Pages

Subscribe:

Kateterisasi untuk Serangan Jantung Yang Mendadak


 
serangan jantung, nyeri dadaKematian jantung mendadak atau sudden cardiac death  (SCD) merupakan kejadian yang tidak terduga. Selain penyebab aritmik (gangguan irama jantung), serangan jantung koroner menempati urutan pertama penyebab henti jantung mendadak (HJM), yakni sebesar 75 persen. Koroner adalah pembuluh darah yang memberikan suplai oksigen dan makanan ke jantung.

Data Riskesdas tahun 2007 menunjukkan, prevalensi nasional penderita sindroma koroner akut (SKA) adalah 2,7 persen. Di AS, dari 1,5 juta penderita, 500.000 di antaranya meninggal dunia dan 250.000 meninggal mendadak.

“Ketepatan mendiagnosa dan kecepatan penanganan merupakan kunci mengatasi SKA,” kata dr Daniel PL Tobing, MD, FIHA, FICA, FAPSC, Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah RS Harapan Kita, saat ditemui di acara "SOHO #BetterU: Hari Jantung Sedunia", Rabu (25/9) lalu di Jakarta.

Yang terjadi pada SKA adalah pembuluh darah yang semakin menyempit akibat penebalan plak. Dengan berjalannya usia, plak akan semakin tebal. Belum lagi jika ditambah penyakit lain seperti diabetes, hipertensi, serta gaya hidup tidak sehat seperti merokok. Akibatnya pembuluh darah lama-lama akan tertutup total oleh plak. Pada saat inilah terjadi serangan jantung mendadak.

Beberapa gejala yang sering muncul antara lain nyeri dada (bervariasi, namun yang tersering seperti ditekan) selama sampai 20 menit, dada serasa tertimpa beban, rasa terbakar dari tulang dada tembus ke punggung, penjalaran ke tangan kiri, sesak nafas, mual muntah, keringat dingin di seluruh tubuh, lemah dan pingsan akibat tekanan darah yang turun.

“Kalau gejalanya ringan, pasien masih bisa mencari pertolongan pertama, tapi kalau berat bisa meninggal mendadak,” kata Daniel.
Yang perlu diperhatikan, serangan bisa lebih berat pada saat seseorang sedang beraktivitas fisik atau mengalami stres emosinal. “Jadi harus aware  bahwa ini yang disebut serangan jantung,” tambah Daniel.

Jika pertolongan datang cepat, tentu kemungkinan nyawa bisa diselamatkan lebih besar. Jika belum satu jam, kemungkinan selamat 85 persen, 2 jam 60 persen, 4 jam 40 persen, dan seterusnya. Semakin cepat mendapat pertolongan, angka survivalnya akan semakin tinggi.

Untuk mengatasi sumbatan plak tadi, bisa dilakukan kateterisasi (Percutaneous Coronary Intervention atau PCI). Sumbatan pada pembuluh darah dilebarkan, balon dikembangkan, baru kemudian dipasang ring (cincin) supaya pembuluh darah semakin kuat membuka. Namun, pertolongan kateterisasi pada pasien serangan jantung memiliki golden period , yakni 12 jam. Lebih dari 12 jam, pasien bisa tidak tertolong.

Pada rumah sakit yang bisa melakukan tindakan kateterisasi langsung, angka kematian pasien lebih rendah, yakni 5,3 persen. Jika pasien hanya diberi obat penghancur sumbatan atau pengencer darah (fibrinolytic ), angka kematiannya 6,2 persen. Sementara jika kalau tidak dilakukan apa-apa, angka kematiannya 13,3 persen.