Seiring berkembangnya zaman dan tekhnologi banyak orang yang mengkonsumsi obat herbal yang dipercaya dapat memberikan hasil yang lebih manjur. Semakin mahalnya harga obat modern dan anggapan bahwa obat herbal lebih aman karena terbuat dari bahan alami, menjadi pendorong minat orang pada obat tradisional. Padahal, hal itu tak selalu benar.
Meskipun terbuat dari bahan-bahan alami,
sebenarnya obat herbal juga memiliki potensi efek samping yang sama
dengan obat sintetis. Menurut Prof.Maksum Radji, di dalam obat herbal
yang disarikan dari bagian-bagian tumbuhan, misalnya akar, daun, kulit,
juga terkandung senyawa kimia.
Kandungan senyawa yang terdapat dalam
obat herbal ini, selain berkhasiat juga kemungkinan dapat menyebabkan
efek samping yang dapat merugikan.
Herbal juga tidak bisa diminum sembarangan karena respons tiap individu bisa berbeda satu sama lain. Meski punya keluhan sama, belum tentu herbal yang diberikan cocok antara satu pasien dan pasien lain.
“Suatu produk herbal tersebut dinyatakan
aman hanya apabila sudah dapat dibuktikan secara ilmiah keamanannya
melalui serangkaian uji keamanan, antara lain uji toksisitas akut, uji
toksisitas sub- akut, uji toksisitas kronik, dan uji teratogenik,” kata
Guru Besar Tetap Ilmu Farmasi Universitas Indonesia itu kepada
Kompas.com.
Ia menambahkan, beberapa efek yang tidak
dikehendaki juga dapat terjadi apabila obat herbal dikonsumsi secara
bersamaan dengan obat modern.
“Umumnya efek samping yang dapat
ditimbulkan oleh penggunaan obat herbal yang tidak terkontrol dengan
baik antara lain adalah gangguan pada ginjal, gangguan hati,
fotosensitifitas, alergi, dan gangguan tidur. Pemberian obat herbal juga
dihindari pada bayi, balita dan pada lansia yang fungsi organ tubuhnya
sudah menurun,” paparnya.
Beberapa obat herbal yang sempat
“booming” beberapa waktu lalu, seperti buah merah, mahkota dewa, atau
daun sirsak, menurut Maksum, sebenarnya sudah diteliti tetapi baru
sampai pada tahapan penelitian biomedik.
Pada buah mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa), telah diteliti adanya kandungan ilmiah yang berkhasiat
sebagai antidiabetes, antioksidan, antiperadangan, dan efeknya terhadap
sel kanker. Sementara pada daun sirsak diketahui memiliki efek
antibakteri, antiviral, dan antikanker.
Namun, umumnya penelitian masih
dilakukan pada percobaan in vitro atau in vivo pada hewan coba. Hasil
percobaan secara biomedik inilah yang seringkali dijadikan dasar bahwa
obat herbal dapat menyembuhkan berbagai penyakit.
“Padahal untuk dapat digunakan dalam
pengobatan, masih diperlukan serangkaian tahapan uji klinik untuk
memastikan tingkat keamanan, dosis, cara penggunaan, efikasi, monitoring
efek samping dan interaksinya dengan senyawa obat lainnya,” katanya.
Menurut Maksum, obat-obatan herbal
biasanya baru memberikan hasil dalam jangka panjang, karena itu obat
tersebut sebaiknya hanya dipakai untuk menjaga kesehatan atau pemulihan
penyakit, sedangkan untuk penyembuhan penyakit dibutuhkan obat resep
dokter.
Dari berbagai sumber