Pages

Subscribe:

Tayangan Ramadan Memprihatinkan, Orangtua Harus Dampingi Anak Menonton

Ilustrasi Nonton TV
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) telah melayangkan surat teguran kepada enam program Ramadan yang ditayangkan beberapa stasiun TV, yaitu Sahurnya Pesbukers (ANTV), Hafidz Indonesia (RCTI), Sahurnya OVJ (Trans 7), Yuk Kita Sahur (Trans TV), Karnaval Ramadhan (Trans TV), dan Mengetuk Pintu Hati (SCTV).

Keenam program ini dinilai telah melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran KPI.
"Pelanggaran yang dilakukan menyangkut tayangan komedi yang menampilkan lelucon melecehkan orang dengan kondisi fisik tertentu atau orang dengan orientasi seks tertentu, serta melanggar norma kesopanan dan Undang-undang Perlindungan Anak,” kata Nina Mutmainnah Armando, Komisioner Bidang Isi Siaran KPI di Jakarta, Kamis (25/7).

Banyaknya teguran yang diterima program Ramadan yang tayang saat sahur dan berbuka puasa ini memperlihatkan, bahwa tayangan Ramadan di TV banyak yang belum ramah anak. Padahal menurut Nina, penonton anak-anak pada jam tayang tersebut cukup banyak.

"Selain menuntut agar stasiun televisi berkomitmen mematuhi peraturan penyiaran yang berlaku, kita sebagai masyarakat memang harus melek media, harus kritis dalam memilih tayangan yang bermanfaat bagi diri dan keluarga," tegas Nina.

Sebagai orangtua, tambah Nina, kita juga harus bisa menyeleksi tayangan mana yang layak atau berbahaya untuk anak kita. "Melakukan pendampingan saat anak menonton televisi juga sangat penting," pesannya.

Hal senada juga diungkapkan pemerhati anak Seto Mulyadi. Menurutnya, saat melakukan pendampingan, anak harus diberikan pemahaman tentang acara yang sedang ditontonnya.
"Diskusikan pada anak apa yang salah menurut agama, moral dan sosial dari tayangan yang sedang ditonton. Misalnya bila ada pelawak yang membuat lelucon dengan cara menghina orang lain, katakan pada dia kalau hal itu tidak baik," papar pria yang biasa disapa Kak Seto ini.

Cara ini menurutnya, lebih efektif ketimbang melarang anak untuk menonton tayangan televisi. "Kalau hanya dilarang, misalnya dengan kalimat 'jangan menonton tayangan televisi ini', biasanya anak akan bertanya dalam hati, 'Kenapa ya dilarang?' Akhirnya mereka malam penasaran dan mencuri-curi kesempatan untuk nonton acara yang dilarang tersebut," tambah Kak Seto.

Bila kondisi ini dibiarkan, karakter anak akan terbentuk seperti apa yang dilihatnya di televisi. "Anak-anak umumnya selalu meniru apa yang mereka lihat. Jadi sangat mungkin perilaku dan sikap mereka akan meniru kekerasan atau perbuatan tidak sopan yang ditayangkan di televisi yang mereka tonton," tegas Kak Seto.

Penulis: Herman/RIN