13 Cara Jitu Berhenti Merokok
Tak mudah untuk berhenti merokok, terutama bagi yang kecanduan. Perlu strategi untuk mencapai keinginan berhenti merokok. Berikut beberapa langkah yang perlu Anda terapkan untuk benar-benar berhenti selamanya.
1: Ketahui Mengapa Harus Berhenti
Jika Anda ingin berhenti merokok tapi tak tahu kenapa, jangan katakan “karena ini tidak sehat untukku”. Itu bukanlah alasan yang baik. Mendapatkan motovasi, Anda perlu alasan lebih kuat dan personal lagi. Katakan, Anda ingin melindungi keluarga dari risiko perokok pasif. Atau katakan, Anda mulai berpikir kanker paru-paru akan membahayakan diri Anda kelak. Dapat pula Anda katakan, ingin berhenti merokok agar nampak awet muda. Tentukan saja mana alasan paling kuat untuk Anda berhenti merokok.
2: Jangan Setengah-Setengah
Mungkin memang sedikit menggoda untuk membuang rokok dan mendeklarasikan, Anda berhenti merokok sesederhana mungkin. Sayangnya ini bukanlah sebuah pekerjaan membalik telapak tangan. Sekitar 95% orang yang mencoba berhenti merokok tanpa terapi maupun pengobatan, berakhir dengan kembali merokok. Alasannya satu, nikotin memang merupakan zat candu. Otak menjadi terbiasa akan nikotin dan mendambanya setiap waktu. Ketika nikotin lama tak didapat, gejala kecanduan akan muncul dan membuat orang ingin kembali. Jadi, tetaplah terbuka akan bantuan.
3 : Coba Terapi Sulih Nikotin
Ketika Anda berhenti merokok, gejala kecanduan akan membuat Anda frustasi, depresi, gelisah dan tak bisa diam. Ini masih bisa diatasi dengan terapi sulih nikotin. Riset menunjukkan, permen karet nikotin, permen pelega tenggorokan bernikotin dan stiker nikotin dapat menggandakan kemampuan Anda berhenti merokok. Terutama ketika dikombinasikan dengan program behavioral intensif. Tapi, jangan menggunakan produk ini sementara Anda masih merokok. Ini sangat tidak direkomendasikan.
4: Mintalah Resep Obat
Kecanduan nikotin juga masih dapat diatasi dengan resep obat-obatan. Mintalah pada dokter Anda untuk meresepkan obat sembari menjalani program berhenti merokok.
Beberapa obat dapat diresepkan untuk mengurangi kecanduan tanpa mempengaruhi kimia otak. Mereka akan membuat rasa merokok menjadi kurang menyenangkan sehingga Anda pun malas meraih rokok. Obat-obatan lain juga dapat mengurangi gejala sindrom kecanduan seperti ketidakmampuan berkonsentrasi dan depresi.
5 : Jangan Sendirian
Kabarkan pada teman-teman, keluarga dan rekan kerja jika Anda sedang dalam upaya berhenti merokok. Semangat dari mereka juga dapat membuat perubahan. Anda juga dapat bergabung dengan support group ataupun berbicara dengan konselor. Terapi behavioral adalah konseling yang akan membantu mengidentifikasi bagaimana Anda dapat tetap dalam strategi berhenti merokok.
6: Kelola Stres
Satu alasan mengapa orang merokok, karena merokok dapat membantu seseorang untuk santai. Begitu seseorang berhenti merokok, dibutuhkan cara baru mengatasi stres. Cobalah melakukan relaksasi lain seperti pijat, mendengarkan musik lembut ataupun ber-yoga dan tai chi. Jika perlu, hindari situasi yang membuat stres selama beberapa minggu awal berhenti merokok
7: Hindari Alkohol dan Kopi
Beberapa aktivitas dapat meningkatkan keinginan untuk merokok karena dianggap identik dengannya. Alkohol dan kopi adalah beberapa pemicunya. Sebaiknya coba hindari minuman ini di awal Anda berusaha berhenti merokok. Dan, jika Anda terbiasa merokok setelah makan, carilah aktivitas lain yang menggantikan, seperti, menggosok gigi atau mengunyah permen karet.
8: Bersihkan Rumah
Buang semua asbak dan pemantik api setelah Anda merokok untuk terakhir kali. Cuci beberapa pakaian yang bau asap rokok. Begitu pula dengan karpet, gorden, dan kain pelapis. Gunakan penyegar ruangan untuk mengurangi bau yang familiar (seperti saat Anda masih merokok). Anda perlu lepas dari segala bau-bau an yang mengingatkan untuk merokok.
9: Coba dan coba lagi
Sangat biasa bagi seseorang yang menjalani terapi untuk kembali. Banyak perokok yang mencoba berhenti berulang kali sebelum benar-benar berhenti merokok selamanya. Coba cermati emosi dan keadaan yang membuat Anda kambuh. Gunakan sebagai kesempatan untuk menegaskan kembali komitmen berhenti merokok. Sekali Anda membuat keputusan, coba lagi dan buat tenggat (misal) dalam sebulan.
10: Olah Raga
Beberapa aktivitas fisik dapat mengurangi hasrat akan nikotin dan menghapus gejala kecanduan. Ketika Anda ingin merokok, cobalah raih sepatu olah raga dan lakukan jogging atau bersepeda. Bahkan latihan ringan juga dapat membantu, seperti, berjalan di taman, memotong tanaman di halaman dan sebagainya. Beberapa kalori yang terbakar juga akan berkurang sembari Anda berhenti merokok.
11: Makan Buah dan Sayur
Jangan berdiet ketika sedang berhenti merokok. Memaksakan diri berlebih justru akan membuat keinginan merokok kembali meningkat. Alih-alih, fokuskan untuk memakan lebih banyak buah dan sayuran serta beberapa produk susu rendah lemak. Penelitian menunjukkan, mengonsumsi makanan ini membuat rasa rokok menjadi tidak enak sehingga mengurangi gejala kecanduan merokok.
12: Tentukan Reward
Untuk memompa semangat, tak ada salahnya mengatur sebuah reward bagi Anda sendiri. Misal, sebuah perawatan diri atau pakaian baru, yang dibeli dengan uang yang telah dihemat dari berhenti merokok.
13: Lakukan Demi Kesehatan
Berhenti merokok terbukti memberikan banyak dampak kesehatan yang positif. Pertama, akan menurunkan tekanan darah dan mengurangi denyut jantung setelah 20 menit berhenti. Setelah sehari, kadar karbon monoksida juga akan kembali normal. Dalam waktu dua minggu sampai 3 bulan ke depan, risiko serangan jantung dan gangguan paru-paru pun ikut membaik. Dalam jangka panjang, berhenti merokok bermanfaat menurunkan risiko penyakit jantung kororner, stroke, kanker paru-paru dan kanker lainnya.
Sumber : dari berbagai sumber
7 Cara Jitu Menangkis Diabetes
Meskipun tak dapat disembuhkan, penyakit diabetes melitus tipe 2 dapat dicegah dengan mudah. Penyakit ini disebabkan oleh gaya hidup yang kurang sehat. Maka dari itu, menerapkan gaya hidup sehat akan dapat meminimalkan risiko terjangkitnya diabetes.
Secara global, kasus diabetes terus mengalami kenaikan, terutama di negara berkembang. Di Indonesia sendiri, data dari WHO tahun 1985 menyebutkan sebanyak 1,7% penduduk Indonesia mengalami diabetes. Namun pada tahun 2007, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan jumlahnya mengalami kenaikan menjadi 5,7% atau sekitar 12 juta penduduk.
"Diabetes dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat sebab pada dasarnya dapat dicegah. Olahraga yang rutin dan mengurangi makan-makanan berkalori tinggi akan membantu menangkis diabetes," kata Prof Sarwono Waspadji dari Divisi Metabolik-Endokrin, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI ketika dihubungi detikHealth, Rabu (29/8/2012).
Ada banyak cara untuk mencegah atau meminimalisir risiko diabetes. Berbagai cara tersebut antara lain;
1. Olahraga teratur
Olahraga secara teratur dapat membantu meningkatkan kepekaan tubuh terhadap insulin sehingga membantu menjaga kadar gula darah dalam kisaran normal. Dengan olahraga, tubuh menggunakan insulin lebih efisien sampai 70 jam setelahnya.
Berolahraga 3-4 kali seminggu selama 20 - 40 menit akan sangat bermanfaat menangkal diabetes. Selain itu, olahraga seperti aerobik dan fitness juga dapat menjaga berat badan tetap ideal.
2. Menjaga berat badan agar tetap ideal
Sebagian besar penderita diabetes mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Kelebihan berat badan dan lemak tubuh ternyata dapat meningkatkan risiko terkena diabetes.
3. Jangan sampai makan berlebih (overnutrisi)
Nutrisi yang berlebihan merupakan faktor risiko utama yang dapat menyebabkan diabetes. Semakin banyak kelebihan nutrisi, semakin besar kemungkinan terserang diabetes. Seimbangkan asupan makanan dengan memperbanyak makan buah dan sayuran.
4. Hindari stres
Ketika stres, tubuh akan mengeluarkan hormon stres kortisol. Hormon ini meningkatkan detak jantung serta mengirim glukosa ke dalam darah untuk diubah menjadi energi bagi otot. Yang paling penting, stres akan membuat orang jadi makan banyak. Ujung-ujungnya, dapat menyebabkan kegemukan yang berisiko diabetes.
5. Cukup istirahat dan tidur
Istirahat dan tidur yang cukup pada dasarnya merupakan mekanisme untuk mendetoksifikasi tubuh. Selain itu, istirahat yang cukup juga ampuh meredakan stres.
6. Hindari polusi
Polusi udara banyak mengandung radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh. Adanya radikal bebas ini dapat memperburuk fungsi sel, serta memicu diabetes dan kerusakan pembuluh darah. Sebuah penelitian menemukan bahwa polusi dapat memicu resistensi insulin dan meningkatkan kadar lemak di perut dan organ internal.
7. Lakukan pemeriksaan kesehatan
Usia muda sekitar 25 tahun biasanya merupakan masa-masa mulai berkembangnya diabetes atau prediabetes. Oleh karena itu, kadar gula darah perlu diperiksa sebulan sekali, terutama bagi orang-orang yang berisiko dan memiliki riwayat keluarga pengidap diabetes.
Sumber : Putro Agus Harnowo - detikHealth
Waspada, Wanita Mudah Terkena Infeksi Saluran Kemih
TERNYATA, satu dari lima wanita bisa terkena infeksi saluran kemih dalam hidupnya. Tetapi dengan mengikuti beberapa cara sederhana, infeksi saluran kemih dapat dicegah.
Meskipun satu dari lima wanita akan mendapatkan setidaknya satu infeksi saluran kemih (ISK) dalam hidupnya, infeksi saluran kemih banyak dapat dicegah. "Salah satu pernyataan umum bagi perempuan ialah bagaimana mereka mencoba untuk mencegah infeksi saluran kemih," kata Angelo E. Gousse, MD, Profesor urologi di University of Miami School of Medicine.
"Mereka juga harus tahu penggunaan sabun untuk daerah kewanitaan yang tepat dan memastikan tidak ada benda apa pun pada vagina yang akan mengubah komposisi bakteri dalam vagina,” imbuhnya.
Berikut ini beberapa tip yang dapat membantu Anda mencegah infeksi saluran kemih, seperti dilansir Everydayhealth.
Jangan menahan untuk buang air kecil
Jika Anda merasa sudah ingin buang air kecil, maka segerakanlah. Menahan buang air kecil dapat membuat bakteri berkumpul dan tumbuh dalam vagina Anda.
Minum air putih yang cukup
Minum air putih delapan gelas sehari membantu kandung kemih Anda tidak menjadi bengkak dan meminimalkan pertumbuhan bakteri.
Bersihkan vagina dengan benar
Setelah buang air kecil, biasakan untuk membersihkan dari depan ke belakang untuk menjaga kotoran masuk kembali dalam saluran kemih. Bersihkan pula area genital Anda sebelum berhubungan seksual untuk mengurangi beberapa bakteri di daerah tersebut. Setelah berhubungan seks, bersihkan vagina Anda secepat mungkin.
Hindari penggunaan semprotan anti bakteri
Penggunaan semprotan antibakteri, busa spermisida, serta krim untuk vagina yang terlalu sering bisa membuat iritasi dan meningkatkan pertumbuhan bakteri dalam uretra (tabung yang mengarah dari bagian luar tubuh ke kandung kemih).
Mandi secara teratur
Mandilah secara teratur dan benar-benar bersih, setidaknya dua kali sehari.
Anatomi wanita yang sedemikian rupa, yaitu pembukaan saluran kemih yang berdekatan dengan anus membuat bakteri banyak berkumpul. Selain itu, uretra wanita hanya 1,5 inci, yang berarti bakteri tidak perlu pergi jauh untuk sampai ke kandung kemih dan mungkin ke ginjal dan ureter, di mana ini merupakan tabung yang menghubungkan ginjal ke kandung kemih. Penelitian lain menunjukkan bahwa beberapa wanita mungkin memiliki "reseptor" sangat ramah sepanjang urethra sehingga memudahkan bakteri untuk berkembang.
Untuk mencegah, masih penting untuk mempraktikkan kesehatan yang baik dan kebiasaan kebersihan. Minum banyak air, sering buang air kecil, dan seka dari depan ke belakang. Jika Anda terkena infeksi, hubungi dokter Anda untuk membantu.
sumber : Niken Anggun Nurani - Okezone
Agar Wanita Tak Kena Infeksi Saluran Kencing
Infeksi saluran kemih pada wanita atau yang sering dikenal sebagai UTI (urinary tract infection) dalam istilah medis, biasanya disebabkan oleh bakteri. Bakteri memasuki saluran kemih melalui uretra dan kemudian menginfeksi kandung kemih.
Jika infeksi ini naik ke ginjal, akan mempengaruhi fungsi kerja ginjal. Tetapi untungnya, infeksi bakteri penyebab UTI pada wanita dapat dicegah.
Seperti dilansir onlymyhealth, Rabu (29/8/12) berikut 6 langkah untuk mencegah infeksi saluran kemih:
1. Minum banyak cairan
Minum sekitar 8 sampai 10 gelas air per hari dapat membantu menjaga urin tetap encer dan membuat Anda lebih sering buang air kecil. Sering buang air kecil dapat mengeluarkan bakteri dari saluran kemih sebelum menimbulkan infeksi dan menyebar.
Urin yang sehat akan berwarna kuning cerah, tingkatkan asupan air minum jika urin berwarna kuning gelap.
2. Usap dari depan ke belakang setelah buang air besar atau kecil
Bersihkan alat kelamin dengan mengusap dari depan ke belakang setelah buang air besar tau kecil. Hal ini dapat membantu mencegah kontaminasi dari vagina dan uretra oleh bakteri di daerah anus.
3. Buang air kecil setelah berhubungan
Mengosongkan kandung kemih segera setelah hubungan seksual dapat mengeluarkan bakteri yang mungkin telah memasuki uretra. Juga, minum segelas penuh air setelah berhubungan seks untuk meningkatkan pembentukan urin dan mengeluarkan bakteri ketika buang air kecil.
Buang air kecil setelah berhubungan sangat membantu wanita yang memiliki UTI berulang karena uretra biasanya akan terganggu ketika berhubungan seks.
4. Hindari penggunaan produk dengan wewangian
Penggunaan sabun wangi, bubuk wangi, tisu toilet wangi atau berwarna, pembalut dan panty liner yang mengandung pewangi, dapat mengiritasi uretra. Hindari menggunakan produk dengan wewangian untuk mengurangi risiko UTI.
5. Minum obat
Jika Anda memiliki UTI berulang setelah berhubungan seks, segera konsultasikan dengan dokter. Dokter mungkin akan meresepkan tablet antibiotik yang harus diambil setiap kali melakukan hubungan seks.
Hal ini dapat mengurangi risiko UTI berulang. Jika Anda memiliki UTI berulang yang tidak berhubungan dengan seks, dokter akan meresepkan antibiotik dosis rendah, yang harus diambil setiap hari selama beberapa bulan.
6. Ubah alat kontrasepsi Anda
Beberapa wanita yang menggunakan kondom wanita atau penggunaan kondom pasangan yang dilapisi dengan spermisida, mungkin akan menyebabkan UTI. Jika UTI terjadi, konsultasikan dengan dokter mengenai alat kontrasepsi yang terbaik bagi Anda.
sumber : Linda Mayasari - detikHealth
6 Langkah Memperkuat Sistem Kekebalan Tubuh Anak
Balita akan sangat mudah sekali jatuh sakit karena sistem kekebalan tubuhnya belum terbentuk secara sempurna. Sebagai orang tua, Anda harus mengetahui cara untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh anak agar anak tetap sehat.
Anak mudah sekali terpapar bakteri berbahaya atau virus ketika bersentuhan dengan mainan yang kotor atau ketika merangkak di lantai. Tetapi untungnya, sistem kekebalan tubuh anak yang terdiri dari sekelompok antibodi dapat menangkis virus dan bakteri tersebut.
Seperti dilansir whattoexpect, Senin (27/8/12) berikut 6 cara untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh anak:
1. Memberikan ASI eksklusif
Bayi yang mendapatkan air susu ibu, tidak hanya sekedar mendapatkan asupan makanan saja. ASI mengandung antibodi dalam jumlah beasr yang dapat mendukung sistem kekebalan tubuh anak.
2. Pastikan anak memiliki jam tidur yang cukup
Bayi di bawah usia 6 bulan membutuhkan waktu tidur sebanyak 20 jam per hari. Sedangkan balita membutuhkan waktu tidur hingga 13 jam per hari. Jam tidur yang cukup akan membuat sistem kekebalan tubuh anak lebih kuat.
JIka anak terus kesulitan tidur dan kualitas tidurnya terus menurun akan menghambat produksi interleukin-1, protein yang diproduksi oleh sel-sel tertentu yang mencegah kuman penyakit memasuki tubuh melalui kulit.
3. Jangan terlalu berlebihan dalam menjaga kebersihan anak
Sistem kekebalan tubuh anak membutuhkan beberapa paparan bakteri dan virus untuk berlatih memeranginya, dimana hal ini merupakan cara kerja antibodi. Jika Anda terlalu berlebihan dalam menjaga kebersihan anak dengan menggunakan produk antibakteri, hal ini dapat membunuh semua bakteri yang penting bagi ketahanan tubuh.
4. Vaksinasi
Vaksinasi yang diberikan pada anak melalui imunisasi sangat penting untuk melindungi anak dari berbagai penyakit tertentu. Ketika anak mendapatkan vaksinasi, sistem kekebalan tubuhnya menguat dan antibodi siap melindungi tubuh dari virus atau bakteri asing.
Ada banyak sekali jenis vaksinasi yang dapat melindungi terhadap lebih dari selusin penyakit fatal dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh anak.
5. Berikan asupan makanan yang sehat
Pastikan menu makanan yang Anda berikan untuk anak mencakup semua nutrisi yang dibutuhkan untuk perkembangan si kecil. Makanan seperti paprika, ubi, wortel, blueberi dan jeruk yang kaya akan vitamin C dapat meningkatkan kekebalan tubuh.
Untuk tumuh, anak juga membutuhkan protein yang dapat diperoleh dari produk susu dan daging, dan karbohidrat kompleks, dari biji-bijian seperti beras merah dan gandum utuh. Fungsinya untuk membantu menjaga sistem kekebalan tubuh tetap dalam kondisi optimal dan siap untuk membangun pertahanan melawan infeksi.
6. Jauhkan anak dari paparan asap rokok
Asap rokok memiliki sekitar 4.000 bahan kimia yang berbeda yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh siapa saja yang menghirupnya. Anak-anak yang terpapar asap rokok lebih rentan terhadap infeksi telinga, batuk, pilek, bronkitis, dan masalah pernapasan lainnya.
Sumber : Linda Mayasari
Penyakit asam urat atau sering disebut gout sembuh dengan sidaguri
Sidaguri atau Sidagori (Sida rhombifoli Linn.) merupakan salah satu jenis tanaman obat dari famili Malvaceae. Tanaman ini adalah tanaman semak yang tumbuh liar dan banyak ditemui di pinggir selokan, sungai dan di bawah pohon besar. Sidaguri tersebar pada daerah tropis di seluruh dunia dari dataran rendah sampai ketingian 1450 m di atas permukaan laut. Bentuk batang agak berkayu, bulat dan bewarna cokelat. Daunnya berjenis tunggal dengan letak daun berseling berbentuk jantung.
Kecocokan tiap orang terhadap obat yang digunakan berbeda satu dengan yang lainya
Penyakit asam urat atau sering disebut gout, merupakan gangguan pada sendi yang terjadi akibat penumpukan kristal urat. Asam urat lazim diproduksi oleh tubuh, tetapi jika produksinya berlebih dan sistem pembuangannya tidak lancar menyebabkan pembentukan kristal urat pada sendi.
Nilai normal kadar asam urat dalam darah untuk pria dewasa berkisar 3,5—7,2 mg/dl, sedangkan pada wanita antara 2,6—6,0 mg/dl. Pada orang tua, nilai normalnya sedikit lebih tinggi. Dari banyak kasus, yang lebih berpeluang terserang asam urat adalah para pria, sedangkan pada wanita presentasinya kecil dan biasanya baru muncul setelah menopause (berhenti haid). Hal tersebut dikarenakan kaum hawa menghasilkan hormon estrogen yang ikut membantu pembuangan asam urat lewat urin.
Mengandung Alkaloid
Penawar asam urat cukup banyak macamnya. Mulai dari obat kimia sampai dengan tanaman herbal. Menurut Ir. Nunuk M. Januwati. MS. APU, peneliti utama Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor, terdapat beberapa jenis herbal yang memiliki kemampuan sama untuk mengatasi asam urat. Di antaranya, sidaguri, daun salam, sambiloto, kecubung, dan buah sirsak.
Tiap tanaman herbal, menurut Nunuk, memiliki kandungan berkhasiat yang berbeda. Tidak semua tubuh penderita asam urat memberikan respon positif terhadap kandungan dari suatu herbal. Seseorang dikatakan cocok atau tidak terhadap suatu produk obat, secara empiris dapat terlihat dari gejala yang timbul. Jika merasa mual, pusing, atau jantung berdebar setelah minum suatu obat, maka dipastikan tubuhnya merespon negatif alias tidak cocok.
Salah satu tumbuhan yang cukup baik mengatasi asam urat adalah sidaguri. Tumbuhan yang statusnya masih dianggap sebagai gulma (pengganggu) ini biasa hidup di bawah tegakan, pekarangan, tepi jalan, hutan atau ladang.
Sidaguri termasuk tumbuhan tropis yang bisa hidup pada ketinggian 10-1.400 m di atas permukaan laut. Hidup pada habitat terbuka maupun di bawah naungan (30—40%). Tumbuhan semak berkayu ini mempunyai daun bulat telur bergerigi, kecil-kecil, dengan bunga tunggal berwarna kuning.
Sidaguri mengandung alkaloid, kalsium oksalat, asam amino, saponin dan fenol. Tanaman bernama ilmiah Sida rhombifolia ini rasanya agak pahit karena mengandung tanin. Selain itu sidaguri juga mengandung minyak asiri sama seperti yang dikandung jahe sehingga memiliki aroma yang khas. Namun kadarnya lebih rendah. “Semua senyawa tersebut utamanya terdapat pada akar dan batang, tapi di daunnya juga ada.”
Cara kerja alkaloid, adalah menghambat terbentuknya enzim oksidase yang menyebabkan penyakit sendi, termasuk asam urat. Sidaguri juga berkhasiat untuk pencegah radang, asma, flu, demam, hipertensi, peluruh kencing, dan penghilang nyeri. Khusus untuk asam urat yang tinggi, wanita asli Blitar itu menyarankan dosis penggunaan sidaguri sebagai berikut. Ambil segenggam atau sekitar 60 gram sidaguri (akar dan batang), rebus dengan 600 cc air sampai tersisa 300 cc. Selanjutnya rebusan disaring dan diminum 2—3 kali sehari
Selain itu sidaguri juga digunakan untuk pemakaian luar guna mengatasi keluhan seperti kudis, bisul, luka berdarah, sakit gigi dan digigit seranggga. Penggunannya dengan cara mengambil segenggam sidaguri segar, lalu dihaluskan dan dibalurkan pada bagian yang sakit. “Reaksinya cukup cepat.” Anda tertarik mencobanya?
PENYAKIT YANG DAPAT DISEMBUHKAN DAN CARA PENGGUNAANYA :
- Rematik Rebus herba sidaguri kering (30 g) dengan tiga getas air sampai tersisa satu gelas. Setelah dingin, saring dan,minum sehari dua kali, masing-masing setengah gelas. Cuci akar sidaguri kering (30 g), lalu iris tipistipis. Rebus dengan tiga gelas air sampai tersisa satu gelas. Setelah dingin, saring dan minum sehari dua kali, masing-masing setengah gelas.
- Asamurat tinggi. Lima batang akar, cuci, potong-potong kecil, rebus dengan 2 gelas air sampai mendidih tunggu beberapa saat. Tuang kegelas berikut akarnya, tutup, biarkan semalam. Keesokan paginya diminum sebelum sarapan. Rebus sekali lagi pagi untuk diminum sore hari.
- Bisul, kudis, bengkak karena tulang patah (kedudukan tulang telah diperbaiki). Daun segar dicuci bersih, dilumatkan dan ditempelkan pada tempat yang sakit.
- Bisul. Akar 60 gr berikut batang ditambah 30gr gula merah dan air matang, ditim lalu diminum. Luarnya 5 jari akar, dicuci, tumbuk halus, remas dengan air garam, turapkan, balut. Sehari 2 kali.
- Eksema. Tanaman sidaguri ditambah air secukupnya, ditim dan diminum.
- Kulit gatal, kurap pada kepala. Daun segar secukupnya setelah dicuci bersih, ditumbuk halus, tambahkan minyak kelapa lalu diaduk sampai rata. Oleskan pada kulit yang gatal, diulang beberapa kali.
- Sesak napas (asma) Potong tipis akar sidaguri (60 g), tambahkan gula pasir (30 g), lalu rebus dengan tiga gelas air sampai tersisa satu gelas. Setelah dingin, saring dan minum sehari dua kali, masing-masing setengah gelas.
- Cacing kremi. Daun 1/5 genggam dicuci lalu digiling halus, tambahkan ¾ cangkir air matang dan sedikit garam, peras, minum 2 x sehari.
- Sakit gigi. Akar dan jahe di kunyah, telan airnya.
- Perut mulas. Akar dan jahe dikunyah, telan airnya.
- Abortivum. Akar dicincang halus, tambahkan daging secukupnya lalu direbus. Makan beberapa hari.
- TBC kelenjar leher. Sidaguri 60 gr ditim dengan daging, makan. Untuk pemakaian luar, daun segar dilumatkan lalu tempelkan ke tempat yang sakit.
Daun mengandung alkaloid, kalsium oksalat, tanin, saponin, fenol, asam amino, dan minyak asiri. Banyak mengandung zat phlegmatik yang digunakan sebagai peluruh dahak (ekspektoran) dan pelumas (lubricant). Batang mengandung kalsium oksalat dan tanin. Akar mengandung alkaloid, steroid, dan efedrine.
PERHATIAN :
Wanita hamil dilarang pakai.
Vitamin C Kurangi Risiko Asam Urat
Gout atau asam urat adalah sejenis artritis yang hanya menyerang kaum pria. Penyakit yang membuat persendian nyeri ini sebenarnya bisa dicegah dengan cukup mengonsumsi vitamin C.
Dalam laporan yang dimuat dalam Archives of Internal Medicine mengindikasikan bahwa asupan vitamin C minimal 1500 miligram setiap hari akan menurunkan risiko terkena asam urat sampai 45 persen jika dibandingkan dengan mereka yang cuma mengasup vitamin C 250 mg setiap hari.
Sebenarnya asupan harian vitamin C yang disarankan adalah sekitar 500 mg, namun dosis sampai 2000 mg masih dianggap aman. Kendati begitu, tidak semua orang bisa tahan dengan vitamin C dosis tinggi karena bisa mengiritasi lambung.
Studi-studi sebelumnya menunjukkan hal yang saling berlawanan antara vitamin C dan kadar asam urat di dalam darah. Kendati begitu beberapa dokter menyatakan belum jelas benar bagaimana vitamin C bisa mencegah gout.
Riset yang dilakukan Dr.Hyon K Choi dari University of British Columbia terhadap 46.994 pria yang diikuti antara tahun 1986 sampai 2006 mencoba mengungkap hal tersebut. Selama kurun waktu penelitian itu, 1.317 pria menderita gout.
Seperti yang sudah diduga, ketika kadar vitamin C ditambah, risiko terkena gout turun. Untuk setiap 500 mg peningkatan dosis vitamin C harian, risiko gout anjlok sampai 17 persen.
Salah satu penyebab meroketnya kadar asam urat adalah pola makan. Makanan tertentu, khususnya yang berlemak, banyak sekali mengandung purin, bahan kimia yang dalam darah berubah menjadi asam urat. Penyakit gout juga berhubungan dengan kondisi tertentu, misalnya penyakit ginjal. Banyak pula obat-obatan yang bisa membuat kadar asam urat meningkat.
Sumber vitamin C terbaik adalah sayuran dan buah-buahan. Buah yang tinggi kadar vitamin C-nya antara lain kiwi, jeruk, cabai, tomat, dan masih banyak lagi.
HIV/AIDS
Defenisi
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik dan mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV menular terutama melalui hubungan seksual (termasuk mulut dan seks anal ), terkontaminasi transfusi darah dan jarum suntik, dan dari ibu ke anak selama kehamilan, persalinan, atau menyusui. Pencegahan infeksi HIV, terutama melalui seks aman dan program pertukaran jarum suntik adalah strategi kunci untuk mengendalikan penyakit ini. Tidak ada obat atau vaksin, namun pengobatan antiretroviral dapat memperlambat perjalanan penyakit dan dapat menyebabkan harapan hidup mendekati normal. Sementara pengobatan antiretroviral mengurangi risiko kematian dan komplikasi dari penyakit ini, obat ini mahal dan mungkin terkait dengan efek samping.
Para penelitian genetika mengungkapkan bahwa HIV berasal dari Barat-Afrika Tengah selama awal abad kedua puluh. AIDS pertama kali diakui oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) pada tahun 1981 dan penyebabnya HIV, yang diidentifikasi pada awal tahun 1980. Sejak penemuannya telah menyebabkan hampir 30 juta kematian sampai 2009, dan pada 2010, sekitar 34 juta orang telah terinfeksi HIV di seluruh dunia. AIDS dianggap sebagai pandemi - wabah penyakit yang hadir pada lebih area yang luas dan secara aktif menyebar.
HIV / AIDS memiliki dampak besar pada masyarakat, baik sebagai penyakit dan sebagai sumber diskriminasi . Penyakit ini juga memiliki dampak signifikan pada ekonomi. Ada banyak kesalahpahaman tentang HIV / AIDS seperti keyakinan bahwa hal itu dapat ditularkan oleh kasual kontak non-seksual. Penyakit ini juga menjadi subyek banyak kontroversi yang melibatkan agama.
Review Tentang Virus HIV
Virus HIV adalah penyebab dari spektrum penyakit yang dikenal sebagai HIV / AIDS. HIV adalah retrovirus yang menginfeksi terutama sistem kekebalan tubuh manusia seperti sel T CD4 + (subset sel T ), makrofag dan sel dendritik. Secara langsung dan tidak langsung merusak sel T CD4 +.
HIV adalah anggota dari genus lentivirus, bagian dari family Retroviridae. Lentivirus memiliki banyak morfologi dan sifat biologi kesamaan. Banyak spesies yang terinfeksi oleh lentivirus, yang secara khas bertanggung jawab terhadap penyakit dengan masa inkubasi yang lama. Lentivirus ditransmisikan sebagai rantai tunggal, menyelimuti RNA virus. Setelah masuk ke dalam sel target, genom RNA virus diubah (reverse ditranskripsi) ke dalam untai ganda DNA oleh virally yang dikodekan dengan cara reverse transcriptase yang diangkut bersama dengan genom virus dalam partikel virus. DNA virus yang dihasilkan kemudian diimpor ke dalam inti sel dan diintegrasikan ke dalam DNA sel oleh intergarase virally yang dikodekan dan host co-faktor. Setelah terintegrasi, virus dapat menjadi laten, yang memungkinkan virus dalam sel inang untuk menghindari deteksi oleh sistem kekebalan tubuh. Atau, virus dapat ditranskripsi, menghasilkan genom baru RNA dan protein virus yang dikemas dan dibebaskan dari sel sebagai partikel virus baru yang memulai siklus replikasi baru.
Terdapat Dua jenis HIV yang telah ditandai : HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 adalah virus yang awalnya ditemukan dan disebut LAV dan HTLV-III. Virus ini lebih ganas, lebih infektif, dan merupakan penyebab dari mayoritas infeksi HIV di seluruh dunia. Sedang yang lebih ringan adalah infektivitas HIV-2 yang dibandingkan dengan HIV-1 menunjukkan bahwa lebih sedikit dari mereka yang terkena HIV-2 akan terinfeksi per eksposur. Karena kapasitasnya yang relatif rendah untuk transmisi, HIV-2 sebagian besar terbatas pada Afrika Barat.
HIV adalah anggota dari genus lentivirus, bagian dari family Retroviridae. Lentivirus memiliki banyak morfologi dan sifat biologi kesamaan. Banyak spesies yang terinfeksi oleh lentivirus, yang secara khas bertanggung jawab terhadap penyakit dengan masa inkubasi yang lama. Lentivirus ditransmisikan sebagai rantai tunggal, menyelimuti RNA virus. Setelah masuk ke dalam sel target, genom RNA virus diubah (reverse ditranskripsi) ke dalam untai ganda DNA oleh virally yang dikodekan dengan cara reverse transcriptase yang diangkut bersama dengan genom virus dalam partikel virus. DNA virus yang dihasilkan kemudian diimpor ke dalam inti sel dan diintegrasikan ke dalam DNA sel oleh intergarase virally yang dikodekan dan host co-faktor. Setelah terintegrasi, virus dapat menjadi laten, yang memungkinkan virus dalam sel inang untuk menghindari deteksi oleh sistem kekebalan tubuh. Atau, virus dapat ditranskripsi, menghasilkan genom baru RNA dan protein virus yang dikemas dan dibebaskan dari sel sebagai partikel virus baru yang memulai siklus replikasi baru.
Terdapat Dua jenis HIV yang telah ditandai : HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 adalah virus yang awalnya ditemukan dan disebut LAV dan HTLV-III. Virus ini lebih ganas, lebih infektif, dan merupakan penyebab dari mayoritas infeksi HIV di seluruh dunia. Sedang yang lebih ringan adalah infektivitas HIV-2 yang dibandingkan dengan HIV-1 menunjukkan bahwa lebih sedikit dari mereka yang terkena HIV-2 akan terinfeksi per eksposur. Karena kapasitasnya yang relatif rendah untuk transmisi, HIV-2 sebagian besar terbatas pada Afrika Barat.
Patofisiologi
Setelah virus memasuki tubuh, dalam jangka waktu yang cepat terjadi replikasi virus, yang menyebabkan kelimpahan virus dalam darah perifer. Selama infeksi primer, tingkat HIV dapat mencapai beberapa juta partikel virus per mililiter darah.
Tanggapan ini disertai/ditandai dengan penurunan jumlah sirkulasi sel CD4 + T. Hal ini merupakan viremia akut yang bisa dikaitkan pada hampir semua orang dengan aktivasi CD8 + sel T, yang membunuh sel yang terinfeksi HIV, dan kemudian dengan produksi antibodi atau serokonversi. Respon sel CD8 + T dianggap penting dalam mengontrol kadar virus yang bisa mengalami kenaikan dan kemudian menurun karena jumlah sel CD4 + T melambung.
Untuk masuk ke dalam sel, virus ini berikatan dengan receptor (CD4) yang ada di permukaan sel. Artinya, virus ini hanya akan menginfeksi sel yang memiliki receptor CD4 pada permukaannya. Karena biasanya yang diserang adalah sel T lymphosit (sel yang berperan dalam sistem imun tubuh), maka sel yang diinfeksi oleh HIV adalah sel T yang mengekspresikan CD4 di permukaannya (CD4+ T cell). Setelah berikatan dengan receptor, virus berfusi dengan sel (fusion) dan kemudian melepaskan genomnya ke dalam sel. Di dalam sel, RNA mengalami proses reverse transcription, yaitu proses perubahan RNA menjadi DNA. Proses ini dilakukan oleh enzim reverse transcriptase.
Proses ini hampir sama dengan beberapa virus RNA lainnya. Yang menjadi ciri khas dari retrovirus ini adalah DNA yang terbentuk kemudian bergabung dengan DNA genom dari sel yang diinfeksinya. Proses ini dinamakan integrasi (integration). Proses ini dilakukan oleh enzim integrase yang dimiliki oleh virus itu sendiri. DNA virus yang terintegrasi ke dalam genom sel dinamakan provirus. Dalam kondisi provirus, genom virus akan stabil dan mengalami proses replikasi sebagaimana DNA sel itu sendiri. Akibatnya, setiap DNA sel menjalankan proses replikasi secara otomatis genom virus akan ikut bereplikasi. Dalam kondisi ini virus bisa memproteksi diri dari serangan sistem imun tubuh dan sekaligus memungkinkan manusia terinfeksi virus seumur hidup (a life long infection).
Pada akhirnya, HIV menyebabkan AIDS dengan depleting CD4 + limfosit T sebagai penolong dalam melawan virus. Hal ini melemahkan sistem kekebalan tubuh dan memungkinkan infeksi oportunistik. Limfosit T sangat penting untuk respon kekebalan tubuh dan tanpa Limfosit T, tubuh tidak dapat melawan infeksi atau membunuh sel kanker. Mekanisme CD4 + T deplesi sel berbeda di fase akut dan kronis.
Meskipun gejala defisiensi imun karakteristik AIDS tidak muncul selama bertahun-tahun setelah seseorang terinfeksi, sebagian besar CD4 + T hilang dan terjadi selama minggu pertama infeksi, terutama di mukosa usus, yang merupakan pelabuhan mayoritas limfosit ditemukan dalam tubuh. Alasan hilangnya preferensial CD4 + T sel mukosa adalah bahwa mayoritas CD4 + T sel mukosa merupakan coreceptor CCR5, sedangkan sebagian kecil CD4 + sel T berada dalam aliran darah.
Etiologi
AIDS merupakan bentuk terparah akibat infeksi HIV. HIV adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan manusia, seperti sel T CD4+ (sejenis sel T), makrofaga, dan sel dendritik. HIV merusak sel T CD4+ secara langsung dan tidak langsung, dimana sel T CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. Bila HIV telah membunuh sel T CD4+ hingga jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200 per mikroliter (µL) darah, maka kekebalan di tingkat sel akan hilang, dan akibatnya ialah kondisi ini disebut sebagai AIDS. Infeksi akut HIV akan berlanjut menjadi infeksi laten secara klinis, kemudian timbul gejala infeksi HIV awal, dan akhirnya AIDS (yang diidentifikasi dengan memeriksa jumlah sel T CD4+ di dalam darah serta adanya infeksi tertentu).
Tanpa terapi antiretrovirus, rata-rata lamanya perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS ialah sembilan sampai sepuluh tahun, dan rata-rata waktu hidup setelah mengalami AIDS hanya sekitar 9,2 bulan. Namun demikian, laju perkembangan penyakit ini pada setiap orang sangat bervariasi, yaitu dari dua minggu sampai 20 tahun. Banyak faktor yang memengaruhinya, diantaranya ialah kekuatan tubuh untuk bertahan melawan HIV (seperti fungsi kekebalan tubuh) dari orang yang terinfeksi.Orang tua umumnya memiliki kekebalan yang lebih lemah daripada orang yang lebih muda, sehingga lebih berisiko mengalami perkembangan penyakit yang pesat. Akses yang kurang terhadap perawatan kesehatan dan adanya infeksi lainnya seperti tuberkulosis, juga dapat mempercepat perkembangan penyakit ini. Warisan genetik orang yang terinfeksi juga memainkan peran penting. Sejumlah orang kebal secara alami terhadap beberapa varian HIV. HIV memiliki beberapa variasi genetik dan berbagai bentuk yang berbeda, yang akan menyebabkan laju perkembangan penyakit klinis yang berbeda-beda pula. Terapi antiretrovirus yang sangat aktif akan dapat memperpanjang rata-rata waktu berkembangannya AIDS, serta rata-rata waktu kemampuan penderita bertahan hidup.
Tanpa terapi antiretrovirus, rata-rata lamanya perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS ialah sembilan sampai sepuluh tahun, dan rata-rata waktu hidup setelah mengalami AIDS hanya sekitar 9,2 bulan. Namun demikian, laju perkembangan penyakit ini pada setiap orang sangat bervariasi, yaitu dari dua minggu sampai 20 tahun. Banyak faktor yang memengaruhinya, diantaranya ialah kekuatan tubuh untuk bertahan melawan HIV (seperti fungsi kekebalan tubuh) dari orang yang terinfeksi.Orang tua umumnya memiliki kekebalan yang lebih lemah daripada orang yang lebih muda, sehingga lebih berisiko mengalami perkembangan penyakit yang pesat. Akses yang kurang terhadap perawatan kesehatan dan adanya infeksi lainnya seperti tuberkulosis, juga dapat mempercepat perkembangan penyakit ini. Warisan genetik orang yang terinfeksi juga memainkan peran penting. Sejumlah orang kebal secara alami terhadap beberapa varian HIV. HIV memiliki beberapa variasi genetik dan berbagai bentuk yang berbeda, yang akan menyebabkan laju perkembangan penyakit klinis yang berbeda-beda pula. Terapi antiretrovirus yang sangat aktif akan dapat memperpanjang rata-rata waktu berkembangannya AIDS, serta rata-rata waktu kemampuan penderita bertahan hidup.
Penularan seksual
Penularan (transmisi) HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak antara sekresi cairan vagina atau cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa mulut pasangannya. Hubungan seksual reseptif tanpa pelindung lebih berisiko daripada hubungan seksual insertif tanpa pelindung, dan risiko hubungan seks anal lebih berpeluang daripada risiko hubungan seks biasa dan seks oral. Seks oral tidak berarti tak berisiko karena HIV dapat masuk melalui seks oral reseptif maupun insertif. Kekerasan seksual secara umum meningkatkan risiko penularan HIV karena pelindung umumnya tidak digunakan dan sering terjadi trauma fisik terhadap rongga vagina yang memudahkan transmisi HIV.
Penyakit menular seksual meningkatkan risiko penularan HIV karena dapat menyebabkan gangguan pertahanan jaringan epitel normal akibat adanya borok alat kelamin, dan juga karena adanya penumpukan sel yang terinfeksi HIV (limfosit dan makrofag) pada semen dan sekresi vaginal. Penelitian epidemiologis dari Afrika Sub-Sahara, Eropa, dan Amerika Utara menunjukkan bahwa terdapat sekitar empat kali lebih besar risiko terinfeksi AIDS akibat adanya borok alat kelamin seperti yang disebabkan oleh sifilis dan/atau chancroid. Resiko tersebut juga meningkat secara nyata, walaupun lebih kecil, oleh adanya penyakit menular seksual seperti kencing nanah, infeksi chlamydia, dan trikomoniasis yang menyebabkan pengumpulan lokal limfosit dan makrofaga.
Transmisi HIV bergantung pada tingkat kemudahan penularan dari pengidap dan kerentanan pasangan seksual yang belum terinfeksi. Kemudahan penularan bervariasi pada berbagai tahap penyakit ini dan tidak konstan antar orang. Beban virus plasma yang tidak dapat dideteksi tidak selalu berarti bahwa beban virus kecil pada air mani atau sekresi alat kelamin. Setiap 10 kali penambahan jumlah RNA HIV plasma darah sebanding dengan 81% peningkatan laju transmisi HIV. Wanita lebih rentan terhadap infeksi HIV-1 karena perubahan hormon, ekologi serta fisiologi mikroba vaginal, dan kerentanan yang lebih besar terhadap penyakit seksual. Orang yang terinfeksi dengan HIV masih dapat terinfeksi jenis virus lain yang lebih mematikan.
Penularan (transmisi) HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak antara sekresi cairan vagina atau cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa mulut pasangannya. Hubungan seksual reseptif tanpa pelindung lebih berisiko daripada hubungan seksual insertif tanpa pelindung, dan risiko hubungan seks anal lebih berpeluang daripada risiko hubungan seks biasa dan seks oral. Seks oral tidak berarti tak berisiko karena HIV dapat masuk melalui seks oral reseptif maupun insertif. Kekerasan seksual secara umum meningkatkan risiko penularan HIV karena pelindung umumnya tidak digunakan dan sering terjadi trauma fisik terhadap rongga vagina yang memudahkan transmisi HIV.
Penyakit menular seksual meningkatkan risiko penularan HIV karena dapat menyebabkan gangguan pertahanan jaringan epitel normal akibat adanya borok alat kelamin, dan juga karena adanya penumpukan sel yang terinfeksi HIV (limfosit dan makrofag) pada semen dan sekresi vaginal. Penelitian epidemiologis dari Afrika Sub-Sahara, Eropa, dan Amerika Utara menunjukkan bahwa terdapat sekitar empat kali lebih besar risiko terinfeksi AIDS akibat adanya borok alat kelamin seperti yang disebabkan oleh sifilis dan/atau chancroid. Resiko tersebut juga meningkat secara nyata, walaupun lebih kecil, oleh adanya penyakit menular seksual seperti kencing nanah, infeksi chlamydia, dan trikomoniasis yang menyebabkan pengumpulan lokal limfosit dan makrofaga.
Transmisi HIV bergantung pada tingkat kemudahan penularan dari pengidap dan kerentanan pasangan seksual yang belum terinfeksi. Kemudahan penularan bervariasi pada berbagai tahap penyakit ini dan tidak konstan antar orang. Beban virus plasma yang tidak dapat dideteksi tidak selalu berarti bahwa beban virus kecil pada air mani atau sekresi alat kelamin. Setiap 10 kali penambahan jumlah RNA HIV plasma darah sebanding dengan 81% peningkatan laju transmisi HIV. Wanita lebih rentan terhadap infeksi HIV-1 karena perubahan hormon, ekologi serta fisiologi mikroba vaginal, dan kerentanan yang lebih besar terhadap penyakit seksual. Orang yang terinfeksi dengan HIV masih dapat terinfeksi jenis virus lain yang lebih mematikan.
Kontaminasi patogen melalui darah
Jalur penularan ini terutama berhubungan dengan pengguna obat suntik, penderita hemofilia, dan resipien transfusi darah dan produk darah. Berbagi dan menggunakan kembali jarum suntik (syringe) yang mengandung darah yang terkontaminasi oleh organisme biologis penyebab penyakit (patogen), tidak hanya merupakan risiko utama atas infeksi HIV, tetapi juga hepatitis B dan hepatitis C. Berbagi penggunaan jarum suntik merupakan penyebab sepertiga dari semua infeksi baru HIV dan 50% infeksi hepatitis C di Amerika Utara, Republik Rakyat Cina, dan Eropa Timur. Resiko terinfeksi dengan HIV dari satu tusukan dengan jarum yang digunakan orang yang terinfeksi HIV diduga sekitar 1 banding 150. Post-exposure prophylaxis dengan obat anti-HIV dapat lebih jauh mengurangi risiko tersebut. Pekerja fasilitas kesehatan (perawat, pekerja laboratorium, dokter, dan lain-lain) juga dikhawatirkan walaupun lebih jarang. Jalur penularan ini dapat juga terjadi pada orang yang memberi dan menerima rajah (tato) dan tindik tubuh. Kewaspadaan universal sering kali tidak dipatuhi baik di Afrika Sub Sahara maupun Asia karena sedikitnya sumber daya dan pelatihan yang tidak mencukupi. WHO memperkirakan 2,5% dari semua infeksi HIV di Afrika Sub Sahara ditransmisikan melalui suntikan pada fasilitas kesehatan yang tidak aman. Oleh sebab itu, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, didukung oleh opini medis umum dalam masalah ini, mendorong negara-negara di dunia menerapkan kewaspadaan universal untuk mencegah penularan HIV melalui fasilitas kesehatan.
Resiko penularan HIV pada penerima transfusi darah sangat kecil di negara maju. Di negara maju, pemilihan donor bertambah baik dan pengamatan HIV dilakukan. Namun demikian, menurut WHO, mayoritas populasi dunia tidak memiliki akses terhadap darah yang aman dan "antara 5% dan 10% infeksi HIV dunia terjadi melalui transfusi darah yang terinfeksi
Jalur penularan ini terutama berhubungan dengan pengguna obat suntik, penderita hemofilia, dan resipien transfusi darah dan produk darah. Berbagi dan menggunakan kembali jarum suntik (syringe) yang mengandung darah yang terkontaminasi oleh organisme biologis penyebab penyakit (patogen), tidak hanya merupakan risiko utama atas infeksi HIV, tetapi juga hepatitis B dan hepatitis C. Berbagi penggunaan jarum suntik merupakan penyebab sepertiga dari semua infeksi baru HIV dan 50% infeksi hepatitis C di Amerika Utara, Republik Rakyat Cina, dan Eropa Timur. Resiko terinfeksi dengan HIV dari satu tusukan dengan jarum yang digunakan orang yang terinfeksi HIV diduga sekitar 1 banding 150. Post-exposure prophylaxis dengan obat anti-HIV dapat lebih jauh mengurangi risiko tersebut. Pekerja fasilitas kesehatan (perawat, pekerja laboratorium, dokter, dan lain-lain) juga dikhawatirkan walaupun lebih jarang. Jalur penularan ini dapat juga terjadi pada orang yang memberi dan menerima rajah (tato) dan tindik tubuh. Kewaspadaan universal sering kali tidak dipatuhi baik di Afrika Sub Sahara maupun Asia karena sedikitnya sumber daya dan pelatihan yang tidak mencukupi. WHO memperkirakan 2,5% dari semua infeksi HIV di Afrika Sub Sahara ditransmisikan melalui suntikan pada fasilitas kesehatan yang tidak aman. Oleh sebab itu, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, didukung oleh opini medis umum dalam masalah ini, mendorong negara-negara di dunia menerapkan kewaspadaan universal untuk mencegah penularan HIV melalui fasilitas kesehatan.
Resiko penularan HIV pada penerima transfusi darah sangat kecil di negara maju. Di negara maju, pemilihan donor bertambah baik dan pengamatan HIV dilakukan. Namun demikian, menurut WHO, mayoritas populasi dunia tidak memiliki akses terhadap darah yang aman dan "antara 5% dan 10% infeksi HIV dunia terjadi melalui transfusi darah yang terinfeksi
Penularan masa perinatal
Transmisi HIV dari ibu ke anak dapat terjadi melalui rahim (in utero) selama masa perinatal, yaitu minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat persalinan. Bila tidak ditangani, tingkat penularan dari ibu ke anak selama kehamilan dan persalinan adalah sebesar 25%. Namun demikian, jika sang ibu memiliki akses terhadap terapi antiretrovirus dan melahirkan dengan cara bedah caesar, tingkat penularannya hanya sebesar 1%. Sejumlah faktor dapat memengaruhi risiko infeksi, terutama beban virus pada ibu saat persalinan (semakin tinggi beban virus, semakin tinggi risikonya). Menyusui meningkatkan risiko penularan sebesar 4%
Transmisi HIV dari ibu ke anak dapat terjadi melalui rahim (in utero) selama masa perinatal, yaitu minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat persalinan. Bila tidak ditangani, tingkat penularan dari ibu ke anak selama kehamilan dan persalinan adalah sebesar 25%. Namun demikian, jika sang ibu memiliki akses terhadap terapi antiretrovirus dan melahirkan dengan cara bedah caesar, tingkat penularannya hanya sebesar 1%. Sejumlah faktor dapat memengaruhi risiko infeksi, terutama beban virus pada ibu saat persalinan (semakin tinggi beban virus, semakin tinggi risikonya). Menyusui meningkatkan risiko penularan sebesar 4%
Tanda dan Gejala
Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV. Infeksi oportunistik umum didapati pada penderita AIDS. HIV memengaruhi hampir semua organ tubuh. Penderita AIDS juga berisiko lebih besar menderita kanker seperti sarkoma Kaposi, kanker leher rahim, dan kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma.
Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik; seperti demam, berkeringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa lemah, serta penurunan berat badan. Infeksi oportunistik tertentu yang diderita pasien AIDS, juga tergantung pada tingkat kekerapan terjadinya infeksi tersebut di wilayah geografis tempat hidup pasien.
Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik; seperti demam, berkeringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa lemah, serta penurunan berat badan. Infeksi oportunistik tertentu yang diderita pasien AIDS, juga tergantung pada tingkat kekerapan terjadinya infeksi tersebut di wilayah geografis tempat hidup pasien.
Penyakit paru-paru
Pneumonia pneumocystis (PCP) jarang dijumpai pada orang sehat yang memiliki kekebalan tubuh yang baik, tetapi umumnya dijumpai pada orang yang terinfeksi HIV.
Penyebab penyakit ini adalah fungi Pneumocystis jirovecii. Sebelum adanya diagnosis, perawatan, dan tindakan pencegahan rutin yang efektif di negara-negara Barat, penyakit ini umumnya segera menyebabkan kematian. Di negara-negara berkembang, penyakit ini masih merupakan indikasi pertama AIDS pada orang-orang yang belum dites, walaupun umumnya indikasi tersebut tidak muncul kecuali jika jumlah CD4 kurang dari 200 per µL.
Tuberkulosis (TBC) merupakan infeksi unik di antara infeksi-infeksi lainnya yang terkait HIV, karena dapat ditularkan kepada orang yang sehat (imunokompeten) melalui rute pernapasan (respirasi). TBC dapat dengan mudah ditangani bila telah diidentifikasi, dapat muncul pada stadium awal HIV, serta dapat dicegah melalui terapi pengobatan. Namun demikian, resistensi TBC terhadap berbagai obat merupakan masalah potensial pada penyakit ini.
Meskipun munculnya penyakit ini di negara-negara Barat telah berkurang karena digunakannya terapi dengan pengamatan langsung dan metode terbaru lainnya, namun tidaklah demikian yang terjadi di negara-negara berkembang tempat HIV paling banyak ditemukan. Pada stadium awal infeksi HIV (jumlah CD4 >300 sel per µL), TBC muncul sebagai penyakit paru-paru. Pada stadium lanjut infeksi HIV, ia sering muncul sebagai penyakit sistemik yang menyerang bagian tubuh lainnya (tuberkulosis ekstrapulmoner). Gejala-gejalanya biasanya bersifat tidak spesifik (konstitusional) dan tidak terbatas pada satu tempat. TBC yang menyertai infeksi HIV sering menyerang sumsum tulang, tulang, saluran kemih dan saluran pencernaan, hati, kelenjar getah bening (nodus limfa regional), dan sistem syaraf pusat. Dengan demikian, gejala yang muncul mungkin lebih berkaitan dengan tempat munculnya penyakit ekstrapulmoner
Penyebab penyakit ini adalah fungi Pneumocystis jirovecii. Sebelum adanya diagnosis, perawatan, dan tindakan pencegahan rutin yang efektif di negara-negara Barat, penyakit ini umumnya segera menyebabkan kematian. Di negara-negara berkembang, penyakit ini masih merupakan indikasi pertama AIDS pada orang-orang yang belum dites, walaupun umumnya indikasi tersebut tidak muncul kecuali jika jumlah CD4 kurang dari 200 per µL.
Tuberkulosis (TBC) merupakan infeksi unik di antara infeksi-infeksi lainnya yang terkait HIV, karena dapat ditularkan kepada orang yang sehat (imunokompeten) melalui rute pernapasan (respirasi). TBC dapat dengan mudah ditangani bila telah diidentifikasi, dapat muncul pada stadium awal HIV, serta dapat dicegah melalui terapi pengobatan. Namun demikian, resistensi TBC terhadap berbagai obat merupakan masalah potensial pada penyakit ini.
Meskipun munculnya penyakit ini di negara-negara Barat telah berkurang karena digunakannya terapi dengan pengamatan langsung dan metode terbaru lainnya, namun tidaklah demikian yang terjadi di negara-negara berkembang tempat HIV paling banyak ditemukan. Pada stadium awal infeksi HIV (jumlah CD4 >300 sel per µL), TBC muncul sebagai penyakit paru-paru. Pada stadium lanjut infeksi HIV, ia sering muncul sebagai penyakit sistemik yang menyerang bagian tubuh lainnya (tuberkulosis ekstrapulmoner). Gejala-gejalanya biasanya bersifat tidak spesifik (konstitusional) dan tidak terbatas pada satu tempat. TBC yang menyertai infeksi HIV sering menyerang sumsum tulang, tulang, saluran kemih dan saluran pencernaan, hati, kelenjar getah bening (nodus limfa regional), dan sistem syaraf pusat. Dengan demikian, gejala yang muncul mungkin lebih berkaitan dengan tempat munculnya penyakit ekstrapulmoner
Penyakit saluran pencernaan
Esofagitis adalah peradangan pada kerongkongan (esofagus), yaitu jalur makanan dari mulut ke lambung. Pada individu yang terinfeksi HIV, penyakit ini terjadi karena infeksi jamur (jamur kandidiasis) atau virus (herpes simpleks-1 atau virus sitomegalo). Ia pun dapat disebabkan oleh mikobakteria, meskipun kasusnya langka.
Diare kronis yang tidak dapat dijelaskan pada infeksi HIV dapat terjadi karena berbagai penyebab; antara lain infeksi bakteri dan parasit yang umum (seperti Salmonella, Shigella, Listeria, Kampilobakter, dan Escherichia coli), serta infeksi oportunistik yang tidak umum dan virus (seperti kriptosporidiosis, mikrosporidiosis, Mycobacterium avium complex, dan virus sitomegalo (CMV) yang merupakan penyebab kolitis).
Pada beberapa kasus, diare terjadi sebagai efek samping dari obat-obatan yang digunakan untuk menangani HIV, atau efek samping dari infeksi utama (primer) dari HIV itu sendiri. Selain itu, diare dapat juga merupakan efek samping dari antibiotik yang digunakan untuk menangani bakteri diare (misalnya pada Clostridium difficile). Pada stadium akhir infeksi HIV, diare diperkirakan merupakan petunjuk terjadinya perubahan cara saluran pencernaan menyerap nutrisi, serta mungkin merupakan komponen penting dalam sistem pembuangan yang berhubungan dengan HIV.
Penyakit syaraf dan kejiwaan
Infeksi HIV dapat menimbulkan beragam kelainan tingkah laku karena gangguan pada syaraf (neuropsychiatric sequelae), yang disebabkan oleh infeksi organisma atas sistem syaraf yang telah menjadi rentan, atau sebagai akibat langsung dari penyakit itu sendiri.
Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bersel-satu, yang disebut Toxoplasma gondii. Parasit ini biasanya menginfeksi otak dan menyebabkan radang otak akut (toksoplasma ensefalitis), namun ia juga dapat menginfeksi dan menyebabkan penyakit pada mata dan paru-paru. Meningitis kriptokokal adalah infeksi meninges (membran yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang) oleh jamur Cryptococcus neoformans. Hal ini dapat menyebabkan demam, sakit kepala, lelah, mual, dan muntah. Pasien juga mungkin mengalami sawan dan kebingungan, yang jika tidak ditangani dapat mematikan.
Leukoensefalopati multifokal progresif adalah penyakit demielinasi, yaitu penyakit yang menghancurkan selubung syaraf (mielin) yang menutupi serabut sel syaraf (akson), sehingga merusak penghantaran impuls syaraf. Ia disebabkan oleh virus JC, yang 70% populasinya terdapat di tubuh manusia dalam kondisi laten, dan menyebabkan penyakit hanya ketika sistem kekebalan sangat lemah, sebagaimana yang terjadi pada pasien AIDS. Penyakit ini berkembang cepat (progresif) dan menyebar (multilokal), sehingga biasanya menyebabkan kematian dalam waktu sebulan setelah diagnosis
Infeksi HIV dapat menimbulkan beragam kelainan tingkah laku karena gangguan pada syaraf (neuropsychiatric sequelae), yang disebabkan oleh infeksi organisma atas sistem syaraf yang telah menjadi rentan, atau sebagai akibat langsung dari penyakit itu sendiri.
Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bersel-satu, yang disebut Toxoplasma gondii. Parasit ini biasanya menginfeksi otak dan menyebabkan radang otak akut (toksoplasma ensefalitis), namun ia juga dapat menginfeksi dan menyebabkan penyakit pada mata dan paru-paru. Meningitis kriptokokal adalah infeksi meninges (membran yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang) oleh jamur Cryptococcus neoformans. Hal ini dapat menyebabkan demam, sakit kepala, lelah, mual, dan muntah. Pasien juga mungkin mengalami sawan dan kebingungan, yang jika tidak ditangani dapat mematikan.
Leukoensefalopati multifokal progresif adalah penyakit demielinasi, yaitu penyakit yang menghancurkan selubung syaraf (mielin) yang menutupi serabut sel syaraf (akson), sehingga merusak penghantaran impuls syaraf. Ia disebabkan oleh virus JC, yang 70% populasinya terdapat di tubuh manusia dalam kondisi laten, dan menyebabkan penyakit hanya ketika sistem kekebalan sangat lemah, sebagaimana yang terjadi pada pasien AIDS. Penyakit ini berkembang cepat (progresif) dan menyebar (multilokal), sehingga biasanya menyebabkan kematian dalam waktu sebulan setelah diagnosis
Kompleks demensia AIDS adalah penyakit penurunan kemampuan mental (demensia) yang terjadi karena menurunnya metabolisme sel otak (ensefalopati metabolik) yang disebabkan oleh infeksi HIV; dan didorong pula oleh terjadinya pengaktifan imun oleh makrofag dan mikroglia pada otak yang mengalami infeksi HIV, sehingga mengeluarkan neurotoksin. Kerusakan syaraf yang spesifik, tampak dalam bentuk ketidak normalan kognitif, perilaku, dan motorik, yang muncul bertahun-tahun setelah infeksi HIV terjadi. Hal ini berhubungan dengan keadaan rendahnya jumlah sel T CD4+ dan tingginya muatan virus pada plasma darah. Angka kemunculannya (prevalensi) di negara-negara Barat adalah sekitar 10-20%, namun di India hanya terjadi pada 1-2% pengidap infeksi HIV. Perbedaan ini mungkin terjadi karena adanya perbedaan subtipe HIV di India.
Kanker dan tumor ganas (maligna)
Pasien dengan infeksi HIV pada dasarnya memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya beberapa kanker. Hal ini karena infeksi oleh virus DNA penyebab mutasi genetik; yaitu terutama virus Epstein-Barr (EBV), virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV), dan virus papiloma manusia (HPV).
Pasien dengan infeksi HIV pada dasarnya memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya beberapa kanker. Hal ini karena infeksi oleh virus DNA penyebab mutasi genetik; yaitu terutama virus Epstein-Barr (EBV), virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV), dan virus papiloma manusia (HPV).
Sarkoma Kaposi adalah tumor yang paling umum menyerang pasien yang terinfeksi HIV. Kemunculan tumor ini pada sejumlah pemuda homoseksual tahun 1981 adalah salah satu pertanda pertama wabah AIDS. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari subfamili gammaherpesvirinae, yaitu virus herpes manusia-8 yang juga disebut virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV). Penyakit ini sering muncul di kulit dalam bentuk bintik keungu-unguan, tetapi dapat menyerang organ lain, terutama mulut, saluran pencernaan, dan paru-paru.
Kanker getah bening tingkat tinggi (limfoma sel B) adalah kanker yang menyerang sel darah putih dan terkumpul dalam kelenjar getah bening, misalnya seperti limfoma Burkitt (Burkitt's lymphoma) atau sejenisnya (Burkitt's-like lymphoma), diffuse large B-cell lymphoma (DLBCL), dan limfoma sistem syaraf pusat primer, lebih sering muncul pada pasien yang terinfeksi HIV. Kanker ini seringkali merupakan perkiraan kondisi (prognosis) yang buruk. Pada beberapa kasus, limfoma adalah tanda utama AIDS. Limfoma ini sebagian besar disebabkan oleh virus Epstein-Barr atau virus herpes Sarkoma Kaposi.
Kanker leher rahim pada wanita yang terkena HIV dianggap tanda utama AIDS. Kanker ini disebabkan oleh virus papiloma manusia.
Pasien yang terinfeksi HIV juga dapat terkena tumor lainnya, seperti limfoma Hodgkin, kanker usus besar bawah (rectum), dan kanker anus. Namun demikian, banyak tumor-tumor yang umum seperti kanker payudara dan kanker usus besar (colon), yang tidak meningkat kejadiannya pada pasien terinfeksi HIV. Di tempat-tempat dilakukannya terapi antiretrovirus yang sangat aktif (HAART) dalam menangani AIDS, kemunculan berbagai kanker yang berhubungan dengan AIDS menurun, namun pada saat yang sama kanker kemudian menjadi penyebab kematian yang paling umum pada pasien yang terinfeksi HIV
Infeksi oportunistik lainnya
Pasien AIDS biasanya menderita infeksi oportunistik dengan gejala tidak spesifik, terutama demam ringan dan kehilangan berat badan. Infeksi oportunistik ini termasuk infeksi Mycobacterium avium-intracellulare dan virus sitomegalo. Virus sitomegalo dapat menyebabkan gangguan radang pada usus besar (kolitis) seperti yang dijelaskan di atas, dan gangguan radang pada retina mata (retinitis sitomegalovirus), yang dapat menyebabkan kebutaan. Infeksi yang disebabkan oleh jamur Penicillium marneffei, atau disebut Penisiliosis, kini adalah infeksi oportunistik ketiga yang paling umum (setelah tuberkulosis dan kriptokokosis) pada orang yang positif HIV di daerah endemik Asia Tenggara.
Pasien AIDS biasanya menderita infeksi oportunistik dengan gejala tidak spesifik, terutama demam ringan dan kehilangan berat badan. Infeksi oportunistik ini termasuk infeksi Mycobacterium avium-intracellulare dan virus sitomegalo. Virus sitomegalo dapat menyebabkan gangguan radang pada usus besar (kolitis) seperti yang dijelaskan di atas, dan gangguan radang pada retina mata (retinitis sitomegalovirus), yang dapat menyebabkan kebutaan. Infeksi yang disebabkan oleh jamur Penicillium marneffei, atau disebut Penisiliosis, kini adalah infeksi oportunistik ketiga yang paling umum (setelah tuberkulosis dan kriptokokosis) pada orang yang positif HIV di daerah endemik Asia Tenggara.
Tes dan Diagnosis
Sejak tanggal 5 Juni 1981, banyak definisi yang muncul untuk pengawasan epidemiologi AIDS, seperti definisi Bangui dan definisi World Health Organization tentang AIDS tahun 1994. Namun demikian, kedua sistem tersebut sebenarnya ditujukan untuk pemantauan epidemi dan bukan untuk penentuan tahapan klinis pasien, karena definisi yang digunakan tidak sensitif ataupun spesifik. Di negara-negara berkembang, sistem World Health Organization untuk infeksi HIV digunakan dengan memakai data klinis dan laboratorium; sementara di negara-negara maju digunakan sistem klasifikasi Centers for Disease Control (CDC) Amerika Serikat.
Sistem tahapan infeksi WHO
Pada tahun 1990, World Health Organization (WHO) mengelompokkan berbagai infeksi dan kondisi AIDS dengan memperkenalkan sistem tahapan untuk pasien yang terinfeksi dengan HIV-1 Sistem ini diperbarui pada bulan September tahun 2005. Kebanyakan kondisi ini adalah infeksi oportunistik yang dengan mudah ditangani pada orang sehat.
Pada tahun 1990, World Health Organization (WHO) mengelompokkan berbagai infeksi dan kondisi AIDS dengan memperkenalkan sistem tahapan untuk pasien yang terinfeksi dengan HIV-1 Sistem ini diperbarui pada bulan September tahun 2005. Kebanyakan kondisi ini adalah infeksi oportunistik yang dengan mudah ditangani pada orang sehat.
Sistem tahapan infeksi WHO
- Stadium I: infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS
- Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang saluran pernapasan atas yang berulang
- Stadium III: termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari sebulan, infeksi bakteri parah, dan tuberkulosis.
- Stadium IV: termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea, bronkus atau paru-paru, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini adalah indikator AIDS.
Sistem klasifikasi CDC
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat memperbarui sistem klasifikasi mereka untuk HIV / AIDS pada tahun 2008. Dalam sistem infeksi HIV diklasifikasikan berdasarkan jumlah CD4 dan gejala klinis.
Tahap 1: jumlah CD4 ≥ 500 sel / uL dan tidak ada kondisi terdefinisi AIDS
Tahap 2: jumlah CD4 200 hingga 500 sel / uL AIDS dan tidak ada kondisi terdefinisi
Tahap 3: jumlah CD4 ≤ 200 sel / uL atau AIDS mendefinisikan kondisi
Diketahui: jika informasi yang cukup dikenal untuk membuat salah satu klasifikasi di atas
Diagnosis AIDS masih ditegakkan bahkan jika setelah pengobatan dimana CD4 + T jumlah sel meningkat menjadi di atas 200 per uL darah atau hingga penyakit terdefinisi AIDS benar-benar dapat disembuhkan.
Tahap 1: jumlah CD4 ≥ 500 sel / uL dan tidak ada kondisi terdefinisi AIDS
Tahap 2: jumlah CD4 200 hingga 500 sel / uL AIDS dan tidak ada kondisi terdefinisi
Tahap 3: jumlah CD4 ≤ 200 sel / uL atau AIDS mendefinisikan kondisi
Diketahui: jika informasi yang cukup dikenal untuk membuat salah satu klasifikasi di atas
Diagnosis AIDS masih ditegakkan bahkan jika setelah pengobatan dimana CD4 + T jumlah sel meningkat menjadi di atas 200 per uL darah atau hingga penyakit terdefinisi AIDS benar-benar dapat disembuhkan.
Tes HIV
Tes HIV umum, termasuk imunoasai enzim HIV dan pengujian Western blot, dilakukan untuk mendeteksi antibodi HIV pada serum, plasma, cairan mulut, darah kering, atau urin pasien. Namun demikian, periode antara infeksi dan berkembangnya antibodi pelawan infeksi yang dapat dideteksi (window period) bagi setiap orang dapat bervariasi. Inilah sebabnya mengapa dibutuhkan waktu 3-6 bulan untuk mengetahui serokonversi dan hasil positif tes. Terdapat pula tes-tes komersial untuk mendeteksi antigen HIV lainnya, HIV-RNA, dan HIV-DNA, yang dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi HIV meskipun perkembangan antibodinya belum dapat terdeteksi. Meskipun metode-metode tersebut tidak disetujui secara khusus untuk diagnosis infeksi HIV, tetapi telah digunakan secara rutin di negara-negara maju.
Pencegahan
Tiga jalur utama (rute) masuknya virus HIV ke dalam tubuh ialah melalui hubungan seksual, persentuhan (paparan) dengan cairan atau jaringan tubuh yang terinfeksi, serta dari ibu ke janin atau bayi selama periode sekitar kelahiran (periode perinatal) oleh karena maka pencegahan dapat dilakukan melalui tiga rute tersebut. Selain itu, walaupun HIV dapat ditemukan pada air liur, air mata dan urin orang yang terinfeksi, namun tidak terdapat catatan kasus infeksi dikarenakan cairan-cairan tersebut, dengan demikian risiko infeksinya secara umum dapat diabaikan.
Penanganan
Sampai saat ini tidak ada vaksin atau obat untuk HIV atau AIDS. Metode satu-satunya yang diketahui untuk pencegahan didasarkan pada penghindaran kontak dengan virus atau, jika gagal, perawatan antiretrovirus secara langsung setelah kontak dengan virus secara signifikan, disebut post-exposure prophylaxis (PEP). PEP memiliki jadwal empat minggu takaran yang menuntut banyak waktu. PEP juga memiliki efek samping yang tidak menyenangkan seperti diare, tidak enak badan, mual, dan lelah.
Terapi antivirus
Penanganan infeksi HIV terkini adalah terapi antiretrovirus yang sangat aktif (highly active antiretroviral therapy, disingkat HAART). Terapi ini telah sangat bermanfaat bagi orang-orang yang terinfeksi HIV sejak tahun 1996, yaitu setelah ditemukannya HAART yang menggunakan protease inhibitor. Pilihan terbaik HAART saat ini, berupa kombinasi dari setidaknya tiga obat (disebut "koktail) yang terdiri dari paling sedikit dua macam bahan antiretrovirus. Kombinasi yang umum digunakan adalah nucleoside analogue reverse transcriptase inhibitor (atau NRTI) dengan protease inhibitor, atau dengan non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI). Karena penyakit HIV lebih cepat perkembangannya pada anak-anak daripada pada orang dewasa, maka rekomendasi perawatannya pun lebih agresif untuk anak-anak daripada untuk orang dewasa. Di negara-negara berkembang yang menyediakan perawatan HAART, seorang dokter akan mempertimbangkan kuantitas beban virus, kecepatan berkurangnya CD4, serta kesiapan mental pasien, saat memilih waktu memulai perawatan awal.
Perawatan HAART memungkinkan stabilnya gejala dan viremia (banyaknya jumlah virus dalam darah) pada pasien, tetapi ia tidak menyembuhkan HIV ataupun menghilangkan gejalanya. HIV-1 dalam tingkat yang tinggi sering resisten terhadap HAART dan gejalanya kembali setelah perawatan dihentikan. Lagi pula, dibutuhkan waktu lebih dari seumur hidup seseorang untuk membersihkan infeksi HIV dengan menggunakan HAART. Meskipun demikian, banyak pengidap HIV mengalami perbaikan yang hebat pada kesehatan umum dan kualitas hidup mereka, sehingga terjadi adanya penurunan drastis atas tingkat kesakitan (morbiditas) dan tingkat kematian (mortalitas) karena HIV. Tanpa perawatan HAART, berubahnya infeksi HIV menjadi AIDS terjadi dengan kecepatan rata-rata (median) antara sembilan sampai sepuluh tahun, dan selanjutnya waktu bertahan setelah terjangkit AIDS hanyalah 9.2 bulan. Penerapan HAART dianggap meningkatkan waktu bertahan pasien selama 4 sampai 12 tahun. Bagi beberapa pasien lainnya, yang jumlahnya mungkin lebih dari lima puluh persen, perawatan HAART memberikan hasil jauh dari optimal. Hal ini karena adanya efek samping/dampak pengobatan tidak bisa ditolerir, terapi antiretrovirus sebelumnya yang tidak efektif, dan infeksi HIV tertentu yang resisten obat. Ketidaktaatan dan ketidakteraturan dalam menerapkan terapi antiretrovirus adalah alasan utama mengapa kebanyakan individu gagal memperoleh manfaat dari penerapan HAART. Terdapat bermacam-macam alasan atas sikap tidak taat dan tidak teratur untuk penerapan HAART tersebut. Isyu-isyu psikososial yang utama ialah kurangnya akses atas fasilitas kesehatan, kurangnya dukungan sosial, penyakit kejiwaan, serta penyalahgunaan obat. Perawatan HAART juga kompleks, karena adanya beragam kombinasi jumlah pil, frekuensi dosis, pembatasan makan, dan lain-lain yang harus dijalankan secara rutin. Berbagai efek samping yang juga menimbulkan keengganan untuk teratur dalam penerapan HAART, antara lain lipodistrofi, dislipidaemia, penolakan insulin, peningkatan risiko sistem kardiovaskular, dan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan.
Obat anti-retrovirus berharga mahal, dan mayoritas individu terinfeksi di dunia tidaklah memiliki akses terhadap pengobatan dan perawatan untuk HIV dan AIDS tersebut.
Sumber ;
- http://en.wikipedia.org/wiki/HIV/AIDS
- http://leeanel.blogspot.com/2012_01_01_archive.html
- http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/hivaids.html
- http://www.cdc.gov/hiv/
- http://www.avert.org/aids.htm
- http://www.aids.org/
- http://id.wikipedia.org/wiki/AIDS
- http://id.wikipedia.org/wiki/HIV
Alpukat Bikin Perempuan Subur
Bila Anda pasangan muda yang sedang berupaya mendapatkan kehamilan, disarankan untuk lebih memperhatikan asupan gizi dan makanan. Dengan asupan nutrisi dan gizi yang baik, kesuburan pun akan meningkat. Peluang untuk memperoleh kehamilan pun semakin besar.
Salah satu rekomendasi yang patut dipertimbangkan dalam meningkatkan kesuburan, khususnya pada kaum wanita, adalah mengonsumsi buah alpukat. Penelitian menunjukkan, konsumsi alpukat dan salad dengan campuran minyak zaitun dapat membantu wanita mendapatkan keturunan. Hal ini berlaku khususnya bagi mereka yang tengah menjalani program bayi tabung atau in-vitro fertilization (IVF).
Peneliti berpendapat, lemak tak jenuh tunggal yang banyak ditemukan dalam minyak zaitun, minyak bunga matahari, kacang-kacangan, dan biji lebih baik ketimbang jenis lemak lain untuk calon ibu. Mereka yang mendapatkan asupan lemak tak jenuh paling tinggi memiliki peluang kehamilan 3,4 kali lebih besar setelah IVF ketimbang yang mengonsumsi dalam jumlah terendah.
Sebaliknya, pada wanita yang mengonsumsi lemak jenuh terlalu banyak—umumnya ditemukan dalam mentega dan daging merah, produksi sel telur mereka cenderung lebih sedikit sehingga memengaruhi keberhasilan program IVF.
Para ilmuwan percaya bahwa lemak tak jenuh tunggal—yang sudah dikenal baik untuk jantung—dapat meningkatkan kesuburan dengan menurunkan peradangan dalam tubuh. Hasil riset ini akan dipresentasikan dalam European Society of Human Reproduction and Embryology di Istanbul.
"Jenis makanan yang paling baik untuk dimakan adalah alpukat, yang tinggi kandungan lemak tak jenuh tunggal dan minyak zaitun," kata Profesor Jorge Chavarro, pemimpin riset ini.
"Ini adalah pertama kalinya untuk pengetahuan kita bahwa lemak makanan berkaitan dengan hasil pengobatan pada bayi tabung," katanya.
Prof Chavarro meneliti 147 wanita yang menjalani program bayi tabung di Massachusetts General Hospital Fertility Center. Dalam kajiannya, ia menemukan hubungan antara tingginya kandungan lemak tak jenuh tunggal dan angka kelahiran hidup. Asupan tinggi lemak tak jenuh tunggal terkait dengan peluang kehamilan yang lebih tinggi 3,4 kali lipat dibandingkan mereka yang hanya mendapat sedikit asupan lemak tak jenuh tunggal.
"Berbagai jenis lemak diketahui memiliki efek yang berbeda pada proses biologi yang dapat memengaruhi hasil reproduksi, seperti tingkat peradangan atau sensitivitas insulin," kata Chavarro, yang menambahkan bahwa ikan tetap merupakan sumber terbaik asam lemak omega 3, meskipun dalam penelitian ini tidak dijabarkan kontribusinya.
Salah satu rekomendasi yang patut dipertimbangkan dalam meningkatkan kesuburan, khususnya pada kaum wanita, adalah mengonsumsi buah alpukat. Penelitian menunjukkan, konsumsi alpukat dan salad dengan campuran minyak zaitun dapat membantu wanita mendapatkan keturunan. Hal ini berlaku khususnya bagi mereka yang tengah menjalani program bayi tabung atau in-vitro fertilization (IVF).
Peneliti berpendapat, lemak tak jenuh tunggal yang banyak ditemukan dalam minyak zaitun, minyak bunga matahari, kacang-kacangan, dan biji lebih baik ketimbang jenis lemak lain untuk calon ibu. Mereka yang mendapatkan asupan lemak tak jenuh paling tinggi memiliki peluang kehamilan 3,4 kali lebih besar setelah IVF ketimbang yang mengonsumsi dalam jumlah terendah.
Sebaliknya, pada wanita yang mengonsumsi lemak jenuh terlalu banyak—umumnya ditemukan dalam mentega dan daging merah, produksi sel telur mereka cenderung lebih sedikit sehingga memengaruhi keberhasilan program IVF.
Para ilmuwan percaya bahwa lemak tak jenuh tunggal—yang sudah dikenal baik untuk jantung—dapat meningkatkan kesuburan dengan menurunkan peradangan dalam tubuh. Hasil riset ini akan dipresentasikan dalam European Society of Human Reproduction and Embryology di Istanbul.
"Jenis makanan yang paling baik untuk dimakan adalah alpukat, yang tinggi kandungan lemak tak jenuh tunggal dan minyak zaitun," kata Profesor Jorge Chavarro, pemimpin riset ini.
"Ini adalah pertama kalinya untuk pengetahuan kita bahwa lemak makanan berkaitan dengan hasil pengobatan pada bayi tabung," katanya.
Prof Chavarro meneliti 147 wanita yang menjalani program bayi tabung di Massachusetts General Hospital Fertility Center. Dalam kajiannya, ia menemukan hubungan antara tingginya kandungan lemak tak jenuh tunggal dan angka kelahiran hidup. Asupan tinggi lemak tak jenuh tunggal terkait dengan peluang kehamilan yang lebih tinggi 3,4 kali lipat dibandingkan mereka yang hanya mendapat sedikit asupan lemak tak jenuh tunggal.
"Berbagai jenis lemak diketahui memiliki efek yang berbeda pada proses biologi yang dapat memengaruhi hasil reproduksi, seperti tingkat peradangan atau sensitivitas insulin," kata Chavarro, yang menambahkan bahwa ikan tetap merupakan sumber terbaik asam lemak omega 3, meskipun dalam penelitian ini tidak dijabarkan kontribusinya.
Pendapat 4 Ahli Seputar Manfaat Susu
Meskipun banyak penelitian telah membuktikan sejumlah manfaat susu untuk kesehatan, namun tidak semua orang sepakat bahwa susu benar-benar baik untuk kesehatan. Bahkan beberapa ahli gizi ada yang mengklaim susu dapat memicu kropos tulang dan bahkan mengandung zat berbahaya pemicu kanker.
Mitos susu sebagai penyebab kanker juga sempat muncul ketika FDA menyetujui departemen peternakan Amerika untuk menggunakan hormon pertumbuhan (bovine growth hormone/rBGH) pada hewan ternak pada 1994. Praktik tersebut menyebabkan produksi susu sapi meningkat pesat di AS sehingga harga susu pun bisa ditekan. Namun penggunaan hormon rBGH pada sapi dilarang di beberapa negara lain seperti Kanada, Jepang, Uni Eropa, Australia dan Selandia Baru.
Lantas pertanyaannya adalah apakah susu benar-benar memberi manfaat bagi kesehatan? Untuk menjawabnya, berikut adalah keterangan beberapa ahli terkait pandangan terhadap minuman yang kaya akan protein, minreal dan vitamin ini, seperti dikutip Myhealthnewsdaily:
Vandana Sheth, juru bicara untuk Academy of Nutrition and Diabetetic
Satu gelas susu mengandung 150 kalori dan sekitar delapan gram lemak. Kadar lemak jenuh dalam segelas susu memang cukup besar yakni sekitar 5 gram. Jumlah kalori dan lemak yang Anda peroleh akan semakin tinggi bila dalam sehari Anda menenggak tiga gelas susu. Tapi tidak perlu khawatir, Anda dapat menyiasati lemak jenuh dengan minum susu rendah lemak atau tanpa lemak. Dengan begitu, Anda dapat mengurangi asupan lemak dan kalori, namun masih mendapatkan semua nutrisi dalam susu. Sebagai contoh, jika Anda minum delapan ounce (sekitar 235 ml) susu skim (rendah lemak), berarti Anda mendapatkan 90 kalori.
Susu sapi secara alami merupakan sumber yang kaya kalsium, vitamin D dan potasium. Yogurt akan menjadi pilihan yang baik untuk menggantikan susu sapi jika Anda menyukainya, terutama yogurt tanpa lemak seperti yogurt Yunani, yang dari sisi jumlah karbohidrat lebih rendah dan tinggi protein.
Keith Ayoob, profesor klinis, Departemen Pediatrik di Albert Einstein College of Medicine:
Beberapa isu seperti adanya dugaan penggunaan hormon pertumbuhan (rBGH) pada hewan ternak atau bovine somatotropin untuk mendorong produksi susu sapi, sempat membuat reputasi susu anjlok dan membuat banyak orang khawatir.
Namun penelitian telah membuktikan bahwa mengonsumsi susu yang berasal dari sapi yang diberi hormon tidak serta merta mentrasfer bahan aktif kimia ini ke dalam tubuh. Dengan kata lain, rBGH baru bisa menyebabkan kanker jika disuntikkan langsung ke tubuh manusia.
Dr Amanda Powell, dari Medicine Endocrinology, Diabetes and Nutrition Department di Boston Medical Center:
Dalam hal kesehatan, susu sapi adalah sumber protein yang lengkap. Susu memiliki delapan gram protein dan 12 gram karbohidrat dalam setiap gelasnya. Susu sapi murni - tanpa fortifikasi - mengandung 300 miligram kalsium, yang dapat mencukupi 30 persen dari jumlah asupan harian yang direkomendasikan untuk kebanyakan orang dewasa. Selain itu segelas susu memiliki setengah asupan harian vitamin B12 yang direkomendasikan.
Susu sapi biasanya juga diperkaya dengan vitamin D, dan setiap orang membutuhkan vitamin D untuk menyerap kalsium. Namun, serat tidak bisa Anda dapatkan dalam susu sapi. Jumlah lemak pada susu bervariabel, termasuk lemak jenuh. Perlu diingat, ada sedikit kandungan lemak dalam susu rendah lemak seperti susu skim yang kandungan lemaknya hanya 1-2 persen saja.
Tapi susu juga memiliki kandungan laktosa, sehingga dapat menyebabkan gastrointestinal atau masalah pencernaan untuk orang yang memiliki kekurangan enzim laktase.
Meagan Mohammadione, ahli diet klinis di Emory Bariatric Center Emory, Atlanta
Susu sapi memiliki kandungan protein dua kali lipat lebih banyak ketimbang susu kedelai. Akan tetapi, baik susu kedelai dan sapi, keduanya merupakan sumber makanan yang kaya kalsium, kalium, fosfor, vitamin D dan nutrisi lainnya.
Kedelai dan susu sapi memiliki berbagai jenis protein. Protein dalam susu sapi disebut kasein. Tubuh manusia umumnya lebih mudah memproses dan menggunakan nutrisi yang bersumber dari hewan ketimbang yang bersumber dari nabati.
Bagi para vegetarian, konsumsi susu kedelai dapat menjadi alternatif terbaik. Susu memiliki kandungan gula, dan beberapa orang yang bermasalah dengan kadar gula darah biasanya mencemaskan hal ini. Tetapi kandungan gula pada susu atau laktosa, tidak memiliki efek besar terhadap kenaikan gula darah dibandingkan gula pasir.
Selain itu juga ada perbedaan antara intoleransi lactosa dan alergi susu. Alergi terhadap susu sebenarnya sangat jarang, dan yang terjadi sebenarnya adalah seseorang alergi terhadap kasein pada susu. Jika Anda alergi terhadap susu, Anda akan merasakannya. Bila Anda mengalami intoleransi laktosa pun akan mengetahuinya; di mana perut Anda terasa sakit dan terasa kembung. Jika seseorang menyukai susu tetapi tidak mampu memtoleransi laktosa, maka disarankan untuk mengonsumsi susu bebas laktosa.
7 Jenis Seafood Ini Perkecil Risiko Sakit Jantung
Banyak cara untuk menjaga kesehatan jantung, salah satunya dengan memperhatikan asupan makanan. Para ilmuwan mengklaim, menyantap satu porsi makanan laut setiap minggu dapat mengurangi risiko serangan jantung hampir 50 persen.
Makanan laut seperti udang, kepiting, cumi, dan kerang memiliki kandungan vitamin dan mineral sama seperti ikan salmon, disamping juga omega-3, asam lemak esensial yang membantu memperbaiki kesehatan jantung.
Para ahli mengatakan, tidak seperti keju, daging merah dan makanan cepat saji, yang mengandung kolesterol dan tinggi lemak jenuh. Konsumsi makanan laut justru tidak berkontribusi meningkatkan kadar kolesterol jahat dalam darah.
Jackie Lynch dari well-weell-well.co.uk mengungkapkan bahwa seseorang harus mencoba untuk mengonsumsi makanan laut segar dan bukan produk beku yang tinggi kandungan natrium.
Berikut ini adalah beberapa makanan laut yang dari sisi kesehatan memiliki manfaat untuk kesehatan jantung, seperti diungkapkan Lynch:
1. Kepiting
Lynch berpendapat, makan laut seperti kepiting kaya akan kandungan protein dan asam lemak omega-3. Makanan ini juga kaya akan kandungan mineral penting seperti selenium, kromium, kalsium, tembagadan seng. Kepiting juga mempunyai nilai kalori yang rendah yakni hanya 128 kalori dalam 100 gram. Namun Lynch memperingatkan konsumsi kepiting tidak boleh terlampau sering, khususnya bagi mereka yang memiliki kolesterol tinggi.
2. Cumi
Para ahli mengungkapkan bahwa cumi-cumi merupakan sumber makanan laut yang kaya akan protein, omega-3, tembaga, seng, vitamin B dan yodium. Kandungan tembaga pada cumi baik untuk penyerapan tubuh, penyimpanan dan metabolisme besi dan pembentukan sel darah merah. Namun sebaiknya hindari konsumsi cumi dengan cara menggoreng.
3. Tiram
Sama seperti makanan laut lainnya, tiram tinggi kandungan protein, seng, omega-3 dan rendah kolesterol. Para ahli gizi juga mengatakan bahwa tiram mengandung banyak asam amino tirosin, yang membantu meningkatkan suasana hati (mood) dan mengatur kadar stres. Tiram juga mengandung seng (zinc) lebih banyak daripada jenis makanan lain, yang berfungsi untuk mendukung kesehatan reproduksi dan seksual, terutama pada pria.
4. Remis
Remis adalah bagian dari keluarga 'moluska' dan memiliki cangkang eksternal berengsel ganda. Remis mengandung selenium, zat besi, asam folat, vitamin A, vitamin B, seng dan yodium, unsur kimia yang membantu tiroid yang kurang aktif untuk memproduksi tirosin. Remis juga memiliki kandungan tertinggi asam lemak omega-3, asam folat serta vitamin B12, nutrisi yang berkontribusi membantu mengatasi kelelahan, kebingungan dan kerusakan saraf.
5. Udang
Udang merupakan sumber makanan yang tinggi kadar vitamin B12 yang diperlukan untuk pembelahan sel dan mineral selenium yang memiliki sifat untuk melindungi dan mendukung fungsi sistem kekebalan tubuh dan fungsi tiroid.
6. Lobster
Lobster adalah sumber protein yang sangat baik. Udang besar ini juga tinggi kandungan yodium, selenium, vitamin B serta rendah kolesterol dan kalori dibandingkan, daging sapi, udang kecil. Sebagai salah satu makanan yang dianggap mewah, lobster juga kaya sumber protein yang baik tanpa lemak, dan tinggi vitamin E untuk melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan.
6. Lobster
Lobster adalah sumber protein yang sangat baik. Udang besar ini juga tinggi kandungan yodium, selenium, vitamin B serta rendah kolesterol dan kalori dibandingkan, daging sapi, udang kecil. Sebagai salah satu makanan yang dianggap mewah, lobster juga kaya sumber protein yang baik tanpa lemak, dan tinggi vitamin E untuk melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan.
7. Salmon
Ikan ini dikenal sebagai sumber terbaik asam lemak Omega-3 yang sudah dikenal luas dapat melindungi kesehatan jantung dan pembuluh darah. Berbagai penelitian menemukan bahwa asam lemak juga dapat memangkas terjadinya kematian dari pasien yang memiliki masalah jantung.Studi terbaru menunjukkan Omega-3 dapat melindungi kesehatan mata dan mencegah kebutaan yang terkait degenerasi makula. Yang perlu diwaspadai dari salmon adalah kadar garam pada produk salmon yang diasap. Untuk itu, telitilah membaca label kandungan garamnya sebelum membeli salmon yang diasap.
Langganan:
Postingan (Atom)