Pages

Subscribe:

Agar Cerdas, Ajari Si Kecil Sarapan

TANTANGAN anak dan remaja saat ini kian berat. Aktivitas anak yang padat dari pagi hingga sore sudah dirancang agar anak siap menghadapi persaingan di masa mendatang. Sedangkan orang tua sibuk bekerja berusaha memberi yang terbaik untuk anaknya, tapi tak punya waktu cukup untuk memperhatikan, mendampingi dan mengawasi buah hati tercinta.

Meski demikian, kita sebagai orang tua dapat tetap berperan membantu anak untuk menghadapi tantangan ini dengan memastikan asupan energi yang cukup untuk menghadapi tantangan di masa depan. Energi merupakan komponen penting yang diperlukan tubuh manusia untuk beraktivitas sehari-hari. Tanpa energi, manusia tak akan bisa melakukan kegiatan apa pun.

Kekurangan aktivitas fisik pada anak akan memicu kelebihan berat badan dan meningkatkan risiko berbagai penyakit seperti diabetes, tekanan darah tinggi dan penyakit jantung, kata Kepala Departemen Pelayanan Medik dan Nutrisi PT Nestle, Leilani Lestarina. Aktivitas yang dilakukan harus sesuai dengan usia dan tumbuh kembang, bervariasi, menyenangkan, minimal 30-60 menit per hari dan ada dukungan orang tua sebagai contoh gaya hidup sehat.

Pada anak, menurut American Heart Association, aktivitas fisik bermanfaat untuk mengontrol berat badan, mengurangi tekanan darah dan meningkatkan HDL (kolesterol baik), serta meningkatkan percaya diri. Kegiatan fisik juga bermanfaat untuk melatih keterampilan motorik, melatih otot, jantung, paru-paru dan tulang.

Selain itu, energi dibutuhkan untuk aktivitas mental, yaitu kegiatan yang menggunakan kemampuan otak seperti berpikir dan berkonsentrasi. Dalam bukunya berjudul The Energy of Life terbitan Free Press, New York, tahun 1999, Dr Guy C Brown mengatakan otak butuh 20 persen dari total energi yang dibutuhkan tubuh, bahkan saat kita beristirahat sekali pun.

Lebih lanjut, penelitian Chugani HT yang dipublikasikan dalam jurnal Neurodevelopmenttal Neuroimaging, New York, 1996, menunjukkan otak anak berusia 4-12 tahun butuh lebih banyak energi untuk menjalani aktivitas kesehariannya dibanding orang dewasa. Ibarat mobil, otak juga perlu bahan bakar, kata Leilani.

Kurangnya pasokan energi dapat mengakibatkan berbagai hal, di antaranya berkurangnya konsentrasi belajar dan terhambatnya kemampuan berpikir anak atau kurang berkembangnya kreativitas mereka. Dalam satu hari, anak perlu energi 2.000 kilokalori. Berat otak hanya dua persen dari berat badan, akan tetapi mengonsumsi 20 persen energi tubuh.

Sarapan sebaiknya berkontribusi 20-25 persen (400-500 kilokalori) dari kebutuhan energi dalam sehari. H asil penelitian mengenai sarapan menunjukkan, makan pagi mampu meningkatkan kapasitas belajar dan pencapaian akademik, perhatian pada tugas sekolah dan prestasi. Sarapan juga bisa menurunkan kunjungan klinik sekolah, absen dan terlambat.

Agar anak tak kekurangan energi, maka orang tua perlu membantu mencukupi asupan makanan sehat dan seimbang. Menurut pakar psikologi anak Elly Risman, kondisi gizi yang baik dan energi yang cukup tidak mungkin didapatkan bila asupan sehari-harinya tidak diperhatikan. Semua bermula dari hal yang kecil sehari-hari. "Bila pagi hari asupan energi kita tidak memadai, bagaimana mungkin kita, khususnya anak-anak, akan mampu beraktivitas dan berpikir," paparnya.

"Untuk menghasilkan anak tangguh dalam era kompetisi ketat sekarang ini, ternyata bermula dari diri kita selaku orang tua, pola pengasuhan yang kita pilih, kerja sama tak kenal lelah dari kedua orang tua, keteguhan melaksanakan kesepakatan dan pemenuhan terhadap tiga jenis gizi yang dibutuhkan anak kita," kata Elly.

Tiga jenis gizi itu adalah, memastikan asupan energi yang cukup untuk menghadapi aktivitas fisiknya (gizi fisik), mendorong anak agar aktif secara fisik, tidak hidup di era layar alias kecanduan menonton tayangan televisi dengan pendampingan orang tua dan pola komunikasi yang tepat (gizi jiwa). "Yang tidak kalah penting adalah hadirnya Tuhan dalam diri anak atau gizi spiritual," ujarnya menjelaskan.