budi juga mendapati bahwa mereka yang pendidikannya tinggi, mengkonsumsi buah-buahan dan makanan lain yang mengandung phytoestrogen ternyata juga memiliki fungsi memori yang lebih baik. "Jadi memang harus proporsional," tandas Tri Budi.

Oleh karena itu, Tri Budi membantah pemberitaan atas penelitian yang berlangsung selama enam bulan ini yang menyebutkan bahwa tahu itu berbahaya untuk lansia. Tri menegaskan bahwa hasil penelitian ini tidak meneliti apakah tahu memperburuk fungsi memori pada lansia atau tidak. "Untuk kenapanya, lagi dalam penelitian calon doktor gizi yang kami pimpin. Ada apa sih di tahu, ada apa sih di tempe. Kami tidak bisa mengatakan, 'oh di tahu ada racunnya!'. Kami tidak bisa mengatakan itu sebelum kami mengurai tahunya itu," ujar Tri Budi.

Untuk sementara, Tri Budi mengatakan kemungkinan hasil positif pada tempe karena melalui proses peragian atau fermentasi yang menyebabkan keluarnya asam folat, suatu zat yang baik untuk memproteksi otak dari kerusakan. Belum banyak rekomendasi praktis yang dapat disebut Tri Budi melalui hasil penelitiannya ini, namun Tri Budi berharap agar penelitiannya ini dapat menjadi acuan bagi penelitian-penelitian yang lebih dalam untuk membantu lansia dalam menjaga kesehatannya.